"Lisa!! Gue kangen sama lo! " Seorang gadis berlari kearah Lisa dengan teriakan menggelegarnya. Gadis itu langsung memeluk Lisa dengan begitu eratnya sampai membuat Lisa sulit untuk bernafas.
Lisa memukul pundak Jennie sahabatnya itu pertanda untuk melepaskan pelukannya.
"Oh oke. Maaf bikin lo engap, " gadis itu memamerkan giginya yang rapi.
"Oh iya, mana tuh murid baru yang udah ngerebut bangku gue. Sini gue hajar dia, " ucap Jennie.Lisa terkekeh, "alah sok berani lo. Nanti juga kalau lihat orangnya udah kicep duluan lo. "
"Gak bakal, kalau dia itu gak ganteng."
"Alah.. Sama aja kocak! "Jennie sudah kehilangan kata - kata pedasnya. Ketika ia melihat seorang Bian yang tengah tertidur dibangkunya dulu dengan telinga yang tersumpal headset.
"Lo kok gak bilang kalau murid barunya seganteng ini? " Ucap Jennie menyikut lengan Lisa.
"Udah gue bilangkan. Lo bakal kicep kalau udah ketemu, " cibir Lisa.Obrolan kedua gadis itu membuat sang topik terbangun. Bian mengerjapkan matanya. Ia hampir saja terjungkal saking terkejutnya dengan wajah Jennie yang berada didepannya.
"Hai. Nama gue Jennie. Pemilik bangku asli ini, " sapa Jennie dengan senyuman.Bian mengangguk, "Bian. "
Ia menoleh kebangku belakangnya, "biasa yuk Bob. "
Tak lama bangku dibelakangnya itu bergeser karena ulah sang empunya. Sejak kemarin Bian sudah memiliki teman, yaitu Bobby cs. Ada June, Jinan, Chan, Yoga dan Doni. Mereka semua adalah kelompok terusik sikelas ini. Ditambah dengan sosok Bian, lengkap sudah formasi mereka.Bian menghembuskan asap rokok itu diudara. Seakan ia sedang dilanda sebuah masalah besar. Rokok atau minuman beralkohol adalah obat baginya.
"Lo kenapa pindah Bi? " Tanya Doni penasaran.
Bian tidak menoleh, ia menghisap Batang beracun itu kembali.
"Biasalah. Bapak gue pindahin gue kesini gara - gara banyak masalah disekolah sana, " ucap Bian tanpa menoleh."Lo ngehamilin anak orang?! " Celetuk June. Membuat semua orang yang ada disana menoleh kearahnya, termasuk Bian.
"Gila lo! Gue gak sampai kayak gitu lah! " Elak Bian.
"Iya juga sih. Gak mungkin lo kayak gitu. Meskipun gue baru kenal lo sih," imbuh Bobby.Bian membuang puntung rokok itu sembarang dan menginjaknya. Ia menunjuk kearah Yoga yang berada dipojokan sedikit menjauh dari mereka.
"Itu dia yang lagi baca buku dipojok itu emang suka misah diri? " Tanya Bian sembari menujuk Yoga dengan dagunya.Bobby mengikuti arah pandang Bian, ia mengangguk.
"Oh... Si Yoga emang kayak gitu. Dia anti sama rokok. Kalau kita ngerokok dia ngejauh. Kalau engga ya nanti dia kesini kok, " jelas Bobby.
Bian mengangguk paham, "Yog! Sini gabung sama kita. Sorry gue gak tau kalau lo anti rokok. "Tak lama pria dengan tampilan paling rapi diantara mereka bertujuh itu ikut bergabung dengan mereka. Suara ponsel dari Chan membuat mereka terhenti. Semua pandangan menuju kearah pria termuda itu. Suara ponsel Chan akan berbunyi jika ada hal buruk yang akan terjadi. Contohnya dua hari yang lalu saat Bian belum bergabung dengan mereka. Ponsel itu berbunyi saat pelajaran sedang berlangsung. Sebuah pesan masuk yang berisi adanya sebuah ajakan tawuran. Mereka memang sangat suka untuk mengikuti hal seperti itu. Tapi bukan berarti mereka preman. Ada sebuah alasan dibalik itu semua.
"Ada apa? " Tanya Bian penasaran.
Chan langsung menghentikan permainan gamenya. Ia langsung membuka pesan yang masuk keponselnya.
"Sial, anak sekolah kita diganggu sama sekolah sebelah! Dan ini cewek!" Chan beralih menunjukkan foto yang orang misterius itu kirimkan.Bian membelalakkan matanya, gadis yang berada difoto itu adalah Lisa. Gadis yang tengah ia coba dekati itu tengah dikepung dan disudutkan ketembok. Bian bisa melihat wajah gadis itu sangat ketakutan.
