Tigabelas

231 33 8
                                    

Lisa berjalan dengan malasnya memasuki kantin. Ia mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Jennie. Tapi sebuah rangkulan dipundaknya membuatnya harus menuruti langkah sang perangkul itu. Lisa menoleh sekilas.

"Apa - apaan sih Bi! " Teriak Lisa tak terima. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya agar rangkulan itu bisa lepas darinya. Tapi semakin banyak ia bergerak, semakin kencang pula tangan Bian dipundaknya.

Pria itu tersenyum, menyeret Lisa untuk mengikutinya.
"Gue lagi nyari Jennie, Bi. " Ucapnya lagi.
"Jennie lagi bareng sama Doni, Lis. Itu mereka disana, " balas Bian.
Lisa mendengus, ia tidak mendapat pilihan lain selain mengikuti langkah pria itu.

Mereka telah sampai dimeja Jennie dan Doni. Gadis itu membelalakkan matanya ketika mendapati sahabatnya itu dekat dengan salah satu dari Bobby cs. Ia mengambil duduk didepan Jennie, diikuti Bian yang berada disampingnya.

"Sejak kapan lo dekat sama sahabat gue? " Pertanyaan itu tertuju pada Doni.
Pria itu menegakkan kepalanya dari ponselnya, menatap Lisa dengan sifat dinginnya.
"Udah lama. " Balasnya singkat.

"Kenapa sih gue harus berada disekitar orang - orang aneh, " lirihnya yang dapat didengar oleh mereka berempat.
Bian menoleh kearah Lisa, "mau pesen apa Lis?  Gue pesenin. "
"Es teh aja. "
Bain tersenyum, tangannya terulur untuk menepuk pucuk kepala Lisa beberapa kali sebelum ia berlalu.

"Jen, sejak kapan lo deket sama manusia es kayak gini sih! " Tanya Lisa menunjuk Doni dengan dagunya. Pria itu menoleh sejenak kearah Lisa, kemudian beralih lagi pada ponselnya.

"Sebelum Bian pindah kayaknya, " jawab Jennie.
Lisa mengangguk paham, ia mengalihkan pandangannya menuju pada ponselnya.

"Lis, " sapa seseorang yang langsung mengambil duduk disebelah Lisa. Yang tadinya adalah tempat duduk Bian.

Tanpa menoleh sedikitpun, gadis itu sudah mengetahui siapa orang tersebut. Pria itu mengulurkan sebuah coklat Batang kearah Lisa.
"Buat lo Lis. Lo suka banget kan sama coklat ini. "

Lisa melirik, gue suka tapi semenjak 'itu' gue gak suka lagi.
Ia tersenyum kearah Nathan, meraih coklat tersebut. Perilaku Lisa tadi membuat Jennie yang berada didepannya kebingungan. Tapi setelah gadis itu menggeser coklatnya kearah Doni, senyum diwajah Jennie sedikit mengembang.

Nathan menghela nafasnya. Seberapa keras ia mencoba untuk membuat hati itu luluh kembali, mungkin tidak akan semudah itu. Tidak akan semudah Lisa yang dulu. Yang ketika marah ia beri coklat akan langsung luluh begitu saja. Mungkin luka yang ia berikan cukup dalam hingga tidak bisa ia tutupi dengan pemberian coklat saja. Perlu banyak perjuangan untuk mengembalikan hati yang patah.

"Woiii..Siapa ini!  Siapa yang udah berani ambil tempat duduk gue disamping prinses? " Ucap Bian yang baru datang dengan membawa minuman pesanan Lisa tadi.

Nathan menengadah, menatap pria itu yang sudah berdiri dari duduknya. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Nathan, mantannya Lisa. "

Bian menggigit bibir bawahnya. Mencoba untuk tidak mengeluarkan tawanya. Tetapi percuma, tawanya itu keluar begitu saja dari bibirnya. Membuat Nathan menyipitkan mata kebingungan.
"Ada yang lucu? " Tanya Nathan.

Bian menggeleng, ia menghentikan tawanya ketika mendapat tatapan tajam dari Lisa.
"Enggak ada. Tapi gue baru tau jika seorang mantan bisa bangga seperti ini, " jawabnya setengah menyindir.

Mata Nathan membulat, "lo siapa sih. Songong banget! "
Bian menyisir rambutnya kebelakang, mengulurkan tangannya kearah Nathan dengan percaya diri.
"Gue Bian Inova Domanic, calon pacarnya Lisa. "
Merasa tidak mendapat balasan uluran tangan, ia menggerakkan tangannya berliku - liku kearah atas kemudian beralih untuk mengusap tengkuknya.

Nathan menyeringai, "cih.. Baru calon aja belagu. Setidaknya gue udah pernah pacaran sama Lisa. "
"Dan lo nyakitin dia juga kan?  Percuma kali. Gak ada yang perlu lo banggain kalau lo putus sama dia karena lo yang gak setia, " sinis Bian.

Mereka saling menatap dengan tatapan tak suka. Tapi segera terputus karena sebuah gebrakan dimeja oleh Lisa.
"Stop!  Kalian gak ada gunanya saling membanggakan diri. Karena gue gak milih kalian berdua! " Ia berlalu begitu saja meninggalakan semuanya.

***

Lisa terduduk dilantai atap sekolahnya. Untung saja hari ini ada rapat sehingga tidak ada pelajaran selama dua jam kedepan. Ia memejamkan matanya menikmati alunan musik yang mengalun pada telinganya. Setidaknya ini akan membuat fikirannya sedikit tenang.

Sebuah hawa dingin menyentuh kulit pipinya, membuatnya harus membuka mata karena kaget.
"Apaan sih Bi! "
Pria itu tersenyum, ia mengulurkan satu kaleng minuman dan satu bungkus roti kearah Lisa.
"Lo belum makan siang, " lirihnya mengambil duduk disamping gadis itu.

Lisa melirik sekilas kearah tangan pria itu sebelum mengambilnya.
"Makasih. "
Bian mengangguk. Ia mengambil sebelah headset dari telinga Lisa dan memindahkannya ketelinganya.
"Lagu pertama yang gue dengar sama lo, " lirih Bian. Lisa menoleh kearah pria itu yang berada tepat disampingnya.

Sial! Jantung gue kenapa kayak gini sih!
Ia mengalihkan pandangan kearah lain. Setidaknya jangan kearah Bian.

"Lis, kenapa lo dulu pernah bilang kalau lo gak bakal bisa bales perasaan gue? " Tanya Bian.
Lisa menggerdikkan bahunya, sembari memakan roti yang Bian bawa tadi.

"Karena cowok tadi? " Tebak Bian.
Lisa berhenti mengunyah roti itu. Ia tidak menjawab, ia hanya diam ditempatnya.
"Betul kan gue? "
Bian menoleh kearah Lisa. "Lis, percaya sama gue. Ijinin gue buat ngebantu lo melupakan cowok itu. Gue sayang sama lo, Lis. "

Gadis itu berdiri dari duduknya, "gue gak butuh bantuan lo, Bi.  Dan gue udah lupain masa lalu gue! "

Bian menyenderkan bahunya menatap kepergian gadis itu. Kemudian ia teringat jika Lisa meninggalkan ponsel beserta headsetnya disana. Ia melirik kearah benda pipih itu. Keinginan untuk membukanya sangat besar. Ia membuka galeri gadis itu. Tidak banyak foto disana. Hanya beberapa foto yang diambil oleh orang lain. Tidak ada foto selfie diponsel gadis itu.

Bian tersenyum ketika memperhatikan foto gadis itu dari ponsel milik Lisa. Ia tersadar, kemudian menutup ponsel itu.
"Gue gak seharusnya kayak gini. " Lirihnya.

Flashback on

"Gue bakal bikin cewek pertama yang gue temui jatuh cinta sama gue," ucap Bian setengah sadar pada temannya di bar.
Pria tinggi dan tampan itu tersenyum, "cewek mana lagi yang mau lo mainin Bi? "

Bian tersenyum, "cewek yang pertama kali gue temui setelah gue balik dari sini, Ver! "
Vernon tertawa, "terserah Bi.  Jangan sampai lo nyesel ketika lo tiba - tiba jatuh cinta sendiri sama cewek itu! "

Tawa Bian semakin menjadi, ia kembali meneguk minuman alkohol itu lagi.
"Gue udah gak percaya sama cinta. Karena cinta bisa membuat orang buta karena harta. Persetan buat cinta. "

"Cinta udah bahagia sana tunangannya. Gak usah lo inget lagi, " balas Vernon.
Bian berdiri dari duduknya dengan tubuh sedikit sempoyongan, "dan lo yang ngingetin gue sama Cinta, brengsek! "

Flashback off

———

Haii... Author update lagi nih..
Selamat pagi, dan selamat membaca.

Kudus, 19 Juni 2018


Wlnd0511

REFLECTION [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang