[VA#2]-(5)

2.2K 204 5
                                    

Rival's POV

Langit semakin mendung, suasana lebih mencekam. Udara semakin dingin, menusuk hingga kedalam kulit melewati pakaian tebalku membuat tubuhku menggigil kedinginan.

"Val, sumpah ya. Ini dingin banget, grr.. kita belum istirahat daritadi. Dan, nggak ada satu pun tempat yang bisa kita singgahi untuk berlindung dari badai. Ck, gimana nih?" Rey terus-terusan mengomel karena kedinginan. Cuaca yang begitu dingin, membuat suara Rey bergetar.

Aku menoleh kearah Rey, "iya aku sadar kalau aku salah. Aku minta maaf, kalau kita istirahat dan ikutin Key sama Ven mungkin nggak akan seperti ini jadinya."

Aku merasa bersalah juga sih. Aku terlalu egois, lebih mementingkan keperluanku sendiri daripada sahabatku. Dan sekarang, lihatlah! Aku jadi lelah dan kedinginan.

Rey memutar bola matanya malas. Ia pasti sangat kesal denganku karena baru menyadari kesalahanku sekarang.

"Sudahlah. Eh tunggu, lihat disana! Ada gubuk tua. Ayo kesana sebelum kita mati kedinginan disini!" Rey menarik tanganku agar lebih cepat sampai disana.

Memang, sekitar beberapa meter lagi ada sebuah gubuk kecil tua dan reyot. Hampir saja hancur dimakan umur.

"Eh.."

Akhirnya mereka pun sampai di teras gubuk tersebut. Sebuah cahaya dari dalam ruangan tersebut membuat Rey dan Rival berpikir kalau didalam sana ada pemilik gubuk tua ini.

Dengan tangan bergetar karena kedinginan, aku megetuk pintu gubuk ini.

Tok..tok..tok..

"Permisi.. apa ada orang didalam. Kami ingin menumpang disini, diluar sangat dingin. Permisi!" Aku berucap agak kuat, takutnya tidak didengar oleh penghuninya.

Tidak ada sahutan. Aku menoleh kearah Rey yang juga menatapku.

Seakan mengerti maksudku, Rey ikut menggedor pintu dan berteriak. Kami sudah tidak kuat lagi dengan cuaca di luar ini.

"Halo, apa ada orang didalam? Tolonglah kami, kami bisa saja mati kedinginan diluar ini." Rey berucap lirih karena tenggorokkannya sepertinya kering. Wajar saja, kami tidak beristirahat sama sekali. Bahkan untuk minum saja tidak.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari dalam mendekati pintu. Aku menoleh kearah Rey sambil tersenyum tipis. Ternyata didalam ini ada penghuninya, setidaknya kami tidak akan mati kedinginan diluar dengan cuaca se-ekstrim ini.

Perlahan, pintu gubuk ini terbuka. Bunyi pintu reyot dan tua terdengar. Kami menatap berharap kesana, semoga kami diperbolehkan untuk beristirahat disini sampai badai reda.

Setelah pintu terbuka, seorang Nenek tua berambut hitam legam bersinar terang menyambut kami dengan senyumannya.

"Aku sudah lama tidak kedatangan tamu.. silahkan masuk nak, maafkan karena tempat ini kecil. Tempat ini hanya gubuk tua, sudah rusak diperang badai."

Meski bingung dengan kondisi nenek itu, kami berdua tetap masuk kedalam gubuk itu. Karena disini tidak ada letric atau di Bumi biasa disebut listrik, ini hanya obor yanga ada di dinding ini.

"Kebetulan, aku baru membuat daun penambah energi. Kalian harus mencobanya." Ucap sang Nenek itu sambil menyodorkan piring diatasnya ada beberapa daun hijau kecil.

Aku menatap daun itu bingung. Apa aku harus memakannya? Apa daun itu tidak beracun. Bukannya berburuk sangka, aku hanya takut terjadi sesuatu. Kami kan baru saja bertemu.

Seakan mengerti pikiranku, Nenek tua itu berkata. "Jangan takut nak, aku tidak akan melukai kalian. Justru aku memberi ini agar kalian tidak kelelahan. Untuk apa aku meracuni kalian, pastinya kalian akan membunuhku setelahnya. Kalian kan Liether, kekuatan kalian pastinya tinggi."

Aku dan Rey terperangah mendengarnya. Bagaimana Nenek ini tahu siapa kami.

"Aku tahu siapa kalian. Dan aku juga tahu apa yang terjadi selama kalian disini, kalian berdua memisahkan diri dengan kedua Liether lainnya." Jawab Nenek itu.

"Mereka yang memisahkan diri.." bantahku kesal.

Nenek itu tersenyum, "iya. Tapi karena kamu yang lebih mementingkan diri sendiri."

Ups. Aku terdiam sekarang. Tak bisa membantah lagi, toh memang kesalahanku juga.

Tiba-tiba Rey berucap, "Nek. Apakah aku boleh bertanya?"

"Silahkan."

Rey menggaruk tengguknya salah tingkah. "Begini, pertama saya bingung bagaimana Nenek mengetahui kejadian yang kami alami. Lalu, kenapa dengan rambutmu? Maaf."

Wuah, aku salut. Aku tidak menyangka bahwa pertanyaan itu meluncur keluar dari mulut Rey. Hal yang sama yang aku pertanyakan dalam pikiranku juga daritadi.

Nenek itu menunduk, "pertama. Mengenai aku yang mengeahui kejadian yang kalian alami itu karena aku memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu seseorang, tetapi tidak dengan masa depan."

Aku dan Rey mengangguk-angguk pelan. Mengerti.

"Kedua, masalah rambutku ini. Pastinya kalian akan bingung kan, bagaimana seorang Nenek tua berambut hitam. Tidak berwarna putih." Ucap Nenek itu.

Aku dan Rey mengangguk lagi.

Lalu Nenek itu meneruskan, "dulu. Sekitar tiga tahun yang lalu, aku bertemu seorang pria tampan dan menarik hatiku. Setelah lama melakukan pendekatan, akhirnya kami menjalin kasih. Sekitar satu bulan kemudian, seorang perempuan datang kepadaku dan mengatakan kalau pria yang aku cintai itu merupakan tunangannya."

"Mereka berdua telah bertunangan."

🏰🏰🏰

Sedih banget gengz..

Aku sampe mau nangis ngebayangin cerita si nenek ini. Hixhix😭

Oya, komentarnya jangan lupa ya. Aku menunggu komentar kalian semua.😙

Vomment.

[#2] LIETHER | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang