03. Care (?)

770 268 344
                                        

Jam pelajaran sudah selesai dan sekarang waktunya istirahat.

Aku merasa lega, akhirnya aku bisa melihat pemandangan luar karena suntuk melihat papan tulis.

Renjun mengirimiku pesan, dia bilang ke kantin bersama. Ah oke.

Senyuman terlukis di wajahku.

Aku berdiri hendak ke depan kelas tapi seseorang menarikku.

"Bareng ga?"

"Sorry Jen, gue sama Renjun,"

Aku liat dia kaya kecewa tapi ekspresinya berubah setelah dia melirik ke pintu. Jadi kaya senyum dipaksakan gitu.

"Oh yaudah, duluan ya," lalu dia nepuk pundakku pelan.

Aku menghela napas kemudian berjalan keluar.

Benar saja, di luar sudah ada Renjun yang menyender ke tembok.

"Ngapain aja?" ucap Renjun. Nada bicaranya kaya kesel gitu.

Aku cuma menggeleng.

"Ngobrolin apa sama Jeno?" Tanyanya.

"Gak ada,"

Renjun senyum singkat kemudian mengisyaratkan aku supaya cepat ke kantin.

Perjalanan kita ke kantin hening seperti biasa.

Padahal Renjun tuh anaknya cerewet, apalagi kalo sama orang yang sudah dikenal.

Tapi entah kenapa akhir-akhir ini dia beda.

"Gimana?"

"Apanya Njun?"

"Fokus dengerin guru ga? Apa malah mikirin aku?"

Percaya dirinya kambuh nih.

"Ngapain,"

"Gausah bohong sama diri sendiri,"

"Apaan? Engga,"

"Iya terserah. Yang tau diri kamu ya cuma kamu sendiri,"

Oh ya juga.

Selama kita jalan bareng ke kantin,

ada aja yang suka julid.

Renjunnya juga terlalu ramah. Dia suka notice para penggemarnya itu.

Yang membuat mereka pada jejeritan.

Sebenarnya, aku mau negur Renjun supaya dia ga terlalu sering notice para fans nya itu.

Bukannya apa, tapi dia ini udah punya aku sebagai pacarnya.

Aku cuma takut kalo secara tidak langsung, Renjun memberi harapan ke mereka dengan dia yang notice mereka.

Tapi kayaknya bakal jadi arti lain kalo aku negur masalah itu ke Renjun.

[✓] One Last Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang