The Guardians - #28

229 43 0
                                    

Aku duduk sambil memeluk lutut, tatapanku sendiri kosong ke arah dinding putih bersih di hadapanku.

Kembali melirik ke bawah, aku mendapati tubuhku yang hanya dililit oleh selimut. Dan aku pun kembali tidak peduli.

Apakah kau akan peduli lagi jika tubuhmu sudah terlalu banyak dijamah?

Itulah yang kurasakan. Perasaan kebas yang membuatku tidak peduli dan terus melayangkan tatapan kosong. Seolah akal sehatku tidak lagi sehat—mereka telah berhenti bekerja setelah semalaman aku dibuat terjaga oleh aktifitas menjijikkan para bajingan di sini.

Ya, di sini. Di kamar yang sangat nyaman ini namun aku sendiri tidak bisa menikmati kenyamanannya. Aku diletakkan di kamar superbesar ini hanya untuk memuaskan para bajingan tersebut. Mereka hanya ingin merasakan sensasi bercinta yang pantas, itu sebabnya segala sesuatu di kamar ini begitu mewah.

Dan lagi, aku tidak peduli.

Ketika menoleh ke kanan, aku mendapati sebuah lemari putih besar dengan sebingkai kaca di satu sisinya. Aku mengamati penampilanku yang jauh dari kata cantik pada cermin. Batinku mengeluarkan ekspresi nanar yang menyedihkan, namun wajahku tidak mampu mencontek ekspresi tersebut. Aku bagaikan batu yang dingin dan tetap kaku.

Apa yang akan dilakukan Sebastian jika ia mengetahui semua ini?

Sebastian berjanji akan membuat Quincy membayar untuk seluruh perbuatan kejinya.

Sebastian...

Pikiranku kacau. Aku tidak dapat memikirkan hal lain kecuali Sebastian. Aku bahkan tidak peduli dengan keadaan fisikku—aku hanya memikirkan Sebastian. Hanya dia.

Lalu terdengar suara kunci diputar dari luar. Aku menghela napas panjang, mencoba bersiap untuk apa pun yang akan terjadi.

"Abigail?" Sebuah suara lembut menyentakkanku. Aku memerhatikan sosok Mason yang memalingkan wajahnya dari tubuh telanjangku. "Astaga."

"M-Mason?" Lirihku. Aku mungkin telah menyakitinya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa aku bahagia melihatnya baik-baik saja.

"Sshh..." gumamnya lembut. Ia bergegas menghampiriku, lalu mendekap tubuhku. Mau tidak mau aku menerimanya. Aku membalas pelukan hangatnya, merasa cukup aman walaupun yang kubutuhkan saat ini adalah Sebastian. Tanpa sadar air mataku mengalir membasahi kaus Mason. Aku terisak cukup keras, dan beberapa saat kemudian napasku mulai tidak terkontrol. "Abigail, sshh..."

"Mereka... mereka—"

"Hey, hey," Mason melonggarkan pelukannya sedikit untuk menatapku. "Percayalah, aku tahu. Beristirahatlah."

Sontak aku pun menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan tidur. Aku tidak ingin lengah, Mason."

Terdengar helaan napas berat Mason. "Tidakkah kau sadar? Aku di sini untuk menjagamu. Quincy dan para anak buahnya sedang melakukan transaksi seperti biasanya, aku menemukan cara untuk datang ke sini."

Seketika tubuhku melonjak menjauhi Mason. "Mereka tidak ada? Lalu apa lagi yang kau tunggu? Ayo pergi dari sini!"

Aku sudah hampir melompat turun dari ranjang saat Mason menangkap lenganku. Tatapannya sedih. "Tidak semudah itu, Abigail. Di luar sana masih banyak penjaga."

"Brengsek." Umpatku tertahan. Tangan kananku berlari untuk mengusap rambutku, sementara tangan kiriku masih setia mencengkeram pinggiran selimut demi menutup tubuhku. Aku merasakan air mataku kembali merebak. "Brengsek!"

"Abigail—"

"Mengapa mereka menahanku, Mason?" selaku frustasi. "Apakah aku akan dijadikan budak seks untuk selamanya? Itulah yang kakak sintingmu inginkan?"

The GuardiansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang