k e p i n g k e d u a b e l a s

1.2K 171 8
                                        

UNTUK pertama kalinya Doyeon mengunjungi perpustakaan seorang diri, dengan tujuan menyepi, pula. Bukan apa-apa, Doyeon juga bisa merasa perlu untuk menenangkan pikirannya.

Tempat ini benar-benar sepi. Hanya ada suara deru kipas angin atau bahkan suara nafas para penghuni tetap perpustakaan. Dan tanpa disangka, Doyeon nyaman dengan suasana ini, meskipun mungkin hanya untuk kali ini. Dan akhirnya Doyeon juga mengerti, kenapa orang-orang--selain teman-temannya--selalu merasa terganggu saat dia membuat keributan. Ternyata memang menjadi berisik tidak selalu menyenangkan untuk sebagian orang.

Sampai saat ini, kertas itu masih ditatapnya. Pikirannya benar-benar sekacau itu sampai Doyeon tidak tahu apa yang harus dia tulis di lembaran study plan yang harus dikumpulkan sepulang sekolah hari ini.

Tidak, bukan berarti Doyeon itu gadis pemalas yang tidak punya tujuan. Doyeon punya cita-cita; dia ingin menjadi seorang diplomat. Ya, Doyeon yang hidupnya hanya tahu makan dan main itu ingin menjadi diplomat. Ibunya mendukung, tentu saja. Apalagi teman-temannya--ya, meskipun hal itu menjadi bahan bullyan, tapi Doyeon tahu sebenarnya mereka selalu mengaminkan harapannya.

Tujuannya juga tidak rumit. Doyeon hanya ingin melanjutkan kuliah di Hubungan Internasional UGM. Doyeon sudah punya rencana masa depannya sendiri.

Hanya saja, semalam, Ayahnya yang baru pulang bertugas di Kuala Lumpur itu tiba-tiba saja meminta Doyeon untuk mengambil jurusan Manajemen dan Bisnis di UI. Alasannya agar Doyeon bisa meneruskan bisnis besar Kakeknya yang sekarang masih dikelola adik perempuan Ayahnya, dan tentunya agar Doyeon tidak harus jauh-jauh merantau. Semua alasan itu masuk akal, Doyeon tahu. Doyeon juga bukan tipe anak yang suka merengek untuk urusan serius seperti ini, terlebih pada Ayahnya yang sangat dia segani.

Tapi, Doyeon juga punya mimpi. Mimpi yang selama ini dia usahakan. Terlepas dari sikapnya yang slengean dan senang bercanda, Doyeon masih memperhatikan nilai-nilai rapotnya untuk jalur undangan nanti. Bahkan sebenci-bencinya Doyeon pada hitungan, Doyeon tetap memaksakan diri untuk mengikuti belajar tambahan bahkan sampai merekrut guru tutor sendiri. Ini yang orang-orang tidak tahu. Doyeon, usaha, dan mimpinya.

Entah sudah berapa kali Doyeon menghembuskan nafas dari dadanya yang terasa sesak. Apa memang semenyakitkan ini rasanya memiliki mimpi yang tidak sesuai dengan harapan orangtua?

Sedang asik tenggelam dalam lamunan, tiba-tiba saja ponselnya bergetar.

Eunwoo.

Doyeon sampai lupa bahwa hari ini Eunwoo akan ke sekolah untuk memberikan buku catatan berhubung lelaki itu akan mengikuti kegiatan UKM-nya selama tiga hari kedepan.

Doyeon sampai lupa bahwa hari ini Eunwoo akan ke sekolah untuk memberikan buku catatan berhubung lelaki itu akan mengikuti kegiatan UKM-nya selama tiga hari kedepan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buru-buru Doyeon beranjak dari kursi dan berjalan cepat meninggalkan perpustakaan.

Senyum Doyeon mulai mengembang ketika melihat Eunwoo dengan motornya melambaikan tangan dari parkiran. Lalu Doyeon berlari kecil menghampiri.

StitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang