p r o l o g

3.3K 265 19
                                    

SIANG ini Doyeon lagi bete sebete-betenya. Tadi pagi dia kesiangan, tiba-tiba dapet ulangan dadakan matematika, terus harus nulis satu kertas folio kebut-kebutan karena ngejar tugas Bahasa Indonesia yang mepet deadline, dan sekarang pesenan bakso tahunya belum juga dateng disaat dia kelaperan kayak gini.

Doyeon pengen marah-marah aja rasanya. Orang-orang keliatannya jadi tersangka semua. Kantin penuh pun bikin Doyeon murka padahal biasanya dia sendiri yang ngerecokin kantin. Bahkan temen-temennya ngomong aja Doyeon gak mau denger, berisik.

Iya, Doyeon emang suka nggak ngaca.

"Kayaknya harus ditungguin deh. Penuh banget itu," kata Mina.

Doyeon ngelirik dengan tatapan mautnya. "Maksud lo gue yang harus nunggu disana?"

"Ya kan lo bestfriendnya mang Ajat. Pasti lo bakal didului--IYA-IYA GUE YANG NUNGGU." Dengan hati dongkol akhirnya Mina beranjak menuju roda mang Ajat yang ramai berdesak-desakkan. Mata Doyeon udah kayak mau copot sih, Mina jadi khawatir. Jadinya yaudah, dia aja yang ngalah.

Doyeon menopang kepalanya diatas botol kecap yang ada dimeja itu. Dia melihat beberapa anak kelasnya seperti Yoojung, Yuqi dan Mark yang sedang bergabung dengan beberapa anak kelas lain seperti Lucas, Yeri dan Koeun itu tampak seru bermain werewolf. Tapi tetep aja, Doyeon nggak selera buat gabung meskipun dia udah berkali-kali diteriakin suruh ikutan.

Hari ini rasanya capek banget. Doyeon maunya cepet-cepet pulang aja biar bisa tidur di kasurnya yang empuk.




"Oh ini, Tzu, cewek yang kemaren jalan sama cowok lo?" Suara itu bikin Doyeon noleh.

Arin, Tzuyu, Sohye. Anak XII IPA-2 dan beberapa perintilannya itu jalan mendekat dan mengambil tempat tepat di sebelah meja Doyeon.

Kalau udah begini, Doyeon tau apa yang selanjutnya bakal terjadi. Doyeon udah khatam.

"Kerjaannya ngajakin jalan cowok orang. Kasian, urat malunya kemana atuh." Sahut Sohye.

Doyeon tak bergerak. Dia masih dengan posisi yang sama, memejamkan mata menikmati omongan mereka yang sudah menjadi asupan gizinya sehari-hari.

"Namanya juga cabe. Maunya gratisan dari duit cowok orang. Murah."

Seketika itu juga, Doyeon bangkit dari kursinya sambil menggebrak meja.



BRAK!



Seisi kantin langsung terdiam, menjadikannya pusat perhatian dan dengan serius menonton adegan ini.


"Tuh mulut nggak pernah disekolahin ya?" Doyeon berucap santai dengan tatapan mata yang berkilat penuh amarah.


Arin yang sedikit kaget langsung mengontrol ekspresinya. Dia menatap Doyeon tepat dimatanya, menantang. "Kenapa? Mbaknya ngerasa? Ya ampun, kasian. Nyadar juga kalo dirinya murah. Mu-rah."


Doyeon mengambil botol kecap yang tadi ia jadikan bantalan. Dia membukanya, dan langsung menumpahkannya tepat ke baju Arin.


"ANJING YA LO!" pekik Arin marah.


"LO YANG ANJING! JAGA MULUT LO, SETAN!" Balas Doyeon yang semakin mengundang perhatian seisi kantin. Mina yang kaget melihat temannya tiba-tiba terlibat cekcok itu langsung mendekat dengan panik. Mark, Yoojung, Yuqi, Koeun, Lucas, Yeri dan beberapa anak lain yang mengenal Doyeon juga ikut mendekat, berniat melerai meskipun masih melihat situasi.


"AW!" Doyeon langsung merintih memegangi sebelah matanya yang terkena semprotan saus ulah Arin.


"IBLIS LO!" Doyeon langsung maju dan dengan mantap menjambak rambut panjang gadis itu.


Situasi semakin memanas. Arin yang tak mau kalah balas menjambak dan sesekali mencakar wajah Doyeon. Sohye yang semakin emosi mencoba menarik Arin sambil menyumpahi Doyeon. Tzuyu, si pemeran utama, yang sedari tadi belum mengatakan sepatah kata pun hanya bisa terdiam panik melihat situasi ini.


Sedangkan Mina dan Yoojung ikut panas dan mencoba melepaskan Doyeon dari jambakan dan cakaran Arin yang semakin liar. Mark, sebagai teman dan ketua kelas juga ikut maju dan melerai mereka.


"Pe, udah, Pe! Udah jangan diladenin!" Percuma saja Mark teriak-teriak disaat gadis-gadis liar ini asik sendiri dan tidak mau mendengarkannya.


"HE JABLAY! LEPASIN DOYEON NGGAK?!" Yeri yang mulutnya sudah gatal langsung maju, menarik rambut Sohye dan mencakar tangan Arin sehingga kantin semakin terdengar gaduh.


"Yer lu nggak usah ikut-ikutan! Rin tolong ya lepasin Doyeon. Ini bisa diberesin baik-baik! Pe, udah ih!"


Mark stress sendiri jadinya ngadepin mereka.


"Kas, bego lu malah nonton doang! Tarik si Depe. Bawa keluar." Titah Mark pada Lucas yang menatap seru aksi ini. Bukan tanpa alasan, Doyeon yang liar ini harus ditangani dengan kekuatan yang liar juga. Ya Lucas lah orangnya. Cowok berbadan jangkung besar yang kelakuannya mirip monyet jantan liar. Cocok untuk menangani Doyeon yang seperti monyet betina liar.


Lucas setuju. Dia maju dan mendekati Doyeon yang masih meringis dan sesekali mengumpat kasar yang membuat Lucas berpikir dua kali untuk meyakinkan bahwa makhluk bringas di depannya ini benar-benar seorang gadis.


"Pe, udah. Yang waras ngalah aja." Katanya sambil menahan kedua tangan Doyeon yang hendak kembali menyerang Arin.


Semudah itu, Doyeon langsung menghentikan aksinya. Dan semudah itu pula, Doyeon mengikuti langkah Lucas yang merangkulnya untuk keluar dari kantin.


Lagi pula, Doyeon sudah lelah berperang.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
StitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang