Author's POV
Kini, langit tampak mulai menggelap. Menunjukkan waktu sudah hampir malam.
Rey menghela nafasnya. Suasana disini kembali sepi kala Key dan Ven pergi menghilang lagi.
Bukan ia tidak mau percaya, tapi rasanya sulit mempercayai perkataan Key tentang El. Selama ini El selalu bersikap baik dan ramah. Tidak sekalipun jahat bahkan menyerang dirinya dan Rival.
Melihat Key yang sudah marah-marah, sepertinya ia harus mempertimbangkan hal ini. Pasalnya, ia ingat kala masalah mereka di VA dahulu. Key memiliki sebuah firasat terhadap seseorang.
Buktinya, benar bahwa Cyara dalang semua masalah di VA. Walau tidak sepenuhnya Cyara sih, karena dia telah termakan tipuan Arashi Tera dan dibutakan dendam.
Nah, ia tidak ingin terjadi lagi.
Sekarang, ia seperti di posisi Verro sebelumnya. Rey yakin, beginilah yang dipikirkan Verro waktu itu, pastinya Verro tidak akan percaya dengan Key karena dia tiba-tiba mengatakan hal buruk tentang Cyara. Begitupun dengan dirinya.
Yaampunn, apa ia akan mengulangi yang Verro lakukan, dulu?
Tapi, belum tentu El jahat kan? Bisa jadi dugaan Key salah. Ia tertipu oleh Ratu Pauline itu, padahal kenyataannya El bilang tidak ada yang seperti diceritakan Key.
Entahlah, Rey juga tidak tahu siapa yang benar maupun salah sekarang.
Ia menoleh kearah Rival yang tengah membuat mainan dari tanah. Sangat kekanakan.
"Val, apa kau percaya dengan Key dan Ven?"
Rival menghentikan aktivitasnya lalu menoleh, "aku tidak tahu dan tak mau tahu." Ia menjeda sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya, "aku tidak tahu siapa yang benar. Tapi aku hanya berharap semua ini cepat selesai, dan kita akan kembali ke VA."
Rey hanya manggut-manggut mendengarnya. Sama seperti dirinya, Rival juga dilanda ke-dilemaan.
"Apa kau tidak berniat untuk mencari tahu sesuatu tentang ini? Kita tidak bisa terus-terusan diam disini tanpa melakukan sesuatu. Kau bilang ingin cepat pulang kan? Untuk itu, kita harus mencari tahu semua permasalahan ini." Rey kembali bertanya. Bukan hanya bertanya sih, ia juga membujuk Rival agar mengikuti kemauannya.
Rival menghela nafasnya, tangannya mengarah ke istana yang ia buat dari tanah. Seketika istana dan mainan lainnya pun hilang entah kemana.
"Aku tahu. Tapi untuk dua orang? Kurasa itu cukup sulit."
Rey mendengus keras, "alah. Bilang saja kau takut, lagian pula kita berdua kan pria. Sudah cukup untuk mencari informasi."
Rival mencibir.
"Hei, kalau sesuatu terjadi pada kita bagaimana? Untuk dua orang, kekuatan kita masih kurang kuat. Aku yakin, dalang dari semua ini pastinya memiliki kekuatan yang kuat dan otak yang cerdik. Kita akan cukup sulit nantinya." Balas Rival.
Rey manggut-manggut mendengarnya. Benar juga, mereka ini masih pemula. Meskipun kekuatan mereka sudah kuat dibandingkan orang lain, tapi benar pastinya bahwa dalang dari semua ini memiliki kekuatan yang lebih besar dari mereka. Mereka bisa saja celaka bila ketahuan.
Rey tersenyum tipis setelahnya, membuat Rival mengerutkan dahinya curiga. Pikirannya pun terjawab kala Rey berujar, membuat Rival melongo tidak percaya atas apa yang didengarnya barusan.
"Apapun itu, akan kulakukan demi Key dan kedamaian dunia ini."
🏰🏰🏰
"Sudah kutebak, kalian pasti akan kemari lagi."
Key dan Ven segera membungkukkan badannya lalu menatap Ratu Pauline dengan cengiran khas masing-masing.
"Yang Mulia pasti sudah tahu yang terjadi, kami ingin bertanya pada anda tentang hal ini. Apa yang harus kami lakukan setelahnya?" Key berucap dengan pelan.
Ratu Pauline manggut-manggut sembari berpikir sejenak, lalu kembali berkata. "Bulan purnama merah akan terjadi dua minggu lagi, hari pertama di bulan baru. Saat sebelum bulan purnama merah muncul, kalian harus bisa menghentikan Eleanor dalam menjalankan aksinya untuk mengendalikan kalian dan membunuh kalian adar dapat menguasai bumi. Kalau tidak, kalian akan menyesal seumur hidup kalian."
Key dan Ven tercegang.
"Lalu, bagaimana kali bisa menghentikannya? Apa kami harus membunuhnya?" Tanya Ven.
Ratu Pauline berujar malas sambil menatapi kuku-kukunya yang berwarna-warni. "Tergantung. Kalau bisa, jangan dibunuh. Jika sampai kepepet alias dalam bahaya, yah terpaksa kalian lakukan itu. Ingatkan kalau membunuhnya, menjadi daftar terakhir kalian!"
Key menyengir, "mungkin tidak membunuh. Kalau lecet sana sini, bebas kan?"
🏰🏰🏰
Suara ketukan langkah sepatu menggema disepanjang koridor lantai satu gedung Verrionne Academy.
Para guru dan staff berjalan dibelakang Mrs. Liliane dengan tampang pucat dan tubuh gemetaran.
Mendongak, melawan kegugupan Mrs. Liliane berucap, "Mr. Frans, apa semua alat-alat perlengkapan kita sudah siap?"
"Sudah Mrs."
Secara tiba-tiba, Mrs. Liliane menghentikan langkahnya, membuat orang-orang dibelakangnya mengerem mendadak.
"Eh, ada apa Mrs?"
"Tidak, aku hanya ingin memastikan sesuatu. Apa kalian benar-benar siap akan hal ini?" Tanya Mrs. Liliane.
"Hah?"
Mrs. Liliane berdehem sejenak, "ya. Apa kalian benar-benar sudah siap untuk menjemput murid-murid kita di sana? Di Black Forrest?"
🏰🏰🏰
Selamat malam minggu say.. buat kalian yang punya pacar aja ya. Buat yang 'jo-mblo' harap sabar sahaja ya, seperti aku yang hanya sibuk untuk ngetik.
Menyibukkan diri di malam menyedihkan buat para jones, alias 'jomblo ngenes' hehehe.
Tapi ya, buat yang masih jomblo nih.. aku saranin jangan baca cerita yang bikin sesak napas ataupun sampai guling-guling gregetan di kasur.
Kenapa? Karena nanti keliatan banget ngenesnya, ahahaha..
Maaf, deh.
Happy reading ya guyss.. jangan lupa vote dan coment biar semangat.
Vomment.
![](https://img.wattpad.com/cover/148759715-288-k770861.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] LIETHER | END
FantasySequel 'The Verrionne Academy.' Please don't copy my story! ~~ Setelah berhasil melewati perang melawan musuh yang merupakan dalang dari segala hal yang terjadi selama satu tahun ia di dunia itu, semua hal yang menjadi rahasia pun satu persatu mulai...