[VA#2]-(4)

2.3K 211 7
                                    

Author's POV

Rey mendesah lelah, setelah tiga jam perjalanan di hutan ini tanpa henti.

Harusnya tadi aku ikut Key dan Ven saja. Pasti mereka sudah beristirahat dan melanjutkan perjalanan dengan semangat lagi. Sedangkan aku? Baru sekarang lelah dan tidak tahu harus istirahat dimana. Batin Rey.

"Rival, apa kamu tidak lelah? Berjalan tanpa tujuan dan istirahat membuatku lelah." Rey bertanya sambil mengeluh.

Rival membalikkan badannya. "Kalo capek, istirahat aja sana. Kayak Key dan Ven, nggak perlu ngikutin aku."

Sebenarnya sih..

Rival itu lelah, bahkan saangat lelah ya. Tapi karena gengsinya yang sampe langit ke tujuh itu, dia jadi sok tegar dan kuat.

Ia juga sih sebenarnya sependapat dengan Key dab Ven dua jam sebelumnya. Rival daritadi pengen cepat-cepat nyelesain uji kenaikan tingkat ini dan kembali ke VA.

Karena, seseorang telah menunggunya.

🏰🏰🏰

"GAWAT!!"

Mr. Frans membalikkan kursinya ke arah semua guru dan staff yang tengah panik.

"Cepat! Cepat beritahu Mrs. Liliane kabar ini. Terdapat kesalahan jaringan disini!" Mr. Frans berucap panik sambil mengutak atik teknologi.

Mrs. Hera, salah satu staff langsung mengangguk dan satu detik kemudian hilang dari ruangan itu. Berteleportasi yang hanya bisa dilakukan staff yang bolak-balik ke Bumi.

..

Tak sampai lima menit lamanya, Mrs. Hera berada di depan pintu ruangan Mrs. Liliane.

Tangannya dengan terburu-buru mengetuk pintu ruangan Mrs. Liliane membuat suara gaduh dari dalam maupun ruangan.

"Masuk."

Setelah terdengar suara dari dalam ruangan, Mrs. Hera segera membuka pintu sambil menundukkan kepalanya sedikit.

Di dalam sana, ternyata Mrs. Liliane sedang berbincang bersama Mrs. Victoria membuat Mrs. Hera agak malu karena telah menggedor-gedor pintu ruangan Mrs. Liliane.

"Ada hal apa yang membuatmu menggedor-gedor pintu ruanganku dengan sangat tergesa-gesa Mrs. Hera? Aku sangat penasaran." Mrs. Liliane berucap sambil menyeringai geli.

Mrs. Victoria terkekeh pelan.

Mrs. Hera beejalan mendekati meja kerja Mrs. Liliane, "ehm begini Mrs. Jaringan komunikasi kita dengan para murid yang berada di Black Forrest terputus."

Seketika raut wajah Mrs. Liliane dan Mrs. Victoria berubah serius bercampur panik.

"APA?!"

🏰🏰🏰

Key semakin merapatkan jaketnya, udara bertambah dingin. Terlihat awan yang semakin menggelap menandakan akan terjadi badai.

"Ven, kita harus cari tempat berlindung. Kayaknya bakal ada badai salju disini." Key menatap Ven yang sedang mewadahi air dari air terjun yang hangat tersebut ke dua tabung besar.

"Iya, tunggu sebentar. Aku lagi wadahin air buat kita minum nanti. Nah udah cukup, yuk kita lanjut jalan lagi." Ven membarikan satu tabung kepada Key.

"Yaudah, yuk!"

Kedua insan itu mulai melanjutkan kembali perjalanannya, mencari tempat berlindung dari badai salju nantinya.

Awan semakin gelap sedangkan mereka berdua sama sekali belum menemukan tempat berlindung.

"Apa disini tidak ada rumah, gubuk, atau gua kah? Kita daritadi belum ketemu tempat untuk berlindung dari badai yang akan datang. Aku jadi lelah, jalanan yang ditutupi salju jadi memperhambat kita berjalan." Gerutu Ven.

Key hanya menggelengkan kepalanya menanggapi sikap Ven barusan.

"Sabar dulu Ven, aku juga lelah dan kedinginan. Nah, itu ada gua! Ayo kita kesana." Key menarik tangan Ven untuk berjalan lebih cepat karena angin mulai berhembus semakin kencang.

"Huh, akhirnya sampai."

Ven meletakkan ransel dan barang perlengkapan lainnya ke sebuah batu besar di dalam gua, begitu pula dengan Key.

Seketika, salju dan angin bersatu. Berhembus kencang sampai dinginnya menusuk kulit, meski Key dan Ven sudah memakai sweater dan jaket tebal.

Ven menarik tangan Key agar ia menjauh dari pintu gua. Badai sangat kencang, bisa-bisa Key pingsan. Ia menggelar sebuah karpet kecil, cukup untuk di duduki oleh dua orang.

Ven menghela nafas, "Key. Mungkin kita harus menetap disini sementara dalam keadaan gelap. Kita tidak punya kayu bakar ataupun obor untuk menerangi gua ini. Maaf.."

Key tersenyum tipis lalu menepuk pundak Ven pelan. "Nggak masalah. Kita masih beruntung ketemu air terjun dan gua sebagai tempat berlindung. Coba kamu bayangin, gimana keadaan Rey dan Rival sekarang? Mungkin mereka sedang dalam kondisi kedinginan."

Ven mengangguk-angguk pelan, menyetujui perkataan Key barusan.

"Iya sih, mereka pasti kebingungan mau istirahat dimana. Tapi kan memang salah mereka sendiri, sok kuat. Sekuat-kuatnya orang, pasti bakalan capek kalau jalan berjam-jam tanpa istirahat. Plis deh." Ven menyandarkan tubuhnya ke batu besar dimana dia meletakkan barang-barang.

Key ikut menyandarkan tubuhnya di batu. "Hmm, aku harap saja mereka tidak apa-apa. Meski aku kesal, tetap saja merasa khawatir akan kondisi mereka. Mereka kan sahabat kita, kita sudah melewati berbagai masalah dengannya. Pastinya kita khawatir kan?"

Ven hanya diam.

'Kamu terlalu baik Key.'

🏰🏰🏰

Hayoo, siapa kemarin yang nungguin aku update cerita ini??

Berhubung besok libur yak, aku langsung ngetik lalu update. Kasihan readers temanku tersayang ini terlalu lama menunggu.

Hii, jijik.

Hehehe, jangan lupa komentar kalian terhadap cerita ini loh ya. Karena aku suka banget ngebalasin komentar kalian😂

Vomment

[#2] LIETHER | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang