Author POV
"Dasar pengecut! Kau hanya bisa menyerang mereka berdua? Kenapa tidak sekalian kami bertiga? Pastinya kau takut kalah kan?" Nada meremehkan tersebut meluncur begitu mulus dari mulut seorang Reyhan Givano.
Tatapan mata serta bibirnya yang menampakkan senyum miring, terkesan sinis dan meremehkan. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, menambah kadar 'sinisnya'.
El menoleh. "Eh, kalian.. mau ikut bergabung juga ya? Silahkan kok, aku masih punya stok tenaga untuk menghadapi kalian berempat," ejeknya.
Lalu ia kembali melanjutkan, "apa sekarang 'personil' Liether sudah bertambah? Aku tidak tahu kalau ternyata kamu membawa pengawal juga, Rey."
Rey tertawa, berbalik badan lalu melemparkan sebungkus kacang kulit kepada rombongan guru yang ia bawa.
"Ah tidak 'Nenek' El, mereka hanya ingin menonton pertandingan saja," ucap Rey yang dihadiahi pelototan tajam Mrs. Liliane.
"Benarkah? Kurasa tidak begitu, lihatlah matanya yang terlihat seperti ingin keluar itu. Ia lebih terlihat untuk mengamuk di ruangan, daripada menonton pertandingan." Balas El.
Rival hanya memutar bola mata. Secepat kilat, ia membuat angin kencang dengan debu yang sangat banyak untuk menutupi pandangan El. Kemudian ia meretakkan tanah disekitar tempat El berdiri dan membuat perempuan itu terkubur di dalam tanah yang dingin.
Disaat itulah Rey dan Rival menolong Key dan Ven. Rey yang berada lebih dekat dengan Ven seharusnya lebih dahulu menolong pria itu, tapi ia lebih memilih untuk menolong Key.
"Rival, bantu Ven!" Serunya.
Rival hanya mendengus kesal lalu bergumam pelan, "dasar anak muda." Ia mengejek Rey tanpa sadar dirinya juga sama seperti Rey.
Rival mengangkat tubuh Ven dan mengambil kotak P3K dari Mrs. Victoria.
Mrs. Liliane menatap Rey tajam kala pria itu berjalan sambil menggendong Key menuju Rival melewati gurunya dengan wajh santainya.
Tiba-tiba, sebuah benda terlempar dan mendarat di atas kepala Rey. Menoleh ke sumber asal benda itu, ia mendapati Kepala Sekolahnya yang baru saja melempar sebungkus kacang kulit yang tadi ia lempar.
"Makan itu kacang kulit! Sembarangan lempar aja, nggak tahu kalau kena wajah orang?" Semprot Mrs. Liliane.
Rey hanya diam, lebih fokus mengobati Key yang sedang kesakitan.
"Sshh.. Rey, sakit!" Key memukul tangan Rey yang tengah memegang kapas yang sudah dibasahi rivanol.
"Maaf."
Tanah berguncang, membuat pemikiran baru di otak masing-masing. Apa iya kiamat?
Guncangan tanahnya sangat kuat dari bawah, tapi tidak ada satupun barang ataupun pohon yang tumbang.
Saat mereka menoleh, disana ada El. Dan dua orang, perempuan dan lelaki dengan kepala ditundukkan berdiri persis dibelakangnya.
Rey, Key, Rival, dan Ven tidak tahu siapa mereka. Tapi keempat gurunya, menampilkan wajah terkejut dengan mulut yang terbuka lebar.
Sebenarnya, siapa mereka?
🏰🏰🏰
Disisi lain,
"Verro, apa kau yakin kita berjalan ke utara? Sedari tadi, rasanya kita hanya berputar-putar di sekitar sini saja." Suara pelan Cyara terdengar memenuhi hutan yang sunyi.
Verro menggaruk tengkuknya, "mm.. sepertinya tidak."
Raffa, Henry, dan Felicia --teman seasrama Verro-- menyoraki pria itu kala mendengar jawaban Verro.
"Tadi gayanya songong bener, sok tau banget sih!" Seru Raffa.
"Hehehe.."
Henry mendengus lalu berujar, "udah deh. Mending kita ke arah sana aja, siapa tahu kita ketemu rombongan lain."
Henry menunjuk ke arah sebelah kiri tubuhnya, yang diangguki keempat temannya.
Sekitar 1 jam kemudian.
"Hah.. hah.. aku-lelah-sekali," ucap Cyara terbata-bata.
Felicia yang mendengar gerutuan Cyara pun ikut mengangguk. "Bener deh, ini hutannya luas banget. Tapi nggak satupun kita ketemu petunjuk atau.. apalah gitu yang bisa bantu kita keluar dari tempat ini."
Kemudian ia kembali melanjutkan, "lagipula komunikasi kita nggak tersambung ya kan?"
"Ssskss.. cek.. cek.."
Tiba-tiba jam tangan milik Raffa--yang dapat beralih fungsi untuk berkomunikasi--berbunyi.
Verro, Cyara, Felicia, dan Henry langsung mendekati tubuh Raffa.
"Ada suara guys! Berarti kita udah bisa komunikasi lagi dong!" Seru Cyara.
"Hmm.."
Raffa terlihat sedang mangutak-atik jam tangannya yang sering disebut 'elentricom' jika di Verrionne Academy.
Setiap murid VA yang sudah naik tingkat akan mendapatkan elentricom. Jadi bagi murid yang baru mengikuti uji kenaikan, mereka hanya akan diberikan talkiev atau sejenis ponsel yang dapat diperbesar maupun diperkecil.
Kembali ke topik, Raffa tengah menghubungi guru ataupun staff dari Verrionne Academy, untuk memberi kabar dan lokasi mereka.
"Cek.. cek.. kami asrama 37 melapor."
"Srkkss.. cek.. asrama 27. Lokasi, dimana?"
"Arah timur, mungkin."
"... ah benar. Cek.. asrama 27 jalan lurus terus. Disana ada titik, mungkin murid asrama lain."
"Baik."
Raffa memutuskan kontak. Memandang keempat temannya bingung.
"Apa yang kalian tunggu? Ayo cepat jalan!"
🏰🏰🏰
Hai gengs.
Pa kabar semua? Adakah yang kangen dengan diriku ini? Hehehe.
Sorry baru update lagi, lama banget ya? Iya dong. Ide lagi mampet nich, makanya telat update.
Don't forget to vomment my story, okay?
Bye guys..
Vomment.

KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] LIETHER | END
FantasíaSequel 'The Verrionne Academy.' Please don't copy my story! ~~ Setelah berhasil melewati perang melawan musuh yang merupakan dalang dari segala hal yang terjadi selama satu tahun ia di dunia itu, semua hal yang menjadi rahasia pun satu persatu mulai...