Bian memasuki gedung kosong itu. Mungkin dulunya adalah sebuah gudang penyimpanan beras yang kini sudah terbengkalai dan dibeli oleh rekannya. Ketika kakinya mulai memasuki pintu masuk, ada dua pria berbadan kekar yang menjaganya, akan siap memukul bagi mereka yang berbuat onar disana.
Bian memberi salam versi pria kepada dua pria itu.
"Bekerja keraslah, " ucap Bian.
Seorang pria dengan setelan jas berjalan menuju kearah Bian ."Hai , Sumber penghasilanku, " kata pria itu akrab. Bian hanya tersenyum remeh.
"Gue gak suka istilah itu Kriss. "
Kriss hanya tersenyum, "Oke baiklah.""Lo lihat pria yang ada disana? Dia yang akan lo lawan hari ini. Jadi gue harap lo akan menang pertandingan kali ini." Kriss menunjuk pria berbadan tak jauh beda dengannya , pria itu hanya terlihat sedikit berisi dari Bian . Bian mengikuti arah telunjuk Kriss.
Ia memiringkan kepalanya, "Cukup menarik," ucapnya lalu menuju ke ruang ganti.
Bian sudah bersiap diatas ring bersama pria itu. Jay , itu yang ia ketahui namanya. Terdengar dari teriakan penonton yang meneriakkan nama lawannya.
Bian melihat pria itu dari atas sampai bawah kembali lagi keatas. Otot pria itu memang lebih ketara dari pada otot milik Bian , tapi itu bukan berarti bahwa pria itu akan menang.
Suara dari ketukan bel sudah berbunyi pertanda bahwa sudah dimulainya pertandingan. Pukulan demi pukulan berhasil Bian hindari. Ia kembali menyerang Jay dengan pukulan di bagian rahang pria itu. Adegan Saling memukul itu masih terus berlanjut. jay membisikkan sesuatu ditelinga Bian , yang hanya dibalas dengan senyum remeh oleh Bian . Ketika itu juga Bian kembali menyerang hingga berakhir dirinya sebagai juara. Ia menatap Jay yang sudah terkapar dengan darah di sudut bibirnya.
Kriss mendekati sumber penghasilannya, istilah yang ia buat untuk Bian . Pria itu mengangkat tangan kiri Bian pertanda bahwa Bian berhasil memenangkan pertandingan tinju illegal ini.
"Kau hebat Bi , " ucap Kriss.
"Berpestalah Kriss , " ia melemparkan sarung tinju ke arah Kriss.Bian berjalan menuju ruang ganti. Ia mengelap sudut bibirnya yang masih mengeluarkan darah.
"Cukup kuat juga pukulan pria itu, " lirihnya.
Bian membasahi tubuhnya dengan air dingin. Rasanya seperti remuk. Tubuhnya sakit. Bantingan pria bernama Jay itu berhasil membuat tubuhnya kualahan.
"Ah.. Sial ! Siapa sebenarnya pria itu," lirihnya disela - sela guyuran air.Bian mengompres sudut bibirnya dengan es batu setelah ia mandi. Ia mengeraskan otot perutnya hingga terpapang jelas otot - otot perutnya. Ia meletakkan es batu itu pada perut bagian kirinya.
"Shit !" Umpatnya. Ia menurunkan kembali kaosnya . Meraih jaketnya dan pergi dari ruangan pengap itu.***
Lisa berlari sekuat apa yang kakinya mampu. Ia melirik kearah jam yang melingkar ditangannya. Kurang lima menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. Ini semua gara - gara pria yang semalam menabraknya, hingga membuat ia kesakitan sampai telat bangun seperti ini.
"Sial! Awas aja kalau gue sampai ketemu tuh cowo! " Omel Lisa ditengah - tengah lariannya.
Gadis itu menghela nafasnya lega. Setidaknya ia datang tepat waktu. Tepat sebelum satpam menutup pintu gerbang. Dan ia berhasil masuk ke sekolahnya tanpa harus telat.
Lagi - lagi Lisa harus berlari dari lorong satu kelorong lainnya. Dikarenakan kelasnya berada dipaling pojok dan berada dilantai dua. Ia harus lebih mengeluarkn ekstra tenaganya untuk ini.
Ini adalah lorong terakhir yang ia lewati. Ia kembali terjatuh karena ia menabrak seseorang didepannya. Lisa tersungkur jatuh kelantai.
"Kenapa sih gue dari kemarin suka banget jatuh! " Omelnya.Sebuah uluran tangan berada didepannya, ia mengangkat kepalanya.
"Bryan ih.. Lo kalau jalan pakai dong mata lo. Sakit tau pantat gue! " Cerocos Lisa sebelum akhirnya ua meraih uluran tangan Bryan, sahabatnya."Maaf Lis. Lo sendiri kenapa lari - lari dilorong ?" Tanya Bryan.
Lisa menepuk dahinya, "sial gue lupa. Gue harus kekelas dulu. "
Bryan menatap kepergian sahabatnya sejak kecil itu dengan gelengan kepala.
"Lis, Lis. Lo masih sama ya kayak dulu, " lirihnya.***
"Apa sih pa. Bi gak mau pindah sekolah lagi! " Tolak Bian.
Tuan Domanic berkaca pinggang, "kamu ini lho. Selalu buat onar disekolahan kamu yang dulu. Pokoknya papa bakal pindahin kamu kesekolah yang sama dengan Bryan. Gak ada penolakan! " Putus Domanic, papa Bian."Kenapa harus kesekolah Bry sih pah. Bi mau pindah, cuma jangan kesekolah Bry ya, " bujuknya kembali.
Domanic masih sibuk membuka - buka lembaran dokumen ditangannya,"gak ada penolakan Bi. Sana kamu siap - siap. Seragam udah ada dikamar kamu. "Bian mendengus, ia berjalan dengan pasrah menuju kamarnya. Sejak ia tadi ingin berangkat menuju sekolah lamanya. Ia tidak menemukan seragamnya sama sekali dilemari miliknya. Hingga akhirnya ia mendengar keputusan papanya yang memindahkannya ke sekolah adik kembarnya berada. Imbryan Alexandro Domanic. Bian selalu menolak hal itu, secara ia selalu berada disekolah yang sama dengan adiknya itu. Baru saja SMA ia berada di sekolah yang berbeda. Pada tahun ketiganya ia sudah dipindahkan kembali bersama adiknya oleh ayahnya.
Bian mengendarai mobil mewahnya dengan sangat santai. Ia menatap pintu gerbang yang ada didepannya itu terkunci dengan rapat. Ia mengeluarkan kepalanya dari jendela mobilnya, mengisyaratkan satpam untuk membuka gerbang. Tak lama pintu gerbang pun terbuka.
"Makasih pak. Saya murid baru disini! " Teriak Bian dari dalam mobil.
Bian keluar dari mobil mewah hitam miliknya. Banyak pasang mata yang mengamatinya. Dikarenakan ia tidak memarkirkan mobilnya itu ditempat yang benar. Melainkan ia memarkirkan mobilnya itu dilapangan utama.Seorang guru berjalan kearahnya.
"Kamu! Hei jangan pergi!" Teriak seorang guru yang berjalan kearahnya.
"Eh iya bu guru cantik. Kenapa manggil saya? " Jawab Bian.Guru itu adalah Bu Ina, guru matematika tergalak disini. Meskipun usianya masih dibilang muda dan masih single. Tidak menutup kemungkinan jika ia adalah guru killer disini.
"Kamu masih nanya lagi. Gak tau ya kamu kalau gak boleh parkir disini!" Ucap guru itu dengan menggerakkan penggaris kayunya.Bian mengangkat kedua tangannya keatas, "santai bu. Jangan pakai kekerasan, saya gak suka kekerasan pada wanita, " jawabnya dengan terseyum. "Kalau ibu belum tau, saya itu murid baru disini." Lanjutnya.
Guru itu menurunkan pengarisnya, "ohh jadi kamu murid baru saya. Ayo ikuti saya. "
"Lho ibu mau ngajak saya kemana? Mau traktir saya ya bu. Gak usah repot - repot bu. Saya sudah sarapan tadi dirumah, " jawab Bian pede.Guru berbadan mungil itu berhenti dan berbalik kearah Bian. Menampilkan tatapan bengisnya. Bian yang melihat itu mengangkat dua jarinya didepan dada.
"Piss bu. Kita damai aja ya. "***
Disini Bian sekarang berada. Pada ruangan yang penuh dengan meja dan tumpukan buku - buku, diruang guru. Bian terduduk disebuah kursi yang berada disamping Bu Ina.
Guru itu mengulurkan sebuah kertas kearah Bian.
"Isi data pribadi kamu dulu, " suruh guru itu.
"Buat apa ini? Ibu kalau mau minta nomor saya itu gak perlu cari alasan buat ngisi data pribadi bu. Kalau ibu minta juga nanti saya kasih kok, " balas Bian dengan mengedipkan sebelah matanya."Udah isi aja. Gak usah kepedean kamu! "
"Oke bu. Santai saja. "Tak lama Bian kembali mengulurkan kertas itu kembali. Guru berbadan pendek itu membulatkan matanya. Tak percaya dengan apa yang ditulis muridnya itu.
"Nama, Bian Inova Domanic. "
Bian mengangguk.
"Tempat tanggal lahir. Rumah sakit, 21 Mei 2000."
Bian mengangguk kembali, "kenapa bu. Gak ada yang salah kan? ""Hobi. Apa aja yang membuat saya senang. Contohnya godain guru cantik yang lagi baca kertas ini, " guru itu lanjut mambaca. Ia menepuk dahinya, seakan frustasi dengan apa yang dilakukan murid barunya itu.
"Sudah - sudah. Kamu masuk kekelas kamu. " Suruh Bu Ina.Guru itu melirik kearah Bian, ia masih bisa menemukan murid barunya itu disana.
"Kenapa gak pergi juga? " Tanya Bu Ina kembali.
"Kalau saya tau kelas saya. Saya sudah pergi kesana dari tadi bu, " jawabnya enteng.Guru itu hanya menghela nafasnya pelan. Ia seakan sudah lelah menghadapi anak didiknya itu.
"Sabar. Sabar, " lirihnya.
"Benar bu. Orang sabar nanti saya sayang. "
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Fiksi Remaja"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.