[VA#2]-(16)

1.8K 158 6
                                        

Key POV

Aku memundurkan tubuhku semakin ke belakang, mendekati pohon pinus yang ukurannya sangat besar, mungkin umurnya sekitar 70 tahunan.

Aku melirik ke arah Ven yang sepertinya memberiku kode. Seketika tubuhku tak dapat mundur lagi, membentur pohon pinus besar di belakangku.

Dan langsung saja, Ven menyerang El dari belakang. Tapi sayang, perempuan licik itu sudah mengetahuinya.

Ia menundukkan kepalanya, membuat bola cahaya yang dibuatnya justru mengenai mataku.

Aku yang terkejut, belum bergerak sedikit pun dari posisi awalku.

Cahaya itu semakin menyilaukan, menusuk ke mataku. Membuatku reflek untuk menutup mata.

Pusing menyerbu kepalaku seketika. Efek cahaya tadi benar-benar kuat, sepertinya Ven menggunakan kekuatannya dengan besar untuk menyerang El.

Tapi, yah. Malah tujuannya berbalik ke arahku.

Aku tak bisa menahan sakit kepalaku, terduduk tidak berdaya di tanah yang basah. Dingin pun, aku hanya dapat menahannya. Bahkan untuk membuka mata pun, tidak bisa.

Tak tahu apa yang terjadi, aku hanya dapat mendengar. Aku terus berusaha agar dapat membantu Ven melawan El, karena kutahu dia adalah perempuan licik. Tapi apalah daya, aku memang lemah.

Aku memang tidak tahu bagaimana harus membantu Ven sekarang. Meskipun aku dapat melihat, mataku akan rabun. Lalu, bagaimana aku bisa mengeluarkan elementku? Disini suhunya sangat dingin, elementku air. Tentunya dapat membeku dengan mudah.

Lalu kurasakan tanah ini bergetar kecil, seperti ada yang terjatuh.

Aku bergetar, jangan-jangan itu adalah Ven. Oh astaga, aku tak tahu lagi harus apa.

Sampai tubuhku terasa melayang, lalu terhempaskan dengan kuat. Membuatku serasa patah tulang dimana-mana.

Sekarang, aku hanya dapat tergolek tak berdaya di tanah yang bersalju. Benar-benar sudah sangat tidak bertenaga lagi.

Aku merapalkan doa berkali-kali dalam hatiku. Semoga saja aku dan Ven akan selamat.

Apa yang harus kulakukan?? Terdengar lagi suara ledakan bertubi-tubi disusul suara debuman, seperti ada yang jatuh dari ketinggian.

Aku menenangkan pikiranku sejenak, rileks.

Perlahan, rasa sakit dan perih akibat mataku terkena cahaya dari Ven tadi berangsur-angsur menghilang.

Mataku terbuka lebar, menatap terkejut terhadap Ven yang terguling di tanah dengan kondisi yang lebih parah dariku. 

Aku melihat tubuhku sendiri, dengan celana panjang yang sobek sana-sini, tangan kaki berdarah, benar-benar terlihat mengenaskan.

Lalu aku sadar, sekarang bukan saatnya memerhatikan penampilan. Aku langsung berdiri meski tubuhku terasa oleng dan hampir jatuh lagi.

Aku kemudian mengeluarkan air dari tanganku, yang langsung ku lilitkan di tubuh El tanpa ia sadari.

Lalu saat ia berbalik, aku tahu bahwa tubuhnya sudah membeku.

🏰🏰🏰

Author POV

"Sebenarnya, mereka itu dimana sih? Daritadi kita sudah menyusuri daerah di sekitar gua tempat tinggal Ratu Pauline, tapi sampai sekarang pun kita belum dapat menemukan mereka." Keluh Mr. Frans.

Mrs. Liliane langsung saja menatap wajah Mr. Frans tajam, melotot kesal kearahnya.

"Sudahlah Frans, jangan mengeluh! Kau itu pria atau bukan? Bahkan Victory dan Liliane pun tidak mengeluh daritadi." Balas Mr. Julliano.

Mr. Frans hanya mendengus.

"Kalian ini, berhentilah berbicara! Kita harus fokus mencari Key dan Ven. Mereka dalam bahaya." Mrs. Victoria berucap kesal.

"Iya-iya."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Tiba-tiba, mereka merasakan getaran dan suara 'gedebuk' yang seperti suara suatu benda terjatuh.

"Ada apa disana?" Tanya Rival.

Rey hanya diam, namun ia langsung berlari ke arah suara tadi berasal. Menerobos jalan yang bersalju ini, tanpa takut jatuh.

Melihat Rey yang terburu-buru, yang lainnya pun menyusul. Mereka ikut mengejar Rey, takut-takut kalau ia bertindak gegabah saat melihat Key dan Ven terluka.

Eh, ralat. Sepertinya hanya Key yang dikhawatirkannya.

Sepertinya kalau hanya khawatir ke Key itu terdengar kejam ya. Padahal kan, alasannya karena Key itu perempuan. Meski Rey sendiri punya alasan lain, tapi alasan tadi lebih baik untuk didengar. Ia juga khawatir sih dengan Ven, tapi kan ya.. Ven itu laki-laki. Semoga saja bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Mengalihkan pikiran, mereka bersembunyi di balik pohon pinus yang besar. Masing-masing bersembunyi di satu pohon, membuat mereka terlihat seperti mengepung El.

"Kali ini, kalian akan mati. Dan tidak akan ada yang dapat menolong kalian. Bahkan Ratu itu saja tidak dapat!"

Mereka sangat terkejut. Barulah sadar kalau disana tidak hanya ada Key, Ven, dan El. Tetapi juga, ada Ratu Pauline.

Kondisi Ratu Pauline cukup mengenaskan, terikat di kursi kayu yang mereka yakini kalau kursi itu sudah dimantrai, dengan Ratu Pauline.

Juga kondisi Key dan Ven yang terlihat lumayan parah, membuat darah mereka serasa mendidih.

Berani sekali dirinya!

🏰🏰🏰

Hahahai..😙

Pa kabar semua? Pasti pada kezel ya nungguin aku yang lambat banget up-nya.

Maaf banget ya, masalahnya ya kemarin-kemarin kuota aku habis jadi nggak bisa update😂

Jangan lupa comment kalian ya guyysss. Ditunggu banget deh😘.

Vomment.

[#2] LIETHER | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang