Empatbelas

233 39 4
                                    

Bian, pria itu berjalan dengan senyuman merekahnya memasuki rumah. Ditangannya ia memegang ponsel milik Lisa. Ia menghampiri sang adik yang tengah terduduk disofa ruang tv.

"Ada apa ini? Kenapa abang gue senyum - senyum gak jelas kayak orang gila? " Celetuk Bryan.
Biasanya jika ia tengah mengejak kakaknya itu, ia selalu mendapat balesan pukulan dari sang kakak. Tapi kali ini tidak. Bian malah mengusap pucuk kepala adiknya itu dengan beberapa kali kecupan ia lakukan pada pucuk kepala Bryan.

Bryan mengusap bekas kecupan Bian dirambutnya. "Jijik lo bang! "
Bian mengusap rambut adiknya lagi, "adek. Kalau sama abang itu ngomongnya jangan kasar - kasar. "
"Bodo amat! " Balas Bryan cuek.
Plak! Dan kali ini dibalas oleh Bian dengan melemparkan pukulan dipunggung adiknya itu.

Bryan melontarkan tatapan sinis kearah kakaknya. Tapi tak sengaja matanya itu menemukan sebuah ponsel yang berada di genggaman tangan Bian.
"Ponsel lo baru bang? " Tanyanya.

Bian melirik kerah ponsel pada genggamannya. Mengangkatnya.
"Enggak, ini milik temen gue. Ketinggalan tadi. "
Pria disamping Bian itu menatap sebuah ponsel yang tidak asing dimatanya, "kayaknya gue kenal deh pemilik ponsel itu. "

Plak!  Sang kakak berhasil memukul kembali adiknya tepat didahinya.
"Sok kenal lo! "
"Bangsat lo emang jadi abang! " Teriak Bryan.

"Mama! Adek ngomong kasar! " Teriak Bian memanggil mamanya.
Tak lama seorang wanita paruh baya keluar dari dapur dengan masih membawa spatula ditangannya.
"Adek!  Gak boleh ngomong kasar sama abang! " Ucap sang mama, Marissa.

Bryan berdiri dari duduknya, memberi hormat pada sang mama.
"Siap komandan! "

***

Bian keluar dari dalam kamar mandinya dengan pakaian yang cukup dibilang rapi. Celana jeans dengan kaos berwarna putih dilapisi oleh kemeja berwarna biru tua diluarnya. Ditambah dengan sepatu warna putih kesukaanya.

"Wuah.. Udah rapi aja lo bang. Mau kemana nih. Adek ikut dong. "
Bian berjalan kearah adiknya itu. Mengusap beberapa kali rambutnya, "ngikut aja lo kayak ekor. Lo dirumah aja. Gue mau ngapeli gebetan ini. Mudah - mudahan dia mau ya sama gue. "

Bryan tertawa, "gak mungkin dia mau sama lo yang aneh! Gue yang udah hidup sama lo selama dikandungan sampai sekarang aja enek lihat lo terus. "
Bian mendengus, "sialan lo! "
"Mama! Bian berangkat. Nanti makan malam diluar! "
"Ya.. Hati - hati bang! " Balas sang mama dari dapur.

Dengan siulan yang mengiringi langkahnya, ia berjalan menuju dimana motornya terparkir. Senyuman masih menghiasi bibirnya. Ia akan pergi kerumah Lisa hari ini. Tapi mungkin tidak kerumahnya, melainkan kerestoran ayam milik keluarganya.

Bian memarkirkan motornya. Menatap restoran ayam didepannya yang cukup ramai. Ia juga bisa melihat keberadaan Lisa yang tengah sibuk didalam sana. Senyuman kembali terukir dibibirnya.
"Gue rasa gue emang jatuh cinta sama gadis itu, " lirihnya.

Sebuah tepukan dibahunya membuyarkan semua. Ia menoleh, orang tersebut adalah Samuel, adik Lisa.
"Kenapa berdiri disini bang. Ayo masuk, " ajaknya.
Pria itu mengikuti langkah Samuel dari belakang. Memasuki restoran ayam yang tidak terlalu luas itu tapi selalu ramai.

"Kak.. Ada temen lo! " Teriak Samuel memanggil kakanya.
Tak lama seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda keluar dari dalam dapur. Lisa masih menggunakan celmek yang ia gunakan untuk menggoreng ayam tadi. Dengan keringat yang berada disekitar dahinya, memancarkan aura kecantikan alaminya.

Bian menatap gadis itu tanpa berkedip sedikitpun. Hingga sebuah tepukan dipundaknya menyadarkannya.
"Biasa aja lo bang liatin kakak gue!  Jelek kayak gitu kok lo liatin sampai segitunya. "

Bian melirik sekilas kearah Samuel.
Dia cantik bego!
Lisa berjalan kearahnya, ia mengulurkan tangannya kearah Bian.
"Balikin ponsel gue! "
Bian tersadar, ia berputar dan duduk disalah satu kursi disana.
"Gue pesen ayam satu porsi ya. Soda juga sekalian, " pesan Bian.

Gadis itu menggerakkan giginya.
"Gak terima pesanan dari pelanggan kayak lo, " ia maju menghampiri Bian. "Balikin ponsel gue! "
Pria itu memutar - mutar ponsel Lisa dengan jarinya. "Gak ada yang gratis didunia ini Lis. Cepet bawain pesanan gue, " ucapnya yang dibalas dengan tatapan tajam Lisa.
"Gue bayar kok, " Bian mengeluarkan dompet kulit dari sakunya.

Dengan berat hati, Lisa melangkah kembali menuju dapur. Mengambil pesanan Bian tadi. Gadis itu menghentak - hentakkan kakinya.
"Gue benci Bian! " Ocehnya.
"Gue juga cinta sama lo Lis! " Balas Bian dengan berteriak. Membuat pengunjung restoran itu mengarahkan pandangan padanya.

Bian tersenyum sambil mengangkat tangannya.
"Gue tau gue ganteng. Gak usah ngelihatin sampai gitu, oke? " Ucapnya pada pengunjung restoran dengan percaya diri.

Gadis itu kembali dengan membawakan pesan Bian. Ia menaruhnya dengan sedikit hentakan.
"Nih pesanan lo! "
Bian menarik senyumnya. Entah kenapa sifat Lisa yang judes membuatnya bahagia.

"Duduk didepan gue. Temenin gue makan. " Ucap Bian yang berhasil membuat Lisa membelalakan matanya.
"Gue udah makan tadi, " balas Lisa cuek.
"Setidaknya temenin gue makan. Lo cuma duduk disini sampai gue abisin nih ayam. "

Lisa menghela nafasnya, "cepet abisin. Gue sibuk! "
Bian tersenyum kemudian mulai memakan ayam pesanannya tadi.

***

"Udah selesaikan?  Sekarang balikin ponsel gue, " tagih Lisa.
"Buru - buru amat, Lis. Gue aja belum minum ini, " balas Bian mulai meneguk sodanya.
Gadis itu memutar bola matanya. Ia mengeluarkan beberapa kupon yang ada dikantong celmeknya, meletakkannya dimeja Bian.

"Nih, kupon ayam. Anggep aja bayaran karena lo udah balikin ponsel gue. Sekarang balikin ponsel gue, " ucap Lisa. Gadis itu sudah kehabisan kesabarannya.

Bian mengeluarkan ponsel Lisa dari sakunya dan bertukar dengan beberapa kupon ayam dengannya.
"Akhir pekan lo harus mau jalan sama gue! " Ucap Bian.
Lisa segera merebut ponselnya dari tangan Bian dan memasukkannya kedalam saku celmeknya.
"Mimpi lo! "

Pria itu menahan pergelangan tangan Lisa yang hendak berlalu meninggalkannya. Menarik tangan kecil itu untuk mendekat dengannya. Meletakkan diatas dada kirinya.
"Lo dengar kan jantung gue selalu detak cepet kalau deket sama lo, " lirih Bian.

Lisa terkejut dengan apa yang pria itu lakukan padanya. Dapat ia rasakan memang jika jantung Bian berdetak sangat kencang. Dan ia juga bisa mendengar detakan jantung itu.
Sial itu bukan suara detak jantung Bian. Itu suara detak jantung gue!

Lisa menarik tangannya kembali.
"Apa - apaan sih lo, Bi! " Ucapnya kemudian berlalu menuju dapurnya kembali.

Gadis itu menyandarkan punggungnya pada tembok. Tangannya terulur untuk memegang dadanya. Debaran itu masih ada disana. Berubah menjadi lebih kencang lagi.
"Gue sakit jantung ya?" Tanyanya pada diri sendiri.
Lisa menggelengkan kepalanya, "gila!  Gak mungkin kali. Gue masih mau hidup. "

Disisi lain, senyuman Bian masih mengembang begitu saja. Ia mengetikkan sebuah pesan keponsel Lisa.

Ponsel Lisa berbunyi, menampilkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.
Selamat malam, Lis. Mimpiin gue ya.  Gue sayang lo. —Bian.
"Sial!  Dia nyuri kontak gue. "

———

Hai... Ada yang nungguin Reflection gak?
Maaf ya author baru bisa update. Seharian habis nonton WIN nih.
Jangan lupa vote + comment ya.

Kudus, 20 Juni 2018

Wlnd0511

REFLECTION [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang