Part 8 ~ Adifa was Injured

131 17 0
                                    

Adifa merasa aneh dengan Dabin. Karena, semenjak masuk kelas tadi, Dabin grabak-grubuk aja seperti mencari sesuatu.

"Kamu tu kenapa si Dabin?" tanya Adifa.

"Ah... Mati aku.. Gila... Pelajarannya abis istirahat lagi." Dabin kemudian duduk dan langsung mengusap wajahnya.

"Kenapa kamu ngomongnya kayak gitu..." Adifa heran.

"Tugas di folio tadi ilang, Adifa. Aduh... Gimana ini... Aaaa..." Dabin yang udah kayak mau nangis.

"Yaa Allah... Coba dicari dulu yang bener. Kamu inget-inget ditaro dimana..." Adifa menenangkan Dabin sambil membantu Dabin mencari tugasnya yang hilang.

Dabin sampai liat-liat ke kolong meja. Namun nihil.

"Terus gimana ini?" Dabin panik.

"Ya... Ya udah... Dikerjain lagi..." respon Adifa.

"Hahh... Ya ampun... Aku udah ngerjain itu sampai begadang Dif..."

"Ya, tapi terus gimana? Kamu diem aja, mumpung masih ada waktu istirahat."

"Ayo, aku bantuin, cepet!" Adifa langsung bangkit saking niatnya.

"Aku gak punya folio." Dabin ngeluh.

"Aku punya kok." Adifa langsung membuka tasnya dan mencari folio. Setelah ketemu lalu diberikan kepada Dabin.

"Ayo... Dikerjain." ajak Adifa.

"Ne. Emm Dif... Kerjainnya di perpustakaan aja deh. Di sini rame banget, aku gak konsen." Dabin.

"Ok, ayo ke perpustakaan. Bawa alat tulis sama bukunya ya. Sama folionya juga tu..." kata Adifa.

Dabin langsung merapikan barang yang akan dibawa ke perpus. Setelah selesai, mereka langsung ke perpustakaan .

Setelah sampai perpustakaan Dabin langsung mengerjakan tugasnya sambil dibantu Dabin. Mereka melakukannya dengan buru-buru.

Tak terasa bel masuk sehabis istirahat berbunyi.

"Yah, udah masuk Dif..." Dabin panik.

"Tenang... Anggap aja belum masuk. Ini dikit lagi kok." Adifa berusaha menenangkan Dabin.

"Semoga saja gurunya belum masuk dulu." harap Dabin.

Tak lama pekerjaan Dabin selesai juga.

"Akhirnya... Alhamdulillah..." Adifa tenang.

"Syukurlah... Akhirnya selesai juga." Dabin seneng banget.

"Ya udah dirapiin barang-barangnya kita langsung ke kelas." kata Adifa.

Dabin langsung merapikan barang bawaannua dibantu oleh Adifa. Setelah selesai, mereka langsung keluar dari perpustakaan lalu dengan cepat-cepat mereka menuju kelas.

Sesampainya mereka di kelas...

"Syukurlah... Untung gurunya belum masuk." Dabin sambil duduk di bangkunya.

"Iya.... Alhamdulillah." Adifa sambil duduk di bangkunya.

"Dif, makasih banget ya. Kamu baik banget sih. Mau bantuin aku. Kalo sama kamu kerjaan aku malah cepet selesai. Soalnya ngerjainnya pake cara cepet. Ajarin aku ya Dif lain kali. Ajarin cara cepet, biar aku ngerjainnya cepet selesai." Dabin.

"Sippp 👍, kita belajar bareng-bareng." Adifa tersenyum.

Dabin pun juga tersenyum.

Adifa langsung membelokan tubuhnya ke belakang karena ingin mengambil buku pelajaran selanjutnya. Lalu Adifa gak sengaja melihat Renjun dan Jaemin terburu-buru mengerjakan tugas.

Bagaimana Renjun dan Jaemin mengerjakan tugasnya? Dia nyalin pekerjaan orang. Dan di situ Adifa merasa aneh, karena kerjaan yang dicontek Renjun dan Jaemin tulisannya kayak Adifa kenal.

"Itu kayak tulisan..." batin Adifa lalu berfikir.

"Hahhh..." Adifa terkejut karena mulai tau.

"Dabin..." Adifa memanggil Dabin.

"Wae?" respon Dabin.

Adifa langsung menggunakan bahasa tubuhnya, menengok dikit ke arah Renjun dan Jaemin.

"Kenapa sih?" Dabin bingung.

"Coba, liat kerjaan yang dicontek Renjun sama Jaemin." Adifa ngomongnya bisik-bisik.

Dabin langsung melihat ke kerjaan yang dicontek Renjun dan Jaemin. Lalu, Dabin langsung melotot.

"Oh, jadi kalian yang ambil kerjaan aku?" Dabin langsung membuat satu kelas tertuju pada Dabin. Karena Dabin mulai geram.

Renjun dan Jaemin pun juga terkejut. Bingung mau jawab apa.

"Kurang ajar kalian." Dabin bener-bener marah dan langsung menjambak rambut Renjun dan Jaemin.

"Auu, sakit. Mian... Mian..." Renjun dan Jaemin meringis kesakitan dan susah sekali melepas kekutan tangan Dabin.

Aksi ini malah jadi tontonan bukannya misahin.

Haechan yang liat, panik. Sedangkan Jeno selo-selo bae.

"Jeno, itu temen kita." Haechan.

"Biarin, salah mereka kenapa nyontek?" Jeno cool.

Karena Adifa panik juga, dia langsung menarik tangan Dabin. Tapi tetep susah juga.

"Dabin, udah, kita laporin aja. Jangan kayak gini." Adifa berusaha nenangin Dabin.

"Enggak, biar mereka tau rasa." Dabin geram.

Renjun dan Jaemin tetap berusaha untuk lepasin jambakannya. Renjun pikir lebih baik kalau dia cakar Dabin.

Disisi lain, guru yang akan mengajar di kelas itu yang sudah hampir datang, mendengar ada kegaduhan.

"Ada apa?" gumam guru itu kemudian buru-buru masuk ke kelas yang akan diajarkannya.

"Aaa... