Halo! Maaf maaf MAAF banget karna udah ga update dari jaman bahula :(
Kuliah lagi hectic, plus tiap buka Wattpad kerjaannya malah baca dan lupa update :')
Sebenernya ceritanya udah finished kok, aku tinggal publish tiap hari Senin, Rabu, Jumat gitu, tapi selalu lupa :(
ENJOY THIS ONE!
•••
ABIGAIL
Aku terbangun di kamarku sendiri.
Aku tidak merasakan sakit pada tubuhku, hanya pada pergelangan tangan. Kejadian kemarin masih terpatri jelas. Seorang lelaki menodongkan pisaunya sambil bertanya di mana Sebastian.
Oh, Sebastian!
Melompat dari kasur, aku berlari keluar dari kamar dan menemukan Sebastian tertidur pulas di sofa. Kakiku melangkah mendekatinya, lalu secara perlahan jari-jariku berlari mengusap rambutnya.
Ia memiliki rambut cokelat yang berantakan nan lembut. Kemudian jari telunjukku beralih ke kelopak matanya. Aku mengelusnya perlahan, dan sebuah senyum samar terukir pada bibirnya.
Oh, astaga, aku tidak akan pernah terbiasa dengan senyumannya. Sungguh menawan walau samar.
"Kau baik-baik saja, Abigail?" Tanyanya dengan mata tertutup.
"Sangat baik, terima kasih."
Secara perlahan, mata birunya mengintip dari kelopak mata dan menatapku lembut. Aku tidak pernah melihat tatapannya yang seperti itu.
"Selamat pagi," gumamnya dengan suara serak.
"Hai, Sebastian." Kami hanya saling tatap untuk waktu yang lama. "Apa kau sudah bangun saat aku... menyentuhmu?"
Ia tergelak ringan. "Aku punya kemampuan aneh. Aku bisa dengan mudah tahu saat orang mendekat ke arahku, bahkan saat aku tidur. Jadi, aku tahu kau akan datang."
"Bukan karena kau mendengar mereka?" Aku tertawa, ia pun ikut tertawa lalu menggeleng. Aku menatapnya dengan takjub. "Tersenyum dan tertawalah, Sebastian. Semua orang menyukainya."
"Aku tidak tahu apakah kau yang membuatku tersenyum lagi setelah sekian lama... tapi terima kasih." Ia menyentuh pipiku dan ibu jarinya bermain di sana. Bisa kurasakan pipiku memanas.
"Well, saatnya sarapan, Seb!" Aku memukul bahunya dan bangkit.
Saat aku memasak, Sebastian meminjam laptop-ku untuk mengecek E-mail-nya. Aku menjatuhkan spatula karena terkejut mendengar teriakan Sebastian. Senyumnya merekah lebar, matanya berbinar, lalu ia berjalan ke arahku dan mengangkatku untuk memelukku.
Aku tertawa senang menikmati suasana hatinya. Kakiku melingkari pinggangnya, lengan kuatnya melingkari tubuh mungilku.
"Abigail, mereka menerimaku!" Pekiknya.
"Selamat, Seb!" Seruku tak kalah antusias.
Kami tetap dalam posisi seperti ini untuk waktu yang cukup lama. Napas hangat Sebastian menyapu kulit leherku, dan bisa kurasakan bibirku tak mampu menahan senyum. Aku tidak pernah sebahagia ini untuk orang lain.
Secara perlahan, Sebastian menurunkanku. Mata biru indahnya menatap mata abu-abuku, lagi-lagi tatapannya hangat dan lembut.
"Terima kasih," bisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardians
Fanfiction[BAHASA INDONESIA] - [SEBASTIAN STAN] • Di saat dunia fantasi pribadinya membungkusnya rapat dari dunia luar yang kurang ajar, Abigail harus menerima fakta bahwa dunia fantasi tersebut tidak selamanya dapat menjadi pelindungnya. Ia harus keluar, har...