Stitches

k e p i n g k e e m p a t b e l a s

"DEK, liat deh,"

Doyeon yang baru saja selesai mengambil segelas susu untuk dibawa ke kamar, langsung menoleh dan berjalan menghampiri Ayahnya yang sedang duduk disofa.

"Nih, brosur UI. Ternyata salah satu dosen di fakultas ekonomi bisnis tuh temen SMA Ayah loh,"

Doyeon menerima kertas brosur berwarna kuning itu dengan ragu-ragu. "Oh... iya,"

Ayah tersenyum hangat sambil mengelus rambut Doyeon. "Jangan terlalu berharap SNMPTN. Harus belajar juga buat SBMPTN, atau bahkan SIMAK UI juga, persiapin aja. Oke?"

Doyeon tersenyum ceria, seperti biasanya. Bagaimana pun, dia nggak pengen mengecewakan Ayahnya. Sebenarnya Doyeon juga belum bicara lagi tentang keinginannya. Hanya sekali, tempo hari. Rasanya Doyeon nggak siap dengan apapun reaksi Ayah. Biarlah. Untung saja walikelasnya masih memberikan waktu.

Ibu melintas, berjalan menuju halaman belakang untuk menyiram tanaman. Dia tersenyum pada Doyeon, menguatkan. Doyeon balas tersenyum sambil mengacungkan jempolnya dengan jenaka.

"Teman tutor kamu itu kesini nggak hari ini?" Tanya Ayah, bertepatan saat Doyeon hendak berjalan menuju tangga.

Dia menoleh. "Nggak. Lagi ada urusan." Katanya.

Benar juga. Hari ini Doyeon harus belajar berhubung sejak kemarin dia kehilangan semangat. Tapi sampai sekarang pun rasanya moodnya untuk belajar belum membaik. Kalau kayak gini, Doyeon nggak bisa belajar sendiri. Dia butuh seseorang untuk menemaninya belajar.

Sesampainya dikamar, Doyeon langsung menghubungi Dejun. Biasanya jam segini sepupunya itu baru saja pulang dari sekolahnya yang terbilang bebas aturan. Maklum, private school.

"Jun, lu dimana dah?"

"Rumah eyang. Nape?"

"Ngapain anjir? Ngebolang lu?"

"Yoi."

"Yah, padahal tadinya mau nyuruh lo kesini. Temenin gue belajar."

"Anjiran. Dibayar berapa gue."

"Ck. Yaudah deh, sana temenin eyang bikin kue jahe. Bye!"

Doyeon bingung. Kalau harus belajar sendiri disaat malas seperti ini, ujung-ujungnya Doyeon nggak fokus. Percuma.

Apa.... Doyeon minta tolong Lucas?