Bian berjalan dengan santainya sembari bersenandung. Tatapan mata siswi yang berada sepanjang lorong seketika langsung tertuju padanya. Bian Inova Domanic, pria tampan yang akan membuat para wanita langsung tertunduk padanya. Tapi, ia bukanlah seorang pria pemain hati wanita. Hanya ada satu orang wanita yang berhasil menaklukkannya. Dia, dia yang tidak boleh disebutkan namanya.
Suasana kelas yang tadinya ramai, seketika menjadi hening ketika guru wali kelas mereka datang, Bu Ina. Kelas dua belas ipa 2 itu memang selalu ramai, apalagi ada kawanan Bobby dan teman - temannya yang sangat jahil dan membuat onar.
Suara siswi kelas ini sedikit berteriak ketika sosok Bian memasuki ruangan.
"Diam semuanya. Kalian kedatangan penghuni kelas yang baru, " ucap Bu Ina."Dikira kita hantu apa bu. Nyebutnya penghuni - penghuni segala, " celetuk June. Siswa yang duduk dipojok. Disamping seorang pria dengan mata sipit.
"Diam kamu Jun! " Jawab Bu Ina.
"Sans aja bu. "Bian sedikit terkekeh, sepertinya wali kelas barunya itu harus menambah kesabarannya. Karena murid usilnya itu bukan cuma dirinya. Ternyata sudah banyak murid usil yang berada dikelas ini.
"Hai.. Kenalin nama gue Bian Inova Domanic. Panggil aja Bi atau Bian, " sapa Bian. Ia melirik kearah siswi yang berada pada deretan sebelah kanan. "Panggil sayang juga gak apa - apa kok, " ia mengedipkan sebelah matanya.
Setelah itu terdengar teriakan dari para siswi kelas tersebut. Tidak dengan Lisa yang berada di bangku belakang. Gadis itu bahkan mendengus dengan gombalan kelas teri milik Bian.
"Cih.. Klise banget sih, " decihnya.Kursi bagian belakangnya seperti didorong dari belakang, siapa lagi kalau bukan si June. Lisa menoleh kebelakang, "apaan sih Jun! "
Pria itu hanya menyengir kuda, "sans dong Lis. Itu bolpen gue jatuh. "Lisa memutar posisinya, matanya bertemu dengan sosok murid baru yang ada dikelasnya.
"Lo! " Lirih Lisa.
Bian mengedipkan sebelah matanya."Yasudah. Kamu boleh duduk disamping Lisa. Dia yang duduk sendiri itu, " suruh Bu Ina.
Bian mengangguk, ia berjalan dengan senyuman mengembang dibibirnya. Ia melirik gadis itu yang kini berada disampingnya."Maaf. Soal semalam. Lo tau kan semalam gue itu... " Bian melanjutkan perkataannya dengan dua jari yang ia gerakan naik turun.
Lisa hanya melirik sekilas, detik selanjutnya ia bercedak sebal.
Haruskah gue harus ketemu dia dikelas yang sama?"Mungkin udah jodoh kali, " celetuk Bian.
Lisa menoleh kearah pria itu, "in your dream. "
"Ngarep gue mimpiin lo ya? Udah, bilang aja." Bian mencolek lengan Lisa yang berada disampingnya.Selanjutnya, gadis itu sudah melayangkan tinjunya tinggi - tinggi.
"Mau gue pukul lo! " Ancamnya.***
Musik yang paling anak SMA suka adalah musik tanda bel istirahat dan tanda bel pulang. Seperti sekarang, Lisa tengah menunggu musik itu berbuyi dari speaker. Ia menggambar sketsa di buku sketch-nya. Ia juga menatap jam yang melingkar ditangannya. Menghitung setiap detik sampai musik kesukaannya itu berbunyi.
"3..2..1..," hitung Lisa. Tak lama terdengar suara musik itu mengalun.
Lisa segera bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja keluar kelas. Bahkan sebelum guru yang mengajar dikelasnya itu keluar.Gadis itu duduk dengan santainya dimeja kantin dengan es teh yang sudah habis ia minum. Beberapa detik setelahnya, banyak murid yang berbondong - bondong masuk ke kantin.
"Untung aja gue yang pertama, " lirihnya.Ia mengeluarkan ponselnya dari saku, mengetikkan sebuah pesan untuk temannya yang sedang pulang kampung, Jennie.
Llisa_Np
Kemana aja lo? Kapan baliknya?Tak lama ponselnya bergetar.
Jenn_
besok gue udah berangkat Lis. Lo kangen ya? Sans aja napa.Llisa_Np
Telat woi! Bangku lo udah kepake sama anak baru.Jenn_
Cewek atau cowok? Ganteng ya? Wuah.. Perlu digebet ini.Llisa_Np
Onta. Cepet berangkat!Lisa langsung mengakhiri chat begitu saja. Ia beralih untuk memainkan game online dari ponselnya. Permainan yang sangat terkenal mobile legend, siapa yang tidak tau permainan satu itu. Semua orang pasti tau dan bisa, termasuk Lisa. Gadis satu itu bahkan sudah mencapai level yang tinggi.
Kursi didepannya tertarik, seseorang duduk didepannya.
"Mau apa? " Lisa membuka suara tanpa berniat melirik orang tersebut yang tak lain adalah Bian, teman sebangkunya.Pria itu menyengir, "hanya ingin lebih dekat saja. "
Lisa menurunkan ponselnya, "tidak usah berniat mendekati. Percuma. "
Bian menarik senyumnya, "bisa gak ketidak percumaan yang keluar dari bibir lo itu berubah menjadi sebuah keharusan? "
Lisa memutar bola matanya, "terserah. Jangan terlalu berharap lo bisa dekat sama gue. Karena menurut gue itu gak guna. "Bian mengangguk, ia mengintip sekilas kearah ponsel Lisa. Sebuah permainan yang sedang Lisa mainkan, ia tau itu. Sebuah ide muncul diotaknya. Ia menarik senyumnya.
"Ayo main itu, " ucap Bian. Lisa mengangkat kepalanya, ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan pria itu. "Ayo main permainan itu. Jika aku kalah, aku tidak akan mendekatimu. Jika aku menang, bersedialah lo buat selalu gue deketin, " jelas Bian.Lisa sejenak berfikir, ia bahkan tidak tau seberapa ahlinya seorang Bian jika bermain permainan ini. Tapi patut dicoba.
"Setuju, " jawabnya.
Senyuman diwajah Bian kembali terukir.***
"Lis, nanti pulang gue anter ya. " Ajak Bian yang sedari tadi mengintili gadis itu.
Lisa terhenti, ia berbalik kearah pria itu.
"Sampai kapan lo bakal ngikutin gue kayak gini? "
Bian mengangkat bahunya, "sampai lo itu dekat sama gue. " atau sampai gue itu suka sama lo dan ngelupain dia.Lisa kembali berjalan acuh, tidak perduli dengan Bian yang masih mengintilinya. Ini semua berawal dari tantangan Bian tadi dikantin. Dan semua karena kuota di ponselnya habis saat yang tidak tepat.
Tidak seperti bel pulang biasanya. Biasanya saat bel itu berbunyi. Lisalah yang selalu antusias dan keluar paling awal. Tapi tidak kali ini. Mengingat ajakan Bian untuk mengantarkannya itu membuat ia malas untuk pulang.
"Gak mau pulang Lis? " Tanya Bian yang melihat Lisa yang malah menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"Gak! Malas! " Ucap gadis itu cuek.
Tak lama mata gadis itu tertutup dan ia tertidur.Sebuah siluet cahaya yang mengenai wajah cantik gadis itu membuatnya terusik. Lisa mengerjapkan matanya. Hal pertama yang ia lihat ketika membuka matanya adalah wajah seorang pria. Hidung mancung, bibir penuh, semua pahatan yang sangat pas diwajah pria itu. Lisa membelalakan matanya, pria dihadapannya adalah Bian. Kenapa ia bisa tidur bersama Bian. Dan ini sudah mulai petang.
Lisa melirik kejam ditangannya, pukul lima sore. Sial, dua jam ia tidur seperti ini. Ia bangkit dari duduknya menimbulkan suara yang berhasil membuat Bian ikut terbangun.
"Pulang sekarang?" Tanya Bian dengan suara serak khas bangun tidur.Lisa tidak menghiraukan pria itu, ia masih terus berjalan keluar dari kelasnya yang memang sudah sepi sejak dua jam yang lalu. Tanpa ia meminta Bian untuk mengikutinya, pria itu sudah berada dibelakangnya dengan mata terlihat mengantuk.
"Tunggu, gue mau cuci muka dulu masih ngantuk soalnya, " ucap Bian.
Lisa menoleh sejenak, " terus? Gue harus nunggu lo gitu? "
Bian mengangguk dengan entengnya, "karena tadi diang gue udah bilang kalau gue mau antar lo. Tungggu disini, cuma sebentar doang kok. "Bian berjalan begitu saja menuju kran yang berada dekat sana. Lisa mengamati pria itu.
Dia nunggu gue sampai ketiduran? Gak mungkin. Mungkin dia cuma mau menepati janji doang. Tenanglah Lisa. Semua pria memang bersikap seperti itu. Semua itu hanya tipu muslihat.Bian kembali berjalan kearah Lisa dengan wajah yang sudah sedikit segar.
"Ayo. Gue akan enter lo pulang, " ajaknya.
Lisa menggeleng, membuat alis Bian menaut.
"Gak usah, gue bisa pulang sendiri. "Bian kembali mengejar langkah gadis itu yang mulai menjauh. Ia meraih tangan gadis itu dan menariknya menuju dimana mobilnya terparkir.
"Memang seorang pria diciptakan untuk mengejar seorang wanita, " ucap Bian.Lisa bisa mendengar ucapan pria itu, ia hanya mendengus.
Dan para pria hanya berjuang diawal dan akan bosan diakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Teen Fiction"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.