[VA#2]-(6)

2.2K 196 5
                                    

Rival's POV

"Aku sedih dan kecewa saat itu. Tapi aku tidak mau memutuskan hubungan dengan pria itu karena dia juga tidak menerima pertunangan tersebut. Geram dengan tingkahku, perempuan tersebut akhirnya mengurungku di gubuk ini."

Oh astaga, aku hampir aja nangis mendengar cerita masa lalunya si Nenek ini. Kasihan sekali.

"Perempuan iblis itu mengikatku di kursi itu. Di tengah malam purnama, ia melakukan ritual terlarang. Ia merupakan salah satu pengguna element hitam. Ia bersetongkol dengan para iblis di malam itu, agar pria yang kami rebutkan itu tergila-gila dengannya. Ia juga mengutukku agar aku memiliki kulit keriput, wajah tua dan tidak terawat. Agar pria itu tidak akan berpaling darinya. Di malam itu aku menangis dalam diam, aku tidak dapat melawannya karena element hitam sangat kuat. Hampir setara dengan kekuatan Liether." Lanjut si Nenek.

Aku dan Rey melongo. Segitu besarnya kah kekuatan kami. Kalau begitu, hanya kami yang dapat memusnahkan element hitam itu.

Aku menatap kearah Nenek tua yang ternyata belum tua ini. Terdengar sangat aneh jadinya, aku kan tidak tahu siapa namanya.

Ia tersenyum tipis, sepertinya ia sudah tahu isi pikiranku.

Lalu Rey kembali berseru, "ayo lanjutkan! Aku sangat penasaran."

Aku menepuk pahanya yang sedang duduk bersila disampingku, menandakan kesemangatannya itu barusan membuat si 'Nenek yang belum tua' itu kembali bersedih mengingat kehidupannya.

Nenek itu hanya diam lalu melanjutkan ceritanya setelah ia merilekskan pikirannya.

"Setelah selesai ritual itu, dia meninggalkanku sendiri di gubuk ini. Dengan tekad yang kuat, aku akhirnya keluar dari hutan ini dan berusaha menemui pria yang aku cintai. Berharap bahwa ia masih mengingatku. Tapi aku salah.. perjuanganku berakhir sia-sia, 'dia' tidak mengingatku dan justru mengira aku ini mata-mata yang diutus oleh musuhnya. Aku dihukum di penjara bawah tanah atas bujukan 'tunangannya yang sudah naik tingkat menjadi istrinya' hingga aku merasa kecewa dan kabur dari penjara lalu kembali kesini. Karena disini, aku dapat menenangkan diriku. Tidak akan ada warga yang mengolok-olokku karena memiliki wajah keriput dan tua di umur yang ke-25 tahun ini." Lanjutnya.

Wah, ternyata ia baru berusia 25 tahun ternyata. Kalau orang tidak tahu asal-usul dirinya yang tiba-tiba menjadi tua, pasti dia akan mengira bahwa 'Nenek' ini berusia 85 tahunan.

"Ehm, aku rasanya masih agak kurang nyaman dipanggil 'Nenek'. Panggil saja aku 'El' karena dulu semua orang selalu menyingkat namaku dari 'Eleanor' menjadi 'El'. Katanya biar nggak repot." Ucap El.

Aku dan Rey hanya mengangguk kecil mendengarnya, wajar lah dia kan masih muda. Berselisih sekitar 9 tahunan denganku, sedangkan kalau El berselisih 8 tahunan dengan Rey.

Rey kan tua ya, haha.

Aku kembali memikirkan kehidupan El, dia punya hidup yang rumit. Ia memiliki kekuatan yang tidak biasa, ia bisa membaca pikiran setiap orang.

Tapi tunggu, berarti dia mengetahui alasan mengapa aku sangat terburu-buru dalam perjalanan tadi?!

Aku menatapnya, ternyata dia sedang menahan tawa. Astaga! Berarti hal itu benar dong.

Mau ditaruh dimana lagi wajahku sekarang?!

🏰🏰🏰

Key's POV

Aku menutup mulutnya ketika hendak menguap. Matanya mengerjap-ngerjap pelan, berusaha mengembalikan kesadarannya.

"Hoam.."

Terdengar suara gesekan tanah membuatku terpaksa membuka kedua matanya dengan sempurna.

Ternyata ada ular.

Tunggu, HAH ADA ULAR?!

Ular itu sangat banyak, menyerbu dari dalam gua kearah kami berdua.

Refleks aku mencubit tangan Ven yang sedang merangkul bahuku, sehingga ia terbangun dari tidurnya.

"Ada apa sih Key?"

Aku menarik tangannya kuat hingga ia berdiri, secepat kilat membawa barang-barang sambil berlari keluar gua. Untung badainya sudah reda.

Ven hanya menatapku bingung. "Ada apa sih kau menarikku begitu? Sakit tau!"

Suaraku seperti tercekat, tak mampu mengatakan satu patah kata pun, reaksi yang buruk saat aku sedang ketakutan.

Aku menunjuk sesuatu yang sedang bergerak di dalam gua. Matanya Ven berusaha melihat benda apa itu, tak lama kemudian ia mundur dan menarikku berlari dengan cepat.

Tiba-tiba tubuhku dan Ven tersungkur di timbunan salju ini. Menoleh ke belakang, ternyata ada sesuatu yang sangat menyeramkan.

"Akhh!"

Aku memekik kala rasa sakit bercampur kedinginan saat tersungkur, tahu rasanya tersungkur di timbunan salju? Rasanya mau mati beku.

"Kalian! Apa yang kalian lakukan ditempatku wahai anak muda?! Berani-beraninya kalian memasuki kawasanku!"

Suaranya serak dan tegas, orang pasti akan tahu kalau dia sedang marah saat ini karena dari suaranya yang pelan namun mampu membuat semua orang bergetar ketakutan.

Key dan Ven berdiri dan berbalik badan. Melihat Ven yang membungkukkan tubuh, aku pun ikut membungkukkan tubuh.

"Maafkan kami, Queen."

Seketika rasanya tubuhku membeku hingga tak dapat melakukan apapun juga.

🏰🏰🏰

Haihaihai, aku update lagi, cuss..👑

Gimana gaes? Kurang greget? Kurang bikin penasaran ya?

Maafkeunlah aku yang kurang mengerti perasaan kalian kalau nungguin aku lama-lama update, sekali update ih dikit isinya.

Jadinya aku berusaha update terus gaes..

Komentarnya jangan lupa, aku menunggu. Karena aku suka balesin komen kalian. Hehe😂

Vomment.

[#2] LIETHER | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang