[VA#2]-(1)

4.9K 269 16
                                    

Author's POV

"Selamat siang semuanya. Saya selaku Kepala Sekolah Verrionne Academy ingin memberitahukan pengumuman untuk kalian semua.."

"Berhubung telah satu tahun pelajaran telah berlalu. Kami akan mengadakan ujian, ujian ini bukan tertulis melainkan praktek secara langsung.."

"Kalian akan kami kirim ke suatu tempat. Disana kalian akan diberi teka-teki untuk mencari sesuatu yang berharga. Bagi kelompok siapa yang dapat terbebas dari jebakan dan mendapat barang itu lalu kembali dengan selamat akan naik kelas.."

Riuh. Seisi ruangan Aula itu langsung berisik, semua murid langsung mulai berkomentar karena pidato penyampaian Kepala Sekolah tadi yang terlihat begitu santai.

Padahal kan, ujian tahun lalu sangat mudah. Bukan seperti ini yang bisa membuat nyawa melayang.

"Masalah keselamatan, kami yang menjamin. Bagi siapa yang berniat naik kelas, harus mengikuti ujian ini. Kami sudah mengecek langsung tempat ujian kalian dan memberikan tantangan. Sudah diuji coba oleh para staff, dan semuanya aman.."

"Mungkin sekian saja pidato saya hari ini. Silahkan kalian pikirkan tentang keputusan kalian sendiri. Selamat siang.."

Mrs. Liliane turun dari panggung Aula diiringi tepuk tangan dari semua orang disana. Entah itu tepukan setuju ataupun hanya ikutan tepuk tangan saja.

"Kalian pada mau ikut ujian nggak? Aku jadi bingung, pasalnya aku ngerasa ada yang aneh." Ven berkata sambil berjalan disamping ketiga temannya itu.

Key mengendikkan bahunya, "aku agak ngeri ya. Gimana kalau kita nggak lulus? Ataupun keadaan nggak terkendali sementara kita masih di sana? Kan nggak ada yang bisa menutup kemungkinan kalau nggak akan ada kejahatan nantinya."

Semuanya mengangguk-ngangguk.

"Bener sih ya. Gimana kalau sesuatu yang buruk terjadi? Apa kita masih bakal selamat?" Rival menaikkan sebelah alisnya.

"Ya semoga aja nggak ada hal buruk yang terjadi."

🏰🏰🏰

"Rey.. aku bawain makanan buat kamu. Lihat antriannya panjang banget!"

Velicia atau biasa dipanggil Velice berjalan mendekati meja nomor 22 dengan sebuah nampan di tangannya. Tak lupa, Pamela dan Lalia yang merupakan dayang-dayangnya berdiri di belakangnya.

Key, Rey, Ven, dan Rival mendengus pelan.

Rey menaikkan alisnya sebelah sambil menatap menu di nampan itu, "aku nggak suka makan steak."

Key, Rival, dan Ven hampir saja tertawa mendengar tolakan Rey. Tidak suka? Bahkan steak itu menu favorit Rey.

"Loh? Bukannya kamu suka makan steak?" Velice mengerutkan alisnya bingung.

Rival terkikik dalam hati, "jangan malu-malu Rey! Biasanya juga kalau ada steak kamu langsung bahagia."

Rey langsung melotot ke arah Rival yang sedang menyengir. Menandakan bahwa ia kesal atas ucapan Rival tadi.

"Tuh, Rival aja bilang. Ayo dimakan! Sayang loh makanannya."

Velice meletakkan nampan berisi seporsi steak dan segelas es jeruk manis. Menu favorit Rey.

Key berdiri dari kursinya. "Rival, Ven.. ayo ngantri! Udah sepi tuh."

Ven dan Rival ikutan berdiri dan berbaris untuk mengambil makanan, meninggalkan Rey dengan Velice serta dayang-dayangnya.

Dalam hati, Rey mengumpat. Sahabat-sahabatnya itu sengaja mengerjainya ternyata, awas saja mereka.

"Eh, maaf ya Vel. Aku lagi nggak mood makan steak. Aku ngantri aja."

Rey langsung melecit meninggalkan Velice yang masih melongo dan mengumpat kesal, menuju meja hidangan makan siang.

Terlihat tiga orang yang tengah berbaris itu tertawa melihatnya.

Dasar! Kalau bukan sahabat, udah ku jahit tuh mulut. Hobi banget ngeledek. Batin Rey geram.

🏰🏰🏰

Tawa menghiasi suasana asrama nomor 22. Masih dengan topik yang sama, meledek Rey.

"Udah deh. Jangan ngeledek terus! Orang ganteng kan banyak yang suka. Buktinya Velice sampai rela ngantri buat aku." Rey menyengir ria yang dibalas tatapan horor dari ketiga sahabatnya.

"Ihh.. amit-amit."

"Bilang aja iri Val, kamu kan nggak ada yang ngefans.." Rey, Key, dan Ven tertawa.

Rival cemberut, "fans aku nggak terlalu fanatik. Karena fans aku otaknya masih waras, nggak kayak Velice."

"Wah.."

"Kurang ajar nih.."

Key menggeleng pelan melihat ketiga sahabatnya yang tengah siru membicarakan Velice.

Kasihan sekali gadis itu. Dijadikan bahan lelucon oleh ketiga orang ini.

"Jangan gitu dong, kasihan kali. Masa Velice diketawain."

Ketiga orang itu terdiam.

"Iya nih Rival. Nggak boleh ngeledekin orang." Rey menjulurkan lidahnya seperti anak kecil.

"Bener Key! Dasar kalian berdua, kerjaannya ngeledekin terus." Ven bersedekap sambil menggelengkan kepalanya.

"Heh!"

Tok..tok..

Semuanya menoleh kearah pintu asrama. Seseorang mengetuk pintu.

"Biar aku yang buka."

Key beranjak menuju pintu asrama masih diikuti tatapan ketiga sahabatnya. Tangannya menarik handle pintu.

Cklek..

Mata Key membulat melihat sosok yang berada di depan pintu. Velice dan kedua dayangnya.

"Hai. Rey-nya ada?"

🏰🏰🏰

Hohoho..

Kembali lagi dengan Author yang ribet ini.😅

Jangan lupa komen ya gais, butuh pencerahan banget nulis cerita ini. Hehe.

Vomment.

[#2] LIETHER | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang