Lisa duduk bersila didepan televisi miliknya. Jam didinding sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Tapi gadis itu masih belum merubah posisinya. Televisi didepannya ia biarkan menyala. Menampilkan acara berita yang bahkan sama sekali tidak ia dengarkan.
Lisa masih menggenggam surat yang tadi Bian berikan padanya. Dirinya masih terus membaca ulang goresan tinta itu. Memahami makna dari setiap kata yang ada disana. Lisa berhenti membaca surat itu. Ia menengok kearah berita ditelevisi.
Terjadi kecelakaan pesawat dengan penerbangan Milan pagi ini. Diperkirakan karena kegagalan mesin. Korban masih belum ditemukan karena diduga terjatuh di laut. Demikian info yang dapat kami sampaikan.
Lisa cukup terkejut dengan berita yang ia dengar itu. Ia segera mencari keberadaan ponsel miliknya. Mencari kebenaran berita itu diinternet. Dan naasnya itu benar. Perasaannya mulai tak karuan. Ia kembali teringat pada tulisan Bian disuratnya.
Kamu masih menjadi satu - satunya nama dari pemilik hatiku. Kemanapun kamu pergi, ingatlah satu hal. Jika hatiku masih kamu bawa. Aku bahkan hampir merasa seperti mati ketika kamu jauh masih dengan hatiku yang kamu bawa. Jika saja aku beneran mati saat itu, jangan pernah kamu kembalikan hatiku lagi. Bawa hatiku pergi kemanapun kamu berada. Karena dengan cara seperti itu, aku seperti selalu berada disampingmu.
"Samuel! " Teriak Lisa mencari keberadaan adiknya itu. Tak lama sang adik keluar dari balik pintu kamarnya, dengan tampilan yang berantakan.
"Ada apa?" Tanya Samuel malas.
Lisa mengatur nafasnya, ia berjalan mendekati sang adik. "Kemana tujuan penerbangan Bian hari ini? " Tanya Lisa dengan tak sabaran.
"Lo pikir gue tau! Ya tanya aja tuh sama yang ngoperatorin tuh pesawat."
Lisa mendengus, ia segera berlari menuju kamarnya. Berganti pakaian seadanya. Membawa tas selempang yang kemarin ia bawa dari Milan. Ia bahkan tidak tau apakah ada uang disana. Ia segera meraih jaketnya dan memakai sepatu sneaker kemarin yang ia pakai saat pulang dari Milan.
"Lo mau kemana? " Tanya Samuel yang bingung ketika melihat sang kakak yang terlihat panik.
"Bandara! " Ucapnya seadanya. Ia meraih kunci mobilnya dan pergi meninggalkan sang adik bergitu saja.***
Lisa berlari - lari, membelah orang - orang yang ada dibandara itu. Ia tidak memperdulikan sumpah serapah yang mereka lontarkan untuknya. Yang ia inginkan sekarang adalah mencari keberadaan pria itu.
"Bisa tau tujuan semua pesawat yang terbang pagi ini? " Tanya Lisa pada sang operator.
"Bisa saya tau tujuan anda? "Lisa menggeram, "saya mengatakan semua tujuan! Kenapa anda malah bertanya tujuan saya! " Ucap Lisa tak terima.
Wanita yang menjadi operator itu menatap tajam kearah Lisa. Lagi - lagi ia tidak memperdulikan hal itu. Tujuannya adalah mencari tau keberadaan dia.
Ponsel disampingnya berbunyi. Wanita yang menjadi operator itu mengangkat telfon. Baru beberapa detik matanya yang sipit itu sudah melebar.
"Saya akan menunda penerbangan setelah ini. Semoga korban segera dipertemukan. "
Lisa menoleh kearah wanita itu. Ia segera mengambil alih telfon itu ketika mendengar apa yang wanita itu katakan.
"Siapa nama dari pilot tersebut! " Tanya Lisa dengan nada tinggi."Tolong anda harap tenang, " cegah Wanita itu.
Lisa memberi tatapan tajam kearah wanita yang ber—nametag Friska itu.
"Saya tidak bisa tenang sebelum tau siapa nama pilot yang mengemudikan pesawat itu! " Ucap Lisa dengan penuh penekanan.Nyali Friska langsung menciut ketika mendengar ucapan Lisa yang terdengar menakutkan ditelinganya.
Lisa langsung menutup telfon dengan keras ketika tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya.Lisa menarik nafasnya. Ia mencoba untuk menenangkaan fikirannya.
"Tujuan mana saja pagi ini? " Tanyanya kembali setelah mendapat ketenangan pada dirinya."Ada dua tujuan ke Milan. Berangkat selisih tiga jam. " Jelas Friska.
Lisa sedikit terkejut mendengar ucapan itu. Semoga bukan dia."Bisa saya tau tujuan dari pilot bernama Bian Inova Domanic? "
Cukup lama ia menunggu wanita itu mengotak - atik komputer didepannya."Ia adalah pilot dari pesawat dengan tujuan ke Milan. Tapi kami tidak mengetahui siapa pilot yang mengemudi pesawat yang gagal mesin itu."
Seperti dihantam meteor yang jatuh. Ia cukup terkejut dengan apa yang ia dengar barusan. Sungguh tidak lucu jika hal ini terjadi. Dalam hati Lisa terus merapalkan do'anya. Meminta jika ini semua hanyalah mimpi.
"Jam berapa penerbangan selanjutnya ke Milan? "
***
Dengan berbekalkan uang yang tersisa ditasnya. Ditambah lagi keberuntungan jika tasnya itu berisi sebuah paspor. Ia nekat untuk pergi ke Milan. Berharap ia akan bertemu dengan seorang Bian disana. Seorang Bian yang masih memiliki senyuman mengembang dibibirnya.
Ia merogoh tasnya, mencari keberadaan ponsel miliknya. Ia bahkan belum memberi kabar pada orang dirumah bahwa ia pergi.
"Sam, sampaikan pada nenek kalau gue balik ke Milan. "
Lisa mendengus,"ada hal penting sehingga gue baliknya mendadak. "
"Lo tau alasan gue Sam. Gue tutup. "
Lisa segera memasuki pesawat yang akan membawanya menuju Milan itu. Ia sudah membulatkan tekadnya. Ia akan mencari keberadaan Bian disana. Dan semoga masih dengan semua hal yang sama seperti pagi tadi ketika Bian menemuinya.
Apa yang membuat seorang Lisa sekhawatir ini ketika mendengar berita yang bahkan belum ia ketahui kebenarannya. Menyusul pria itu sampai jauh ke Milan. Tanpa ada sebuah bukti kebenarannya. Seperti melakukan hal bodoh. Tapi ia tidak memperdulikan hal itu. Ia tidak memperdulikan ucapan orang yang mengatakan jika dirinya bodoh. Memang pada kenyataannya ia sangat ingin bertemu pria itu sekarang.
Menurunkan sedikit ego terkadang lebih baik daripada menyesal setelah kehilangan.
###
Sebentar lagi Reflection bakalan tamat nih.. Tapi pembacanya masih sedikit. Yah.. Gimana ya :(
Author mau promosi lagi boleh gak? Ditunggu ya. Couple selanjutnya adalah Damian & Audi.
Apa ada pertanyaan untuk author? Tanyakan saja.
Jangan lupa malem ini ada U16 ya. Bagi kalian yang suka sepakbola. Seperti saya:v. Tidak ada yang tanya, eh*
Kudus, 29 Juli 2018wlnd0511
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Teen Fiction"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.