Lisa menatap uluran tangan Bian dengan sedikit bingung.
"Cepet! Nanti guru bakal datang kesini, " ucap pria itu.
Lisa tersadar. Ia meraih uluran tangan Bian. Detik selanjutnya, ia sudah berada di gendongan pria itu. Dengan reflek, Lisa menggantungkan tangannya dileher Bian.Mata mereka bertemu cukup lama. Lagi - lagi Lisa langsung terhipnotis oleh mata hitam milik Bian. Entah kenapa ia selalu tersihir pada mata indah pria itu. Pahatan diwajah Bian yang sempurna membuat ia tersihir kembali. Menatap pria itu dalam jarak sedekat ini, membuat jantungnya seperti lari marathon dipagi hari.
Lisa tersadar dari lamunannya ketika pria itu dengan sengaja meniup wajah Lisa. Gadis itu mengerjap, tubuhnya yang tadinya melayang, kini kembali ketanah. Ia merapikan seragamnya yang tadinya sedikit tersingkap karena ulah Bian.
"Ternyata lo berat juga ya, " celetuk Bian.
Tak lama sebuah tangan mendarat dikepala belakang Bian.
"Sialan lo! Gue gak berat. Lo aja yang lembek! " Ucap Lisa lalu berlalu meninggalkan pria itu sendiri.Bian memegang dadanya yang berdegup kencang, "diem lo. Jangan bikin gue malu! " Ia menepuk dadanya. Mencoba menenangkan degupan jantungnya yang kencang itu.
Lisa menjatuhkan pantatnya dikursi tempatnya duduk. Ia menghela nafas. Melihat keseliling, mencari keberadaan Jennie.
"Jenn!! Duduk samping gue hari ini! " Teriakannya menggelegar dipenjuru ruang kelasnya.Belum sempat Jennie menjawab, seseorang telah mengambil tempat duduk disampingnya. Siapa lagi kalau bukan Bian. Lisa menghela nafasnya, ia lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan buku - buku didepannya.
Kenapa gak ada guru masuk sih! Kan rasanya gak enak kalau dilihatin kayak gini terus.
Lisa melirik sekilas kearah Bian yang masih menatapnya dari samping. Kemudian beralih kembali pada buju didepannya.Sial! Ini kenapa gue kayak kena serangan jantung ya?
Lisa memejamkan matanya, merilekskan fikirannya.
"Kamu kenapa? " Tanya Bian.
Lisa menoleh, "kamu? "
"Maksud gue, lo kenapa?" Koreksinya.
Lisa mengangguk paham, "gak apa - apa! "Bian mendekatkan wajahnya pada Lisa. Ia menopang dagu sambil menatap gadis itu.
"Kata orang, kalau cewek bilang gak apa - apa itu berarti dia ada apa - apa. Cerita Lis. Gue emang belum kenal deket sama lo. Tapi, apa salahnya? "Lisa menoleh, ia menyadari jika posisi Bian terlalu dekat dengannya. Ia mendorong bahu pria itu untuk menjaduh darinya.
"Lo yang salah! Jangan dekat - dekat gue! "Ucap Lisa.
Dahi Bian menaut, ia bingung dengan apa yang dikatakan gadis didepannya itu."Salah gue apa Ya Tuhan?! Serba salah gue! " Ucapnya frustasi. Bian meremas rambutnya dan beralih kembali kearah Lisa.
"Sebagai permintaan maaf gue, lo harus ikut gue jalan - jalan sekarang." Putus Bian. Ia menarik gadis itu dari duduknya. Tapi tertahan oleh Lisa.
"Mau kemana? " Tanya gadis itu bingung."Menghilangkan sosok singa yang bersarang ditubuh lo, " ucapnya. Dan langsung dibalas oleh pukulan Lisa dipunggungnya. Sepertinya Bian harus lebih bersabar dan merelakan punggungnya memerah karena pukulan Lisa.
Lisa menghentikan langkahnya kembali.
"Belum jam pulang! "
Bian menghela nafasnya, "ada rapat. Murid pulang pagi. " Ia menunjuk ruang kelasnya yang sudah mulai sepi.
"Kok gue gak tau," lirih Lisa.
"Lo terlalu sibuk sama fikiran lo! "Lisa mendengus, ia memasukkan buku - bukunya kedalam tas.
"Ini juga gara - gara lo, tolol! "Gadis itu masih mendengus. Sesekali ia membuang nafasnya kasar. Mengumpat pada Bian.
"Dia yang ngajak gue pergi. Tapi dia juga yang ningalin gue. Dasar! " Ocehnya.Bian menghentikan langkahnya mendadak. Membuat Lisa yang berjalan dibelakangnya tertabrak oleh punggung tegap pria itu.
"Kalau mau berhenti itu bilang dong! Sakit tau!" Omel Lisa. Gadis itu mengusap dahinya yang tadi terbentur oleh punggung tegap Bian.Bian berbalik, gadis itu masih mengusap dahinya dengan omelan yang terus keluar dari bibir mungil gadis itu.
"Itu punggung atau tembok. Keras banget! "Cibir Lisa.Sudut bibir Bian berkedut, menampilkan sebuah senyuman. Tangannya terulur untuk mengusap dahi Lisa. Mengusapnya dengan lembut. Membuat sang empunya tersadar jika posisi mereka sangat dekat. Lisa bisa merasakan deru nafas Bian dipuncak kepalanya. Gadis berambut panjang itu menahan nafasnya. Tak lama ia kembali mendorong pria itu untuk kedua kalinya.
"Suka banget sih ngedorong gue! "
Lisa memasang muka datarnya, menyembunyikan kegugupan yang melanda dirinya.
"Siapa suruh dekat - dekat! "
Bian memutar bola matanyanya, "terserah! " Pria itu mengulurkan jaket jeans kearah Lisa. "Pake! Tutupin paha lo. "Lisa menyipitkan matanya, "buat apa sih? Lo selalu ngasih jaket lo buat nutupin paha gue. Kenapa? "
"Karena gue gak suka lihat tubuh lo jadi tontonan! "
Deg!
Jantung Lisa seakan berhenti berdetak. Mendengar kalimat yang keluar dari bibir Bian tadi. Seakan membuat udara diparu - parunya habis.
Ingat Lis. Semua cowok itu sama. Yang keluar dari mulutnya itu cuma gombalan gocengan!Lisa tersadar dari semuanya, ia membalas tatapan Bian.
Jangan tatap gue seperti itu plis!
"Siapa lo? Ada hak buat ngatur gue?"
Tamat sudah. Bian dibuatnya bungkam oleh pernyataan Lisa tadi.
"Kenapa gak bisa jawab kan?" Lanjut Lisa.Bian tersenyum, "Oke. Gak apa - apa. Mungkin sekarang kita emang gak ada hubungan, " Bian melangkah mendekat kearah Lisa. "Gak tau besok atau lusa. Siapa tau lo suka sama gue."
Lisa mengerjapkan matanya. Menatap Bian dari dekat seperti itu membuat oksigen dikepalanya habis. Pusing seketika melanda dirinya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum merebut jaket yang ada ditangan Bian.
"Terserah lo! Karena itu semua gak akan terjadi! "
Bian menyunggingkan senyumnya. Ia manatap Lisa yang mengikatkan jaketnya dipinggang.
"Siapa tau aja kan. "***
Lisa mengerjapkan matanya. Ia menatap keramaian didepannya. Kemudian beralih pada Bian yang tengah merapikan rambutnya.
"Ngapain kita ketanam bermain?" Tanya Lisa.Tidak ada jawaban dari Bian. Ia melangkah mendekati Lisa dan meraih tangan Lisa untuk digenggamnya.
"Gue akan buat mood lo baik hari ini," Bian mengencangkan genggaman tangannya pada Lisa. Membuat semburat merah muncul dipipi gadis itu. Bian mengangkat kaitan tangan mereka diudara, "biarin kayak gini. Gue gak mau lo hilang didalam sana. "Seperti ada ribuan kunang - kunang yang memenuhi perut Lisa. Mendengar ucapan Bian tadi, entah apa yang ia rasakan. Ia tidak bisa menjelaskannya. Seperti ingin tersenyum, tapi tidak tau untuk alasan apa. Ini agak menjijikkan bagi seorang Lisa.
Gadis berkuncir kuda itu tersenyum dengan sangat lebarnya ketika terpaan angin menerpa rambutnya. Menaiki sebuah wahana pada ketinggian seperti ini tidak membuatnya takut, ia malah senang. Berbeda dengan pria disampingnya itu, pria itu tengah berkeringat dingin karena ketakutan.
Lisa semakin tertawa dengan lebarnya ketika melihat wajah pucat dari seorang Bian. Pria itu yang mengajaknya menaiki wahana histeria ini. Tapi pria itu juga yang ketakutan akan ketinggian. Sangat lucu.
"Lis!! Gue takut. Bangke! Ini wahana ini kapan berhentinya sih! " Teriak Bian begitu saja.
Lisa menyembunyikan wajahnya, menahan malunya. Tapi ia tidak bisa menyembunyikan tawanya. Melihat wajah Bian yang ketakutan seperti ini membuat dirinya lupa akan kejahilan yang pria itu buat untuk dirinya.Gue harap kebaikan lo bukan hanya kedok semata, Bi.
Lirih Lisa dalam hati sembari menatap wajah Bian disampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Roman pour Adolescents"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.