Drrtt... Drrrttt...
"Handphoneku..." lirih Adifa sambil merogoh kantongnya mencari hp nya.
"Mas Adit..." Adifa langsung mengangkat telepon itu.
"Assalamu'alaikum Mas."
"Wa'alaikumussalam. Dek, maaf ya... Mas gak bisa jemput kamu. Mas ada tugas mendadak."
"Yah... Emm, yaudah aku naik bis aja."
"Awas ya nyasar."
"Ya, Insyaa Allah Mas."
"Ya udah, Mas mau lanjut kerja. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Tuttt...
"Kenapa?" tanya Mark ke Adifa.
"Mas aku... Emm, Kakak aku gak bisa jemput. Aku naik bis aja. Emm, naik bis apa ya?" Adifa.
"Di anterin pulang aja bagaimana?" tawar Taeyong.
"Nanti Dabin dianterin juga ke tempat syutingnya." lanjut Taeyong.
"Boleh, boleh... Kajja." Dabin langsung menerima tanpa ada penolakan dulu.
"Dianterin siapa?" tanya Adifa.
"Aku antar... Pakai mobil aku." kata Taeyong.
"Wah, ya, ya... Boleh... Terima kasih Taeyong Oppa." kata Dabin.
"Beneran?" tanya Adifa ke Taeyong.
"Ya, beneran. Ayo." jawab Taeyong yakin.
"Nanti kasih tau alamatnya... Ne?" lanjut Taeyong.
"Ok... Ok... Kajja." Dabin gak sabaran.
"Terima kasih ya Taeyong Oppa." ucap Adifa.
Taeyong pun tersenyum.
"Ya udah, makasih ya Hyung. Aku masuk dulu ya." Mark kemudian berlalu.
Taeyong, Dabin, dan Adifa langsung menuju mobil.
"Ini mau dianterin Taeyong Oppa? Asli?" Dabin gak percaya.
"Iya..." jawab Taeyong yakin.
"Pakai mobil Taeyong Oppa?" Dabin masih gak percaya.
"Kamu nanya mulu. Ayo... Masuk..." Taeyong mengajak Dabin dan Adifa. Dabin dan Adifa pun masuk ke mobil.
Di perjalanan.
Mereka bercerita tentang sekolah Adifa dan Dabin, tentang Adifa dan Dabin.
"Oh, ternyata Adifa dapat beasiswa?" Taeyong.
"Ya, makanya dia di kelas tu paling pinter. Dia anak OSIS juga lagi. Untung aku duduk bareng dia." celoteh Dabin.
"Untung? Hmm... Kamu suka contekin dia?" tanya Taeyong.
"Isshh enggak... Enak aja. Untungnya itu maksudnya aku bisa duduk bareng sama dia biar aku bisa belajar sama Dabin. Bukan nyontek kayak Renjun." Dabin.
"Jadi, Renjun suka nyontek?" tanya Taeyong.
"Ya... Isshhh nyebelin banget dia." Dabin tiba-tiba kesel.
"Adifa... Kok diem aja?" tanya Taeyong karena dari tadi tidak bicara. Malah Dabin yang bawel.
"Emm... Gak apa-apa." jawab Adifa lalu senyum.
"Dia emang gitu." Dabin.
"Ini aku antar Adifa dulu ya." Taeyong.
"Ok." Dabin.
Adifa merespon dengan anggukan.
"Oh iya, Taeyong Oppa berhenti di sini aja." kata Adifa.
"Tapi, gps nya gak nunjukin untuk berhenti sini." kata Taeyong.
Ya, Taeyong dituntun maps di sepanjang perjalanan.
"Iya, aku mau langsung ke Masjid." kata Adifa.
"Aku duluan ya." lanjut Adifa yang kemudian hendak keluar namun terhenti karena Taeyong bicara.
"Emang Masjid nya di mana?" tanya Taeyong.
"Deket, kok. Udah gak papa." kata Adifa.
"Biar diantar sampai depan Masjid. Ayo..." Taeyong.
"Iya Adifa, udah gak usah tolak." kata Dabin.
"Emm... Ya sudah makasih ya Taeyong Oppa." ucap Adifa.
"Ya udah, harus kemana lagi?" tanya Taeyong ke Adifa.
"Belok kanan aja." jawab Adifa.
"Oh, ok." kemudian Taeyong mengendarai mobilnya lagi.
Mereka sudah sampai. Karena deket jadi gak lama sampainya.
Adifa pun turun, begitu juga dengan Taeyong dan Dabin.
"Kamu mau sholat ya?" tanya Dabin.
"Ya..." jawab Adifa.
"Eonni..." tiba-tiba ada seorang perempuan kecil yang juga berhijab berlari ke arah Adifa dan memeluk Adifa.
"Bogoshipoyeooo..." kaya perempuan kecil itu manja.
"Emm... Maaf ya kemarin Eonni gak dateng. Kamu masuk dulu sana, nanti Eonni menyusul. Ne..." Adifa sambil mengelus lembut kepala perempuan kecil itu.
"Ok...Cepat ya Eonni." kata perempuan kecil itu.
"Iya sayang." Adifa.
Perempuan kecil itu pun langsung pergi ke dalam Masjid.
"Siapa itu?" tanya Taeyong ke Adifa.
"Emm... Kebetulan aku dapat amanah untuk berbagi ilmu yang aku sudah pelajari kepada anak-anak." ujar Adifa.
"Oh, kamu gak pernah cerita-cerita sama aku." kata Dabin.
Adifa hanya tersenyum.
"Setiap hari?" tanya Taeyong.
"Ya Insyaa Allah tiap hari. Kalau gak ada halangan." jawab Adifa.
"Kamu jadi guru berarti digaji?" tanya Taeyong lagi.
"Ya Insyaa Allah aku dapet gaji." jawab Adifa.
"Kok?" tanya Taeyong heran.
"Gaji berupa pahala dari Allah, Tuhanku." Adifa senyum.
"Berarti kamu kerja ikhlas? Mantap..." Dabin yang salut ke Adifa kemudian memberi dua jempolnya ke Adifa.
"Masa sih? Kok kamu mau gak digaji? Kamu kan kayak kerja jadinya sebagai guru." kata Taeyong.
Perkataan Taeyong membuat Adifa berubah raut wajahnya menjadi agak kesal.
"Emang kenapa sih? Apa yang aku lakukan ini karena Allah, bukan karena uang. Aku cuma mau dapat pahala dari Allah." kesal Adifa.
"Yah... Adifa marah." lirih Dabin.
"Bukan maksud aku gitu..." Taeyong merasa gak enak.
"Udahlah, kamu gak bakal ngerti. Aku mau ke dalam dulu. Terima kasih." kata Adifa jutek kemudian berlalu.
"Ehh... Tunggu... Adifa... Aku minta maaf." Taeyong teriak.
"Udah udah Oppa." Dabin.
"Lah, terus gimana. Nanti dia kesel sama aku dong." Taeyong.
"Lagi si Taeyong Oppa bawel. Udah, aku buru-buru niii..." Dabin.
"Ne... Ne..." Taeyong.
Kemudian mereka masuk ke dalam mobil.
>>>>>>>
Tbc
Tolong di vote juga...
Cek ma profile ==> @assyifa_25
Thanksss
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain (Islam Fanfiction) ✔
Fanfiction"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd : 28) #3 in jungdabin 4 Feb 2019 Happy reading~