Lisa terkejut ketika pagi - pagi ia keluar dari rumahnya, seseorang sudah menyambutnya didepan pintu dengan senyum konyol itu. Lisa mengjeringat kaget ketika melihat Bian didepan matanya.
"Astaga! " Teriaknya. Ia memegang dadanya kerena kaget.Bian tersenyum, menunjukkan senyum termanis yang ia miliki. Tapi terlihat konyol bagi Lisa.
"Pagi Lis. " Sapanya. Masih dengan senyuman itu.
Lisa menghela nafasnya, "lo ngapain sih pagi - pagi udah dirumah gue?! ""Mau ajakin lo jalan - jalan, " jawabnya enteng.
Lisa menepuk dahinya, "Bi. Rumah gue gak bakal pindah. Jadi lo gak perlu dateng ke rumah gue pagi - pagi kayak gini! "Bian menarik senyumnya, "gue tau itu Lis. Tapi gue takut kalau hati lo yang pindah. "
Deg! Mendengar ucapan Bian tadi membuatnya tidak bisa berfikir sejenak. Ia menepis semua itu dan berjalan masuk kembali kerumahnya. Diikuti dengan Bian yang kini sudah mengambil duduk disofa."Lo ngapain duduk disitu? " Tanya Lisa.
Bian kembali tersenyum, "nungguin lo. Cepet siap - siap. Gue bakal tunggu lo. Tapi jangan lama - lama ya. Lo tau kan kalau nunggu itu gak enak. " Ia mengedipkan sebelah matanya.Lisa menatap kearah Bian dengan tatapan risihnya.
Ternyata ada ya cowok kayak gini.
Tanpa sadar, ia menggelengkan kepalanya.
"Jangan lihatin gue terus Lis. Ntar lo naksir. Tapi gak apa - apa deh. Malah baik. " Timpal Bian dengan senyuman merekah dibibirnya."Apaan sih lo! Gak jelas! "
"Jelas kok! Jelas - jelas cinta sama lo, " balasnya.
Lisa mendengus, "gila! "
"Iya Lis. Gue emang gila. Gila karena cinta sama lo. "
"Kalau gitu gak usah cinta sama gue!" Balasnya ketus.Bian tidak menjawab perkataan gadis itu. Ia terdiam sejenak.
"Kenapa? Kalah omongan kan lo sama gue! "
Bian menyeringai, "sayangnya gue bukan Tuhan, Lis. Gue gak tau kemana hati gue bakal berlabuh. Dan lo itu tempat berlabuhnya hati gue. Jadi gue cuma ngejalanin apa yang Tuhan tentuin buat gue. "Lisa terdiam dibuatnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali.
Sial! Jantung gue kayak gini lagi. Kayaknya emang perlu periksa kedokter nih!
"Lo kira gue pelabuhan yang buat kapal! " Balasnya. Ia segera pergi dari hadapan Bian. Menyembunyikan rasa gugupnya. Ditambah lagi ia takut jika pria itu dapat mendengar detak jantungnya saat ini.Gadis itu bersandar pada tembok kamar mandi. Ia memegang dadanya yang masih berdetak kencang itu.
"Gue kenapa sih! " Ia bertanya pada dirinya yang terdapat pada pantulan cermin didepannya.
"Gue gak mungkin sakit jantung kan?" Lirihnya lagi.***
Gadis berjaket denim itu turun dari motor Bian. Dengan rambut yang ia kuncir kuda serta tambahan topi hitam yang ia gunakan membuat dirinya terkesan sedikit tomboy. Tidak perduli dengan hal itu. Dirinya adalah dirinya. Bukan orang lain. Karena menjadi orang lain itu melelahkan. Seperti dia dua tahun lalu.
"Kita mau kemana sih Bi? " Tanya Lisa mengedarkan pandangannya pada hamparan rumput didepannya.
Tidak ada jawaban. Pria itu berjalan mendahuluinya.
"Sial! Gue dicuekin! " Umpatnya.
Dengan terpaksa ia mengikuti langkah pria itu dari belakang.Bian berhenti sejenak, menatap hamparan rumput didepannya. Semilir angin menerpa rambutnya yang sedikit panjang. Ia menoleh kearah gadis dibelakangnya yang dengan cemberut. Meskipun tertutup oleh topi hitamnya, tapi rasa kesal gadis itu dapat ia ketahui.
"Temenin gue main basket ya, " pintanya.
Lisa mengangkat kepalanya, "lo ngajakin gue jauh - jauh kesini cuma buat main basket aja gitu? "
Bian tersenyum, menampilkan gigi - gigi putihnya. Tangannya meraih tangan Lisa untuk dibawa bersamanya.
"Kalau jalan sama gue, itu jangan dibelakang. Jalan samping gue. Nanti gue dikira bawa peliharaan lagi. "
"Sialan lo! " Balas Lisa dengan menepuk lengan Bian.Mereka menghentikan langkah ketika sampai dilapangan basket yang berada diseberang hamparan rumput tempat mereka tadi berdiri. Lisa hanya mengamati gerakan Bian yang dengan lihai memainkan bola. Senyuman terukir dibibir gadis itu. Tidak terlalu lebar, tapi cukup ketara.
"Ayo Lis. Main bareng. Nanti gue ajarin! " Teriak Bian.Lisa menghampiri pria itu dengan setengah lari. Ia merebut bola yang berada ditangan Bian dengan sekali gerakan.
"Gak usah diajarin. Gue bisa sendiri, " ucapnya.
Bian tersenyum, ia kembali mengejar Lisa untuk merebut kembali bola dari tangan pria itu.Tawa menghiasi keduanya. Tidak ada lagi Lisa yang cuek disana. Tidak ada lagi Lisa yang jaim disana. Hanya ada Lisa yang tengah tertawa bersama seorang pria yang tak lain adalah Bian.
Mungkinkah hati bekunya perlahan mencair? Atau bahkan sudah mencair? Gadis itu bahkan tidak tau. Yang ia tau adalah tertawa bahagia. Tersenyum tanpa ada beban. Tanpa adanya luka. Memori masa lalu memang pahit. Tapi menghindari masa depan itu tidak baik.
Bian menjatuhkan dirinya di lapangan basket itu. Ia mengatur nafasnya, sesekali ia melirik kearah Lisa yang juga ikut berbaring disampingnya. Gadis itu masih tersenyum dengan lebarnya. Senyuman itu membuat hatinya menjadi hangat dan nyaman. Ia menarik sudut bibirnya.
Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh.
"Kenapa? " Tanyanya.
"Gak apa - apa. Gue suka lo senyum kayak gini, " balas Bian.
Lisa menarik senyumnya, kemudian memosisikan dirinya untuk duduk.
Bian berdiri dari tidurnya, mengulurkan tangan kearah Lisa. Dan disambut oleh Lisa."Kemana lagi kita?" Tanya Bian.
"Gue laper. "
Bian menarik senyumnya, "kalau gitu kita makan. "***
Bian kembali dengan membawa sebuah nampan berisi pesanan gadis itu, pasta. Lisa adalah salah satu menggila pasta. Ia mengambil duduk didepan gadis itu. Mengulurkan pesanan Lisa, "selamat menikmati tuan putri. "
Lisa tersenyum, "alay lo! "
"Gak apa - apa lo bilang gue alay. Yang penting gue bisa bikin lo senyum. "Mereka masih larut dengan makanan masing - masing. Tidak ada obrolan setelah ini. Hingga seorang gadis dengan rambut pirangnya datang menghampiri meja mereka.
"Bi! " Teriak gadis itu. Ia langsung berlari dan memeluk Bian. Bisa Lisa lihat jika pria itu juga kaget dengan perlakukan gadis berambut pirang itu. Bahkan Bian menjatuhkan garpunya kelantai.Entah kenapa hati Lisa menjadi panas ketika melihat adegan didepannya itu. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Yang pasti jangan didepannya.
"I miss you so much, Bi! " ucap gadis berambut pirang itu lagi.
Lisa melirik sekilas. Tapi ia segera mengalihkan pandangannya kembali ketika gadis itu mencium pipi kanan Bian. Didepan matanya. Garis bawahi, didepan matanya.Kenapa gue ngerasa sesak didada gue ya?
Ia meremas ujung jaket yang ia kenakan. Matanya mulai memanas. Seperti ada sesuatu yang seharusnya keluar tapi tertahan. Tenggorokannya tercekat. Jika saja ia berkedip saat itu, mungkin sesuatu yang ia tahan tadi akan meluncur keluar dengan mudahnya.Kenapa gue ngerasain ini sih. Aneh banget. Dia itu juga bukan siapa - siapa gue. Kenapa gue ngerasain sakit kayak gini. Ini udah gak beres!
---
Hai.. Author balik lagi. Maafkan ya jika author telat update. Kemarin itu author gak ada ide. Karena author tidak bisa memaksa update jika tidak punya ide. Takutnya jadinya jelek. Makanya gak update beberapa hari. Maafkan ya. Semoga kalian masih mau setia membacanya...
Kudus, 24 Juni 2018
Wlnd0511

KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Jugendliteratur"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.