"Brengsek! Dimana mereka sekarang? " Bian langsung bangkit dari duduknya.
June ikut bangkit, ia menahan dada Bian supaya emosi pria itu bisa sedikit terkendali.
"Sabar Bi. Kita bakal urus ini bareng - bareng. "***
Bian mengendarai motornya dengan sangat terburu - buru. Baru tadi ia melihat gadis itu terududk dibangkunya. Sekarang ia melihat gadis itu tengah dikepung oleh seorang pria berseragam SMA yang tidak ia ketahui nama sekolahnya.
Decitan ban motor Bian terdengar begitu jelas. Pria itu memarkirkaan begitu saja motornya dipinggir jalan gang sepi itu. Ia langsung menarik kerah seragam pria yang berada paling dekat dengan Lisa.
"Jay? " Lirihnya. Detik selanjutnya pukulan tangan Bian berhasil mengenai rahang pria itu."Berengsek. Belum puas kalah lo dari gue? Sekarang lo gangguin cewek ya? Pengecut dasar! " Bian kembali memukul pria itu dan kini mengenai pipi sebelah kanan pria bernama Jay itu.
Pukulan demi pukulan Bian lontarkan pada pria itu. Jika saja temannya tidak menahannya, pria bernama Jay itu mungkin saja bisa tewas ditempat karena ulah Bian tadi.
Bian menunduk kearah pria yang tersungkur ditanah itu.
"Jangan gangguin dia lagi. Atau lo bakal lenyap dari dunia ini. " Ancam Bian.Pria itu beralih kearah Lisa yang tengah bergetar ketakutan. Ia meraih tangan gadis itu yang dingin.
"Udah gak apa - apa. Ada gue disini, " ucapannya kembali melembut.
Bulir - bulir air mata Lisa turun begitu saja dari kelopak matanya. Bian menarik tangan gadis itu dan membawanya menuju motornya."Gue balik. Titip tas gue. " Pamitnya pada teman - temannya.
Ia melepas jaket yang melekat ditubuhnya, menalikannya pada pinggang Lisa. Gadis itu masih belom tersadar dari hal yang baru saja ia lihat.
"Naik! "
Lisa hanya menurut. Ia memeluk pinggang Bian sebelum pria itu melajukan motornya.Gak mungkin itu Bian kan. Kenapa dia bisa dengan mudahnya menghajar pria - pria itu sendiri. Kenapa dia bisa tau jika gue lagi dalam masalah? Apakah sebegitu berbahayanya jika dekat dengan dia?
***
Bian menghentikan motornya di sebuah tempat tinggi yang bisa melihat padatnya jalanan. Lisa belun tersadar jika motor yang Bian naiki itu sudah berhenti. Pikirannya masih beradu dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Semua yang terjadi seperti tidak nyata bagi Lisa.
"Sampai kapan bakal duduk disitu terus? " Tanya Bian.
Lisa tersadar, ia segera turun dari motor Bian. Mengikuti langkah Bian yang membawanya duduk pada sebuah pembatas. Dari ketinggian ini, Lisa bisa merasakan hembusan angin yang menerbangkan rambut - rambutnya. Menerpa kulit wajahnya, mencoba menghilangkan ingatannya akan kejadian beberapa saat lalu.Lisa melirik kearah Bian, pria itu terduduk dengan menekuk satu kakinya dan kedua tangannya dijadikan tumpuan.
...Jangan gangguin dia lagi. Atau lo bakal lenyap dari dunia ini...
Itu adalah ucapan yang sempat ia dengar keluar dari mulut pria disampingnya ini. Sebuah ancaman yang sangat menakutkan. Sebegitu berbahayakah pria ini?
"Gak usah takut sama gue, " lirih Bian.
Seakan tau dengan apa yang ada difikiran Lisa. Pria itu mencoba untuk meyakinkan pada gadis disampingnya itu bahwa dirinya tidak berbahaya bagi Lisa."Gue emang nakal. Dan yang lo lihay malam itu, gue emang abis kobam. "
Lisa bungkam dengan penuturan Bian kali ini.
"Tapi gue gak akan nyakitin perempuan. Karena gue lahir dari perempuan, " lanjut Bian.
Bisakah Lisa bernafas lega sekarang?Mata Bian bertemu dengan mata indah Lisa. Gadis itu tidak membuat suara sama sekali. Ia cukup terhipnotis dengan mata hitam pekat milik Bian.
"Jangan takut buat dekat sama gue. Karena cangkang kerang yang keras juga akan melindungi mutiaranya, " imbuh Bian.Melindungi?
Semburat warna merah muncul dikedua pipi Lisa. Semudah itukah sosok Lisa yang cuek dan dingin bisa mencair hanya karena ucapan seorang Bian?
Ingat Lis. Semua cowok itu sama. Berjuang diawal dan bosan diakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Novela Juvenil"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.