9 JULI 2015
Sebastian sedang memijat lengannya sendiri ketika Venetia masuk ke kamar mereka. Wanita tersebut membawa kue cokelat mungil, lalu duduk di samping Sebastian.
"Apa kita sedang merayakan sesuatu?"
Venetia tergelak manis seraya mengecup lembut pipi pemuda tersebut. "Tidakkah kau ingat bahwa sekarang adalah tanggal di mana kita bertemu?"
Sebastian meringis saat mengingatnya.
Tinggal bersama Venetia merupakan pengalaman paling ekstrem. Ya, ekstrem. Mengingat begitu banyak luka serta kebahagiaan yang ia dapat—walaupun jika harus jujur, lebih banyak luka.
Namun Sebastian tidak ingin menambah luka tersebut, jadi ia tidak membantah Venetia.
Membuka lengannya, Sebastian merangkul pundak Venetia dan mengecup puncak kepalanya. Itu merupakan tindakan ceroboh karena pemuda itu tahu bahwa Venetia tidak suka perlakuan manis.
Satu tamparan ringan mendarat pada pipi mulus Sebastian.
"Jangan rusak momen ini," gertak Venetia. Sebastian hanya menunduk untuk menatap lantai. Ia mengutuk dirinya sendiri karena begitu bodoh.
Sementara perasaan aneh kembali merasuki dirinya. Perasaan tersebut terus menghantuinya setelah beberapa bulan pertama menghabiskan waktu bersama Venetia.
Wanita tersebut cukup tua untuk menjadi ibunya, namun Sebastian sedikit menikmati pengalaman yang ia dapat. Hanya saja keinginan untuk kabur masih menjadi prioritasnya. Tapi apakah Sebastian mampu berjauhan dari Venetia? Wanita itu telah melakukan banyak hal kepada Sebastian, dan pemuda itu merasakan banyak berubah. Positif atau negatif.
"Apa yang kau pikirkan?" Venetia menyentak Sebastian kembali ke kenyataan.
"Tidak," lalu pemuda itu menyadari kecerobohannya. "Maksudku, uh... kau sangat manis. Maaf karena aku—"
Bibir ranum Venetia menyerang milik Sebastian.
Pemuda itu ingin lari—ia selalu ingin lari setiap kali Venetia merasakan hasrat untuk bercinta. Di satu sisi Sebastian merasa fisiknya telah terbentuk sempurna karena perlakuan keras Venetia. Namun di sisi yang lain ia merasa telah lemah tak berdaya. Ia tak mampu menerima segala pukulan serta tamparan lagi.
Sementara Venetia sendiri melihat ketakutan yang terpancar nyata di dalam mata Sebastian. Wanita itu tersenyum dalam hati. Ia tahu bahwa sikapnya kepada Sebastian akan membuat pemuda itu menjadi kuat.
"Kau siap untuk ronde selanjutnya, sayang?" Sebastian hanya menelan ludah, lalu Venetia melanjutkan, "Ini merupakan hari yang spesial, bukan? Kita harus merayakannya."
Dan dengan begitu Venetia menjatuhkan mantel tipisnya—yang langsung menyajikan pemandangan kecintaan Sebastian.
•••
12 SEPTEMBER 2015
"Ven..." pemuda tersebut tidak berani melontarkan idenya, namun semua orang bisa berharap, bukan?
"Ada apa, sayang?" Kepala Venetia yang berada di dada Sebastian mendongak. Senyum cerah sehabis bercinta terpampang jelas.
"Tolong jangan marah, atau memukulku," kata Sebastian blak-blakan.
Tanpa diduga Venetia bangkit, matanya mengunci mata Sebastian. "Kau sangat memuaskanku sepanjang sore ini, Sebastian. Mengapa aku punya alasan untuk menyakitimu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/150762083-288-k819666.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardians
Фанфик[BAHASA INDONESIA] - [SEBASTIAN STAN] • Di saat dunia fantasi pribadinya membungkusnya rapat dari dunia luar yang kurang ajar, Abigail harus menerima fakta bahwa dunia fantasi tersebut tidak selamanya dapat menjadi pelindungnya. Ia harus keluar, har...