Tidak untuk kali ini. Gadis berkuncir kuda itu tengah berjalan dengan santainya disepanjang trotoar. Ia tidak telat lagi hari ini. Setelah beberapa hari terakhir ia selalu datang terlambat, dan Bian adalah alasannya.
Lisa bersenandung dengan riangnya. Ditelinganya sudah terpasang headset yang sudah mengalunkan musik - musik kesukaannya. Tak lama kesenangannga itu terhenti ketika seseorang menarik headsetnya sebelah. Lisa menengok.
"Bry! Apa - apaan sih! Ganggu aja. Balikin headset gue! " Teriak Lisa.
Pria yang tak lain bernama Bryan—sahabat Lisa sejak duduk dibangku SMP.
"Bagi dikit kali Lis. Pelit amat sama gue. Padahal lo kalau minta es krim yang bejibun juga gue beliin, " balas Bryan.
Lisa tidak menjawab.Memang benar, ketika gadis itu tengah dilanda sebuah masalah. Es krim adalah tempat pelampiasannya. Dan uang Bryan adalah caranya mendapatkan es krim tersebut. Apalagi sejak kejadian dua tahun lalu. Bryan lah yang menemaninya. Bersedia mengorbankan pundaknya basah oleh air mata Lisa.
"Nanti pulang sekolah quality time kita yuk. Gue ngerasa kita jarang kayak gituan lagi, " ajak Bryan.
Lisa mengangguk, "boleh. Tapi gue maunya ke pantai. "
Bryan mengacungkan jempolnya didepan Lisa. "Pulang sekolah gue tunggu lo didepan motor gue. Masih inget kan motor gue yang mana? "
"Masih lah. Udah ah gue mau kekelas dulu. " Lisa pergi meninggalkan Bryan sendiri dilapangan.Tak terasa jika berjalan dengan Lisa disampingnya. Semua terasa begitu cepat. Padahal dirinya ingin berlama - lama dengan Lisa. Seorang yang sudah bersamanya sejak lama. Bryan memegang dadanya, "dan debaran ini masih sama kayak pertama kali gue ketemu lo, Lis. "
Brum! Brum!
Suara dari motor dibelakangnya hampir membuat ia melompat kaget.
"Bangke lo bang! " Teriak Bryan.
Suara tawa keluar dari bibir pemilik motor tersebut. Meskipun tertutupi oleh helm full face—nya itu. Tetapi matanya yang menyipit membuatnya ketara jika ia sedang tersenyum.Bian—pemilik motor, membuka helmnya.
"Siapa suruh lo berdiri ditengah jalan. Mana motor lo?" Tanya Bian.
Bryan menepuk dahinya, ia teringat jika ia meninggalkan motornya di mini market depan. Karena ingin berjalan bersama Lisa.
"Gue lupa kalau motor gue gue tinggal di mini market depan, " jelas Bryan. Ia hampir berlari, tetapi ditahan oleh panggilan Bian."Bry! Gara - gara cewek itu ya pasti. Cerita ke gue nanti. Gue tunggu diatap sekolah! " Teriak Bian.
Tidak ada balasan dari Bryan. Pria itu langsung berlari menuju mini market depan belokan sana. Dimana motornya terparkir.Bian menunggu kedatangan adik nya itu diatap sekolah. Seperti apa yang ia katakan pada adiknya tadi. Bryan memanglah seorang adik dari Bian. Lebih tepatnya kembar yang tak terlalu mirip. Bagaimana ya caranya menjelaskan. Mereka tidak memiliki kemiripan yang sangat ketara pada wajah. Tapi mereka selalu merasakan hal yang sama jika salah satu dari keduanya itu sedang sakit, terluka atau apapun itu.
Bian menghembuskan asap rokoknya keudara tanpa beban. Ia memandang langit diatasnya yang biru. Sangat indah. Sebuah nama terlintas difikirannya, Lisa. Itulah yang dapat ia dapatkan.
"Kenapa gue mikirin Lisa sih! Bisa gila ini gue kalau kayak gini terus! " Bian meremas rambutnya frustasi.Bryan mendorong pintu besi itu dengan nafas tersengal - sengal. Sesudah tadi ia memarkirkan motornya diparkiran sekolah. Ia mendapat sebuah panggilan dari Bian—kakaknya. Bian mengatakan jika ia tidak segera keatap sekolah untuk menemui Bian, ia akan mengadu pada ayahnya jika sang adik menyukai seorang gadis.
Domanic memang melarang Bryan untuk memiliki seorang kekasih. Dikarenakan Bryan sangat ingin masuk kejurusan kedokteran dan semua itu perlu kerja keras yang cukup. Jadi menurut ayahnya, tidak ada gunanya memiliki seorang kekasih. Jika itu hanya akan menghambatnya untuk mencapai impian.
![](https://img.wattpad.com/cover/150206261-288-k902856.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Teen Fiction"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.