13. Because of Rain

440 138 156
                                    

Sore hari yang terkesan gelap.

Sang mentari bahkan tertutup oleh awan berwarna abu. Tepat terasa gelap, mendung, seperti akan ada air yang turun ke bumi dari atas langit.

Aku menghela napas, memeluk jaket milik seseorang yang mengisi hati.

Menengok kanan dan kiri, bahkan hingga sekarang dia belum juga terlihat.

Aku menunduk sambil menendang kerikil.

Tak terasa tetesan air menerpa punggung tanganku.

Aku mengulurkan tangan dan menengadah, gerimis.

Pandanganku kembali tertunduk. Sampai ada suara payung yang terbuka. Hingga tetesan kecil air sudah tidak menetes ke tubuhku lagi.

Aku menoleh, Renjun berdiri tepat disampingku dengan memegang payungnya.

Bisikan lembut yang terlontar dari mulutnya kini menyebar di dalam sudut hatiku.

"Udah?"

Dia menoleh dan mengangguk.

"Mau berduaan sama aku dibawah hujan?" Tanyanya.

Aku langsung tersadar dari lamunanku dan tepat mata kita bertemu.

Dia tertawa kecil, "nepi dulu," lanjutnya kemudian dia menggenggam tanganku.

Dia membawaku ke depan lobby.

Ada beberapa siswa juga disini, namun ada juga yang tetap menerobos hujan yang semakin deras.

"Jaketnya dipake," ujarnya.

Yang membuatku tersadar jika sedari tadi jaket milik Renjun hanya kupeluk.

"Kenapa liatin aku?"
"Pake jaketnya. Nunggu apa?"

Tanpa perlu ucapan apapun lagi, aku mengalihkan pandangan kemudian memakai jaket.

Kini, kita berdua hanya diam. Tanpa ada yang memulai obrolan.

Aku menghela napas pelan kemudian menggosok-gosokkan kedua tanganku.

Dingin mulai melanda tubuhku.

Renjun yang sadar lalu menoleh.

"Masih dingin?"

Anggukan singkat hanya responku.

Renjun tersenyum kemudian mengeluarkan tangannya yang sedari tadi berada dalam saku celananya. Dia menggenggam tanganku, dan benar saja rasa dingin di tanganku perlahan menghilang.

Kemudian keheningan mulai mendatangi kita lagi, hanya suara hujan yang dapat terdengar oleh kita.

"Renjun,"

"Hm?"

"Kayaknya hujannya bakal awet,"

Renjun menatap lurus ke depan, "iya,"

"Terus?"

"Yaudah nunggu,"

"Tapi sekolah mulai sepi,"

[✓] One Last Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang