Lisa berlari dari lorong kelorong. Hari ini ada ulangan kimia dijam pertama. Dan naasnya ia terlambat untuk bangun lagi. Ini adalah kesekian kalinya ia terlambat bangun. Sedangkan Ujian Nasional sudah ada didepan mata. Tapi gadis itu masih belum bisa mengubah kebiasaan bangunnya. Sangat payah.
Lisa mengatur nafasnya sesaat sebelum akhirnya melanjutkan larinya.
"Kenapa sih kelas gue harus ada dipojok, " keluhnya.Ini adalah belokan terakhir untuk menuju ke kelasnya. Tapi naasnya ia bertabrakan dengan seseorang. Bukan seperti yang ada disinetron - sinetron. Ketika dua orang bertabrakan, akan ada adegan saling menangkap dan tatap - tatapan. Berbeda 180°, bahkan gadis itu kini tersungkur dilantai.
"Sial banget sih gue hari ini! " Ocehnya kembali.
"Lisa? " Ucap seseorang yang menabraknya tadi.
Detak jantung Lisa berhenti sejenak ketika mendengar namanya dipanggil oleh seorang yang memilik suara cukup familiar ditelinganya.Gadis itu mendongak, benar bukan dugaannya. Bahkan hanya mendengar suaranya saja rasa benci itu kembali. Entah sebuah kebencian semata, atau masih terdapat setitik rasa dalam hatinya. Gadis itu bahkan tidak tau.
Pria itu mengulurkan tangannya pada Lisa. Tentu saja tidak dibalas oleh gadis itu. Lisa berdiri kemudian beralih untuk berlalu. Tapi sebuah cekalan ditangannya membuat ia terpaksa berhenti.
Lisa melirik kearah tangan pria itu yang berada ditangannya. Sejujurnya ia sangat jijik dipegang oleh pria tersebut. Lisa menghempaskan tangannya, melepaskan cekalan tangan pria itu padanya.
Pria itu menarik tangannya kembali. Ia mencoba mencari mata Lisa, mencoba untuk memberikan tatapan tulus pada gadis yang masih ia cintai selama dua tahun terakhir ini.
"Maafin aku Lis, " lirih pria tersebut.
Nathan Geraldy, seseorang yang telah membuat hati gadis seperti Lisa patah, atau bisa disebut hancur. Seseorang yang ada dimasa lalu seorang Lisa yang sudah memberikan kenangan pahit akan cinta pertamanya.Lisa membalas tatapan mata Nathan dengan tajam, lebih tepatnya sinis.
"Gak ada yang perlu minta maaf dan memberi maaf. Semua sudah berakhir saat itu juga. "
Gadis itu berlalu meninggalkan pria masa lalunya itu.***
Lisa menjatuhkan kepalanya pada mejanya dengan telinga yang disumpal headset. Perjuangannya lari tadi sia - sia. Guru kimia itu tidak masuk dan hanya menitipkan sebuah tugas. Seharusnya ia senang, seperti teman - temannya. Tapi kali ini berbeda, karena ia lari dilorong tadi ia harus bertemu dengan seseorang dimasa lalunya itu.
Mejanya digebrak tiba - tiba. Lisa membuka matanya dengan jengkel.
"Apaan? " Tangannya sinis.
Dia adalah Jennie, gadis itu mengambil tempat disamping Lisa. Entah kenapa sedari tadi pemilik aslinya belum juga datang. Hanya meninggalkan tasnya disana. Serta beberapa orang yang duduk dibelakang Lisa juga ikut menghilang."Lo udah tau gak? Dia—" ucap Jennie menggantung.
"Udah. Gue bahkan udah ketemu. " Potong Lisa.
Jennie sontak menggebrak meja kembali, terkejut dengan pernyataan Lisa barusan.
"Serius lo! Dimana?!"Lisa menggeram. Ia mengangkat kepalanya, menoleh kearah sahabatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue tabrakan sama dia di belokan sana, " jawabnya.Jennie mengepalkan tangannya didepan dada, "masih berani juga dia muncul. Gak inget apa sama yang gue lakuin ke dia dulu! "
Mengingat dua tahun lalu, selepas kejadian di ruang OSIS. Nathan kembali menemui Lisa dirumahnya. Dan saat itu juga Jennie sedang berada dirumah gadis itu. Melihat kedatangan pria yang membuat sahabatnya hancur itu membuat sosok iblis dalam tubuh Jennie muncul. Gadis itu bahkan tidak segan - segan menampar, menonjok, bahkan memukul kemaluan pria itu. Sekedar meluapkan kekesalannya.Jennie mengusap pelan pundak Lisa, "gak usah kembali kemasa lalu lagi, Lis. Gue gak mau lo nangisin cowok kayak dia lagi. "
Lisa tersenyum miris, "gue dulu emang udah bodoh nangisin cowok brengsek kayak dia. Tapi sekarang gue bukan Lisa yang dulu, sejak gue pindah kesini. " Ia mengakhiri ucapannya dengan senyuman leganya.Jennie tersenyum, "ini baru sahabat gue! "
"Bian kemana? " Tanya Lisa.
Jennie memicingkan matanya, memberi tatapan pada Lisa. Seolah berkata, kenapa tiba - tiba tanya Bian?
"Bukan kayak gitu, Jen. Ini udah mau ganti pelajaran. Tapi dia belum muncul juga. Itu sama Bobby cs lainnya juga, " elak Lisa.Jennie menyeringai, "lo nyariin Bian atau nyariin Bobby cs? "
Lisa langsung menggeleng, "gak dua - duanya. Gak peduli gue! "***
Lisa melirik kearah Bian disampingnya. Pria itu tengah serius menatap buku - bukunya.
Tumben dia belajar."Gue tau gue ganteng kok. Lihatinnya gak usah kayak gitu juga kali, " sindir Bian.
Lisa reflek mengalihkan pandangannya.
"Gak usah percaya diri lo! "
Pria itu terkekeh, melihat Lisa yang kini merona karena ucapannya tadi.Bian menopang dagu menghadap Lisa.
"Hari ini panas ya emang? Itu muka kenapa merah? " Sindir Bian.
Lisa memegang kedua pipinya, sial!
"Bodo amat! Jangan ganggu gue! " Balas Lisa sinis.Bian terkekeh melihat rona merah dipipi gadis itu semakin ketara. Entah kenapa perasaannya sangat senang kali ini. Hanya dengan melihat Lisa yang merasa malu karenanya tadi.
Gue mulai suka sama cewek itu? Gak mungkin kan! Gue gak mungkin terjebak sama permainan gue kan? Haha konyol!
***
Lisa berjalan dengan santainya menuju kantin setelah Jennie tadi memintanya. Langkahnya kembali terhenti ketika derap langkah Nathan berjalan kearahnya.
Sial! Gue benci saat - saat seperti ini!Gadis itu ingin berbalik, tapi naasnya tidak akan bisa karena pria didepannya sudah semakin mendekat kearahnya.
Sial! Jalani aja Lis!Ia menghembuskan nafasnya sebelum kemudian kembali berjalan. Tatapannya datar, menatap lurus kedepan. Tapi pria itu bergerak kesamping, mengikuti arah tatapan Lisa. Membuat gadis itu dengan terpaksa harus menatap wajah tersebut.
Dikit lagi Lis. Lo pasti bisa.
Lisa melewati tubuh itu dengan begitu saja. Seaakn tidak ada apa - apa didepannya.
"Lis! " Panggil pria itu.
Jangan pedulikan Lis. Cukup berjalan kedepan.Hatinya dengan tubuhnya sekaan tidak setuju. Ia berhenti ketika mendengar panggilan tersebut. Bodoh memang. Gadis iru tidak menoleh sedikitpun. Hanya berhenti pada tempatnya.
Ayo Lisa. Berfikir, bodoh!Nathan berdiri disamping Lisa, "maafin gue Lis. "
Seperti sebuah pukulan palu pada ulu hatinya. Ia sakit ketika mendengar itu. Apakah ini rasa benci, atau rasa iba ketika mendengar seseorang yang pernah mengisi hatimu untuk pertama kalinya itu memohon hanya untuk sekedar kata maaf.Jangan luluh Lis.
Gadis itu masih belum membalas. Ia masih berdiri ditempatnya tadi. Masih berperang dengan hati nuraninya sedari tadi. Ia menarik nafas, "gue udah maafin lo sejak dulu."Senyuman diwajah Nathan mengembang. Ia meraih tangan Lisa yang berada disampingnya, membuat gadis itu reflek menatap tangannya. Merasa tindakannya tidak disukai, pria itu melepaskan genggaman tangannya. Detik selanjutnya Lisa kembali melanjutkan jalannya yang tertunda. Meninggalkan pria itu sendiri disana.
Lisa berhenti sejenak dilorong dekat perpusatakaan. Ia mengangkat tangan kanannya, menatap bekas genggaman Nathan.
"Dan tangan lo masih terasa hangat seperti dua tahun yang lalu, " lirihnya.———
Haii.. Dibutuhkan kritik dan sarannya ya. Maaf kalau banyak typo, dikarenakan author mengetik menggunakan hp.
Author juga sedang mengusahakan untuk update setiap hari. Setuju gak? Kalau setuju komen setuju ya..
Jangan lupa vote + comment nya ya.. Makasih.
Kudus, 18 Juni 2018
Wlnd0511
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Teen Fiction"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.