Author POV
Krekkk..
Suara patahan terdengar memenuhi hutan yang sunyi. Menyisakan Key yang ternganga, begitu mengetahui darimana asal suara.
Mata Key membola lebar, terkejut melihat El yang awalnya membeku, kini kembali pada keadaan awalnya.
Es-es tadi meretak dan hancur dengan sendirinya. Ajaibnya lagi, tubuh Eleanor kering. Tidak menunjukkan tanda-tanda bekas tersentuh air.
"Hahahahaha, kau berpikir aku akan mati beku dengan elementmu yang lemah itu? Ck, kalian memang Liether. Tapi otak kalian memang masih seperti anak kecil," ejek El.
Key memerah, antara kesal sekaligus malu. Tangannya mengepal erat disamping tubuhnya.
Melihat itu, El terkekeh kecil dalam hatinya. Menertawakan Key yang tidak bisa mengontrol emosinya.
Bagus, bagus sekali! Dengan emosi yang semakin tidak terkontrol, ia akan semakin memudahkan untuk membunuh Key. Dikarenakan usianya yang masih belia, tentu dengan tingkat emosi yang tinggi ia tidak dapat berpikir dengan jernih.
Ia akan bertindak gegabah. Dan seperti itulah pemikiran El mengenai anak muda.
El berjalan mendekati Key, kemudian ia berjalan memutari tubuh Key yang masih berdiri kaku.
El berbisik pelan sambil berjalan, "kau itu masih kecil, tidak akan sanggup melawanku. Meskipun kau salah seorang Liether, aku tak berpikir akan kalah dari anak kecil yang masih kekanakan, bahkan belum bisa mengendalikan emosinya."
Mendadak serasa ada sesuatu yang menusuk ulu hati Key. Benar, ia masih kecil dan belum dapat mengendalikan perasaannya. Emosinya masih belum stabil.
Sebuah suara menyelinap di kepala Key. Berbisik pelan menyemangati, membuat Key menutup matanya sejenak.
Kendalikan emosimu, lawanlah dirinya. Buktikan bahwa apa yang dikatakannya itu salah. Kalian, Liether. Tidak akan kalah!
Setelah bisikan itu berhenti, seketika Key membuka matanya. Seolah ada energi yang mendorongnya untuk melawan El.
Pantang tunduk kepala.
Dan, emosinya yang tadinya tinggi mendengar ucapan El, seketika mereda. Hilang tak bersisa.
Kini tertinggal semangat yang kuat. Mendorongnya lebih kuat.
Key tersenyum tipis, "aku bukan anak kecil yang dapat kau ejek emosional. Kau hanya belum tahu bagaimana aku yang sebenarnya."
El sebenarnya cukup terkejut karena Key mendadak tenang. Tidak melihat emosinya seperti tadi. Bahkan anak itu sudah mengejeknya.
"Lagipula, kita hanya selisih sembilan tahunan. Tidak perlu memanggilku anak kecil." Tambah Key.
El kesal, "kau memang masih kecil. Disaat kau masih Sekolah Dasar tingkat pertama, aku sudah Sekolah Menengah Atas tingkat pertama. Bukankah itu jarak yang sangat jauh?"
Key terkekeh, "ya aku tahu. Dan aku sangat bersyukur bahwa aku bersifat kekanakan karena sesuai dengan umurku. Kau?"
El marah. Wajahnya memerah disertai rahang yang mengeras. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.
"Aku tidak kekanakan!"
Key tertawa, "see? Dengan menyangkalnya, berarti kau merasa benar kan?"
Key semakin memanas-manasi El. Lihatlah, siapa tadi yang bilang kalau anak muda seperti dirinya sangat emosional.
Bahkan Eleanor sendiri sangat emosional. Terlihat dari kondisinya, sepertinya ia memiliki pengendalian diri yang buruk.
Kondisinya nampak seperti monster yang sedang menahan diri untuk tidak mengamuk.
Lucu sekali.
Sekarang kondisi mereka terbalik. Awalnya El yang memanas-manasinya, sekarang justru ia yang memancing emosi El. Setiba saatnya nanti, ia dapat memanfaatkan suasana untuk memenangkan pertandingan.
Lihat saja.
🏰🏰🏰
"Hei kalian semua! Lihat ini, di layar ini muncul tanda titik berwarna merah. Berarti komunikasi kita sudah berjalan!" Teriak salah satu guru dengan bahagia.
"Ah iyakah?"
"Benarkah?"
"Astaga, akhirnya.."
Suara-suara penuh kelegaan melingkupi ruangan itu. Tak jarang guru dan para staff bolak balik ke ruangan komunikasi untuk memastikan berita yang mereka dengar itu 'faktual' atau tidak.
Salah seorang staff lelaki menarik microfone mendekat ke arah bibirnya. Jari-jari tangannya dengan lincahnya menari-nari di atas keyboard komputer.
Menekan tombol 'enter' di akhir kegiatan mengetiknya, ia mulai berbicara.
"Tes.. tes.. Mr, Mrs, dan semua murid Verrionne Academy. Apa kalian mendengar saya?"
"---"
"Tes, satu.. dua.. tiga.. VA, VA. Tes, jawab panggilan, tes.."
"Tes.. tes.. menjawab panggilan, tes.."
Semua guru dan staff di ruangan itu langsung bersorak bahagia, akhirnya komunikasi mereka kembali lancar.
"Tes.. nomor 23 menjawab. Lokasi dimana? Tes.. tes.."
"Arah barat daya. Tes.."
"Tes.. tes.. nomor 4 menjawab. Lokasi arah tenggara. Tes.."
"Tes.. baik. Tetap jaga kondisi, beri kabar kepada kami bila ada kesulitan. Kami akan mencari jalan keluar, tes.."
"Baik.."
"Siap.."
Staff lelaki itu pun agak menjauhkan sedikit mic yang ia gunakan tadi. Tangannya melepas headphone di telinganya.
Selepas itu, ia memutarkan kursinya ke belakang. Melihat kearah rekan kerjanya yang menatap sambil berbinar-binar.
"Kita berhasil!" Teriak mereka serempak.
Berdiri dari kursi, saling ber-tos ria dan tertawa bersama. Inilah yang disebut kelegaan dalam mencapai tujuan.
🏰🏰🏰
Nah, komunikasinya aja udah lancar. Kapan selesainya nih cerita? Masih panjang deh. Hehe.
Oh iya, pakabar semua? Maaf sekali lagi karena dari minggu waktu itu nggak up, sibuk banget deh.
Hehe😁
Makasih aja buat yang mau comment cerita aku. Satu lagi, jangan lupa ya gabung di WA group The Verrrionne Academy.
Yo, yoayo.
Ramaikan suasana.
Vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] LIETHER | END
FantasySequel 'The Verrionne Academy.' Please don't copy my story! ~~ Setelah berhasil melewati perang melawan musuh yang merupakan dalang dari segala hal yang terjadi selama satu tahun ia di dunia itu, semua hal yang menjadi rahasia pun satu persatu mulai...