Author's POV
Flashback (kelanjutannya)
Key dan Ven terdiam. Menatap layar tersebut yang masih menayangkan hal buruk yang dilakukan seorang wanita tua disana.
Perempuan itu memasukkan beberapa helai rambut ke dalam tungku kecil berisi air panas di tengah malam, malam bulan purnama.
Tangannya yang mengenggam sebuah centong berputar-putar, mengaduk isi tungku itu agar semua bahannya menjadi rata.
Mulutnya berkomat-kamit membaca sesuatu--yang diyakini Key dan Ven sebagai mantra--sembari terus mengaduk.
Hingga warna di dalam tungku tersebut berubah menjadi warna hitam pekat. Seperti arang.
Ia mengambil sebuah botol yang sekiranya cukup untuk menampung isi dari dalam tungku tersebut, lalu menutup botolnya. Ia mengucapkan mantra sambil memegang tungku itu hingga benda tersebut hilang.
Terlihat wajahnya menampilkan senyum miring lalu tertawa. Ia bergumam, "lihat saja. Saat bulan purnama merah nanti, aku akan membuat para Liether itu tunduk kepadaku. Lalu aku akan menguasai dunia ini, hahahaha ... akan kutunjukkan kepada mereka, bahwa mereka salah dengan memperlakukanku hingga seperti ini. Lihat saja nanti." Ia berdesis pelan di akhir kalimatnya.
Hingga asap biru itu menghilang, sehingga gambaran tadi juga ikut menghilang. Menyisakan Key dan Ven yang masih Shock dengan hal yang baru saja mereka lihat.
"Seperti yang barusan kalian lihat, dialah dalang dari pemutusan komunikasi kalian dengan Verrionne Academy. Dia bertujuan untuk membalaskan dendamnya kepada sosok yang telah merusak hidup dan kebahagiannya. Berusaha menguasai dunia, artinya harus menghadapi kalian terlebih dahulu. Karena kalian adalah 'Liether' pengendali element terkuat di dunia ini yang bertugas untuk menjaga kedamaian. Maka dari itu, dia hendak melenyapkan kalian terlebih dahulu."
Key dan Ven terdiam mendengar perkataan Ratu Pauline.
"Jadi.. dia yang memutuskan komunikasi kami dengan VA?"
Ratu Pauline mengangguk, "iya. Agar kalian terjebak disini, lalu dia akan membunuh kalian setelahnya."
Key menoleh ke arah para mermaid lainnya yang ada di belakang Ratu Pauline. Keempat mermaid yang dibelakangnya membawa masing-masing satu buah kotak, yang bahkan Key dan Ven baru sadari.
Rupanya, Ratu Pauline menyadari pandangan Key yang kearah para dayangnya.
"Oh iya, aku membawa empat kotak berisi jarum yang berukuran sangat kecil yang dapat menyadarkan pikiran." Ucap Ratu Pauline.
Key mengerutkan alisnya. "Menyadarkan pikiran?"
"Iya, jarum ini ditusukkan ke nadi seseorang yang tengah dalam kondisi berbahaya. Maksudnya, jika seseorang terancam dikendalikan atau sudah dikendalikan pikirannya oleh orang lain, dengan menyuntikkan jarum ini bisa mengendalikan pikirannya kembali dan menjaga pikirannya agar tidak mudah dikendalikan orang lain."
Key dan Ven mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda mengerti dengan maksud perkataan Ratu Pauline barusan.
Lalu, Ratu Pauline menggerakkan jari telunjuknya. Sehingga, para dayangnya berjalan mendekat dan mengulurkan keempat kotak berwarna warni.
"Lihat! Untuk kotak yang warna biru, aku beri kepada Key. Untuk kotak warna merah, aku beri kepada Rey. Kotak warna putih aku beri kepada Ven. Dan terakhir, warna cokelat untuk Rival." Ratu Pauline mengambil kotak-kotak itu dan menjentikkan jarinya, sedetik kemudian kotak-kotai itu berada dalam sebuah tas kecil dan memberikannya kepada Ven.
"Wow. Terima kasih Yang Mulia, kami sangat beruntung mendapat pertolongan darimu." Ven tersenyum.
Ratu Pauline mengangguk, "sama-sama. Aku hanya menolong keponakanku."
"Keponakan?"
"Iya. Reyhan Givano, keponakan tiriku." Jawab Ratu Pauline.
Sedetik kemudian, Key dan Ven terdiam seperti orang bodoh.
- flashback off
🏰🏰🏰
Key dan Ven berjalan kembali kearah Gua, sesuai ucapan Ratu Pauline tadi kalau mereka harus disuntik jarum tersebut.
Diam-diam, Key tadi telah menyuntik Rey dan Rival dengan jarum dari Ratu Pauline tanpa mereka sadari.
Tak lupa pula, Key dan Ven menyuntikkan jarum tepat sebelum mereka berangkat menuju gubuk tua itu.
Agar mereka tidak dapat dipengaruhi oleh El.
Lihat saja perempuan itu, mereka akan memusnahkannya. Sebelum dirinya menguasai dunia, hadapilah Liether.
Dan Liether tidak akan pernah kalah. Karena mereka adalah Liether.
"Hei!"
Key tersentak, astaga dia daritadi hanya melamun. Tidak mendengarkan ucapan Ven.
"Kamu tidak mendengar ucapanku daritadi ya? Menyebalkan! Aku sudah lelah berbicara, tapi kamu tidak mendengarkannya." Ven bersungut kesal memandang Key yang tengah menyengir.
Key menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah tingkah. "Hehe, aku terlalu memikirkan hal tadi sehingga aku tidak mendengarkan ucapanmu."
Ven mendengus.
"Baiklah-baiklah, jadi bisakah kamu mengulang inti dari perkataanmu tadi?" Tanya Key.
Ven menghela nafasnya kasar lalu berbicara, "aku tadi mengatakan bahwa Rey dan Rival berubah. Mereka tidak mempercayai kita lagi."
Key mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Iya, mereka bahkan ikut mendebat kita demi membela lampir itu. Sepertinya kita harus berjauhan lagi dengan mereka." Balas Key.
Ven tersenyum lalu mengusap kepala Key pelan. "Tidak masalah, kita akan menyadarkan pikiran mereka dari nenek lampir itu."
🏰🏰🏰
Tulungg.. tulung..
Ada nenek lampir disini. Wkwk, aku udah nggak tahu lagi ya. Malah bawa-bawa nenek lampir ke cerita ini.
Gimana nih, aku udah nepatin janji aku kan buat update double part hari ini.
Jadi vote dan komennya jangan lupa ya, biar aku semangat hehehe.
Vomment.

KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] LIETHER | END
FantasySequel 'The Verrionne Academy.' Please don't copy my story! ~~ Setelah berhasil melewati perang melawan musuh yang merupakan dalang dari segala hal yang terjadi selama satu tahun ia di dunia itu, semua hal yang menjadi rahasia pun satu persatu mulai...