14. Tutor

397 126 131
                                    

Semilir angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan pada pohon dengan irama yang seiras.

Siang hari yang cukup terik namun menyejukkan.

Bisikan angin menembus ke celah-celah rambutku. Menutupi wajahku yang kini sedang memandang gedung-gedung di seberang rumah yang menjulang tinggi.

Aku menghela napas, tersenyum sambil menatap ke arah bawah memandangi beberapa orang di bawah sana yang terlihat kecil.

Kekehan kecil terlontar dari mulutku.

Ah.. Aku berada di balkon jika kalian ingin tau.

Aku menatap langit, melihat awan yang seakan bergerak karena tuntunan dari angin.

Aku tertawa kecil. Renjun benar, kalo dunia itu indah kalo kita bisa tertawa.

Aku menyelipkan rambut kecilku ke belakang telinga, kemudian menatap ke arah bawah.

Bersamaan dengan aku yang sedang mengedarkan pandangan ke halaman rumah, di sana sudah ada mobil yang terparkir.

Ah itu pasti Renjun.

Aku segera turun, membawa tas kecilku dan beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh anak perempuan.

Sebelum turun, aku berhenti di depan cermin. Merapikan penampilanku sebelum menemui Renjun.

Rumah sepi, mama dan papa masih di luar kota. Aku berjalan cepat ke kamar Bang Doyoung. Meminta izin walau sebenarnya aku malas ditanya-tanya beberapa hal.

"Bang Doyoung, gue pergi ya,"

Bang Doyoung yang sedang fokus dengan kegiatan mengetiknya kemudian menoleh.

"Mau ke mana?"

"Ada deh, gue pergi ya? Udah ditunggu,"

"Ga sopan banget. Mau ke mana gue tanya?"

Ribet sekali, ulangan saja tidak seribet ini.

"Mau belajar sama Renjun,"

"Halah, bilang aja mau pacaran," Bang Doyoung mencibir.

"Terserah lo deh, gue pergi ya?"

"Ya, pulang jangan lewat jam lima sore,"

"Idih? Bentar banget,"

"Kata lo belajar, ga mungkin lama. Gue mager di rumah sendiri, ga bisa makan nanti gue, gak ada bibi. Males pesen, belajar hemat,"
"Bersyukur gue izinin lo keluar,"

"Iya terserah,"

"Hati-hati,"

Aku mengangguk singkat kemudian berjalan terburu menuju depan rumah. Sampai depan rumah, tidak lupa untuk mengunci pintu. Pasalnya Bang Doyoung akan lupa dengan segalanya jika sudah belajar.

Setelah kegiatan mengunci pintu selesai, aku berbalik dan whoops..

"Astaga Renjun! Ngapain?"

"Kaget?" Tanyanya tak bersalah.

"Ya dipikir aja,"

"Ngapain mikirin hal gak guna,"

"Terserah, mau apa?"

"Mau izin sama orang tua kamu lah,"

"Masih di luar kota,"

"Yaudah sama Bang Doyoung,"

"Udah diizinin Renjun ih,"

"Kan kamu yang izin bukan aku,"

"Udah ya Njun? Bang Doyoung lagi gak mau diganggu, ribet nanti," kesalku.

[✓] One Last Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang