Bian menjatuhkan tubuhnya ketempat tidur miliknya. Ia menjadikan tangannya untuk bantalan. Matanya terpejam. Sebuah benda bergetar dari saku membuat ia kembali membuka mata. Sebuah telfon dari Kriss.
"Apa? " Ucapnya tak bersahabat.
"...."
Ia bangun dari tidurnya, "gue kesana sekarang. "Bian mencari kunci motornya. Ia merogoh kantung jaketnya tidak ada. Hanya sebuah permen lolipop yang ia temukan. Ia mengamati permen itu.
....Lolipop akan selalu membuat lo mengingat gue....
Bian melempar lolipop itu ketempat tidur. Setelah menemukan kunci motornya, ia kembali bergegas meninggalkan rumah. Ia bahkan berlari saat menuruni anak tangga rumahnya.
Sempat berpapasan dengan adiknya, ia menepuk sekilas pundak Bryan.
"Bilang ke mama. Gue pergi, " ucapnya.***
Pria itu kembali memasuki gedung tua itu kembali. Sudah beberapa hari terakhir ini ia tidak pernah kembali pada gedung tempat ia mendapatkan kepuasan serta uang, pertandingan tinju tentunya.
Begitu ia memasuki gedung tua itu, ia sudah disambut oleh dua laki - laki berbadan kekar. Kedua laki - laki yang ia ketahui bernama Baron dan Jack yang berberewok. Ia memberi salam khas pria pada keduanya.
"Baru muncul lo, Bi. " Ucap Jack.Bian hanya menarik senyumnya dan berlalu lebih masuk lagi kedalam. Mencari seseorang yang tadi menelfonnya. Ia mengedarkan pandangannya, hingga sebuah teriakan namanya membuat ia menoleh.
"Bian! Dateng juga lo ternyata. " Teriak Jay yang mulai berjalan mendekatinya.
Bian menatap pria itu malas. "Gue gak pengecut, asal lo tau. "Pria yang memiliki tatto pada dadanya—terlihat karena dua kancing teratas terbuka— itu menyeringai.
"Kalahin gue kali ini. Kalau lo menang lagi, lo ambil motor gue. Kalau lo kalah, " ia menjeda kalimatnya. Berjalan mendekat kearah Bian, membisikkan sesuatu kepada pria itu.
"Serahin cewek yang waktu itu lo tolongin, " lanjutnya.Bian menggeram ketika menatap seringain yang mencul disudut bibir pria itu.
"Kalau lo berani ganggu dia lagi, habis lo malam ini sama gue." Ancam Bian. Ia berlalu meninggalkan Jay ditempatnya yang masih tersenyum seringai itu.Jay berengsek!
***
Pukulan demi pukulan Bian lontarkan pada pria itu. Dirahang, diperut bahkan disekujur tubuh pria itu. Ia tersenyum remeh ketika pria itu tumbang dibawahnya. Ia merendahkan tubuhnya, "jangan ganggu cewek itu lagi. Kalau lo masih mau hidup. "
Dalam kesaktiannya, pria bertato pada dadanya itu menyeringai. Pria itu masih duduk dibangku SMA. Tapi ia sudah memiliki tato permanen pada bagian dadanya. Sungguh tidak masuk diakal.
Jay bangkit dari tempatnya dengan menendang perut Bian kemudian melontarkan pukulannya pada sudut bibir Bian hingga berdarah. Bian sempat terhuyung kebelakang, ia menyeringai. Detik berikutnya ia kembali membalas pukulan pria itu kembali. Kali ini pukulan bertubi - tubi hingga membuat wajah tampan pria itu menjadi hancur.
Ia tersenyum puas ketika pria itu tergeletak tak berdaya dibawahnya. Ia menginjak bahu kanan pria itu, "perjanjian kita masih berlaku. " Ia mengakhiri ucapannya dengan seringaian.
***
Bian menghadap ke cermin depannya. Tangannya mengusap bekas pukulan pria itu. Ia sedikit meringis ketika tekanannya itu membuat darah kembali mengalir disana.
"Jay sialan! Wajah tampan gue jadi terluka kan! " Ia menempelkan plester luka kesudut bibirnya itu.Sebuah fikiran terlontar diotaknya.
"Bryan, " lirihnya.
Ia mengambil ponselnya dan hendak menghubungi adiknya itu.Panggilan yang pertama tidak dijawab. Kedua kali juga tidak dijawab. Bian menggeram, ia mencoba untuk ketiga kalinya. Dan dijawab.

KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [ Selesai ]
Подростковая литература"Ini gak masuk akal. " Gue sayang sama dua orang yang memiliki hubungan darah. Bahkan kembar.