Sebelas

271 40 5
                                    

Hai.. Pada nungguin BiLis couple gak?  Maaf baru update lagi ya.. Hehe.. Ada sesuatu yang membuat author lupa buat update. Haha...
Selamat HARI RAYA IDUL FITRI bagi yang merayakan ya..
Yuk.. Langsung baca aja!

———

Setelah pengakuan terang - terangan yang dilakukan oleh Bian beberapa hari lalu. Beberapa hari juga Lisa mencoba mengabaikan Bian. Menghindari untuk tidak berpapasan dengan pria itu. Meskipun ia tau jika pria itu masih menjadi teman sebangkunya. Tapi ia meminimalisir untuk tidak berbicara pada pria itu terlebih dahulu.

Memang apa salahnya jika kita mencintai seseorang. Toh itu tidak merugikan kita. Dan itu adalah hak setiap orang. Pada siapa setiap orang menjatuhkan hatinya, itu adalah hak orang tersebut. Seperti Bian, siapa yang tau jika pria itu menjatuhkan hatinya pada Lisa. Seorang gadis yang sudah tidak percaya lagi dengan apa itu cinta. Baginya, love is bullshit.

Sejak kejadian dua tahun yang lalu, yang membuat ia bahkan pindah dari sekolahan lamanya. Dan memilih sekolah yang lebih jauh dari tempat tinggalnya. Hanya dengan satu alasan,  perasaan. Mencoba menghilangkan perasaannya pada seorang pria berengsek. Pria yang sudah membuatnya takut akan cinta. Takut akan mencintai seorang pria kembali. Bukan. Ini bukan sebuah kelainan senyimpang seks. Ini hanya soal ketidak percayaan kembali seorang Lisa pada pria.

Flashback On

Lisa meremas - remas tangannya. Sejak kejadian kemarin diruang OSIS. Ia diminta untuk bertemu dengan pria itu kembali. Ini sudah sepuluh menit Lisa menunggu pria itu ditaman belakang sekolah. Gadis itu menggerakkan kakinya yang ada ditanah dengan gelisah.

Tak lama seorang pria muncul dari balik tembok. Berlari kearahnya dengan nafas yang sedikit tersengal - sengal.
"Maaf Lis. Sudah membuat kamu menunggu, " ucap pria itu setelah mengatur nafasnya.

Lisa berdiri dari duduknya, "g—gak apa - apa kok. Aku juga baru sampai. "
Pria itu mengangguk, ia mengambil duduk disamping Lisa. Dilanjutkan dengan Lisa yang kembali duduk ditempatnya.

"Ada apa manggil aku kesini? " Lisa mulai membuka suaranya.
"Maaf soal yang diruang OSIS kemarin, " ucap pria itu deng menunduk.

Lisa menarik senyumnya, "tidak apa - apa. "
Pria itu mengangkat kepalanya, menoleh kearah Lisa.
"Aku sayang sama kamu Lis. "
Lisa dibuat membeku ditempat. Dalam hati ia bersorak gembira. Setidaknya perasaannya selama ini terbalas.

"Kamu mau jadi pacar aku? " Lanjut pria itu.
Lisa tidak menjawab, juga tidak sedang berfikir. Tentu saja jawabannya iya. Ia hanya masih memikirkan bagaimana cara menyampaikannya. Pada akhirnya Lisa lebih memilih mengangguk. Dimana bibir sudah tidak mampu berbicara. Saat itu lah bahasa tubuh digunakan.

"Kamu serius Lis? " Tanya pria itu meyakinkan.
Lisa kembali mengangguk.

Memang tidak ada yang aneh setelah itu. Semua berjalan dengan lancar selama beberapa bulan kedepan. Dan saat bulan ketujuh. Dimana ia akan naik kekelas sebelas. Disitulah ia menemukan kejanggalan tentang sikap pria itu.

Dari dia yang sangat perhatian, berubah menjadi cuek. Dari dia yang selalu mengirim kabar, berubah jadi jarang memberi kabar. Tapi, gadis itu selalu memiliki fikiran positif tentang kekasihnya itu. Hingga pada hari ulang tahun kekasihnya itu. Ia berniat untuk memberinya kejutan. Dimana kekasihnya itu adalah wakil dari OSIS. Ia berniat untuk memberi kejutan di ruang OSIS selepas pulang sekolah.

Lagi - lagi ia harus memasuki ruangan yang penuh dengan kenangan buruknya itu—insiden origami. Lisa meneguhkan hati untuk memasuki ruangan itu kembali. Ditangannya sudah ada kue yang siap ia berikan pada kekasihnya sebagai kejutan dihari ulang tahun kekasihnya.

Baru saja ia membuka pintu aluminium itu. Samar - samar ia bisa melihat seseorang di dalam sana. Lampu rung OSIS yang dimatikan membuat gadis itu sulit melihat seseorang disana. Lisa menajamkan penglihatannya. Matanya membulat ketika melihat seseorang itu. Bukan seseorang, tetapi dua orang.

Pria yang menjadi kekasihnya itu tengah menangkup wajah seorang gadis berambut panjang. Hal yang paling menyakitkan yang Lisa rasakan selama hidupnya, terjadi hari ini. Dimana ketika ia dihianati oleh seorang pria yang ia cintai.

Dilihat dari posisi Lisa sekarang, kedua orang tersebut tengah berciuman. Tetapi lagi - lagi gadis itu masih memiliki sikap positifnya.
Mungkin gadis itu sedang kelilipan, lirihnya dalam hati.

Tapi semuanya runtuh begitu saja. Ketika kedua orang tersebut saling menggerakkan kepalanya. Dapat Lisa lihat dengan jelas jika bibir keduanya saling menempel, bahkan saling melumat.

Tanpa sadar, kue yang Lisa pegang terjatuh begitu saja. Menimbulkan bunyi yanh berhasil membuat kedua insan itu menghentikan aktifitas menjijikkannya.

Pria itu terkejut ketika melihat Lisa berdiri didepannya dengan tatapan kebencian. Bukan tatapan yang penuh dengan air mata. Tidak berguna menangisi seorang pria yang bahkan tidak menghargai sebuah hubungan dengannya.

Pria itu berjalan kearah Lisa, "ini gak seperti yang kamu lihat Lis. "
Pria itu menoleh kebawahnya, dimana sebuah kue hancur tepat dibawah kaki gadis itu.

Lisa menarik senyumnya, "gak seperti yang gue lihat ya? " Ulang Lisa.
"Aku Lis. Pakai aku-kamu, " koreksi pria itu.
Senyum Lisa semakin mengembang, sebuah senyum miris yang ia tunjukan.
"Gak ada lagi aku-kamu Nat. Gak ada lagi kata kita antara gue dan lo, " Lisa memalingkan wajahnya kearah seorang gadis yang ada dibelakang pria itu. Telunjuknya menunjuk gadis itu dengan penuh kebencian. "Dan lo! Gue gak nyangka lo sepicik ini ngekhianati gue kayak gini. Lo itu sahabat gue, gue ingetin kalau lo lupa, Lan! " Lanjut Lisa.

Bisa didengar dari suaranya, gadis itu penuh dengan kebencian dan kekecewaan. Dengan sekuat tenaga Lisa menahan air matanya untuk tidak jatuh didepan kedua orang ini.
Lani, mantan sahabatnya itu berjalan mendekati Lisa. Ia mencoba untuk memegang tangan Lisa.
"Gak usah pegang - pegang gue! Gue jijik dipegang sama lo! " Teriak Lisa didepan wajah Lani.

"Lo boleh Lis, caci maki gue. Hina gue. Gue ikhlas. Asal lo jangan ninggalin gue. Gue masih sahabat lo, " pinta Lani.
Lisa menepis tangan mantan sahabatnta itu dari lengannya.
"Iya lo masih sahabat gue," senyuman dibibir Lani mulai mengembang. "Tapi itu sepuluh menit yang lalu. Sebelum gue tau semua kebusukan lo berdua, " lanjut Lisa yang berhasil menghilangkan senyuman dari Lani.

Lisa beralih pada pria itu, "dan buat lo! Selamat ulang tahun dan selamat anniversari kita yang terakhir. "

Flashback Off

Lisa menggerak - gerakan kakinya yang menggantung ditepi atap sekolahnya. Ia menengok kebawah, kendaraan terlihat begitu kecil ketika dilihat dari ketinggian ini. Kenangan pahit dua tahun yang lalu berhasil masuk kembali diotaknya. Sekeras apapun ia mencoba melupakan itu. Tetap saja masih ada ruang diotaknya yang selalu memutar kenangan itu kembali. Pada dasarnya yang pertama akan sulit dilupakan. Termasuk hal pahitnya.

Lisa memjamkan matanya, menikmati terpaan angin diwajahnya. Hingga sebuah suara berhasil mengusiknya.
"Jangan menjauh dari gue. Jangan lari dari kenyataan kalau lo juga punya rasa buat gue, " lirih seorang pria yang mengambil duduk disampingnya.

Tanpa ia menoleh sekalipun ia sudah tau siapa pemilik suara itu.
"Buat apa gue menjauh. Kalau pada akhirnya lo selalu ngejar gue, " balas Lisa tanpa menoleh sedikitpun kearah Bian.

Bian tersenyum kearah Lisa.
"Karena pada dasarnya pria ditakdirkan untuk mengejar gadis yang dia suka. "

REFLECTION [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang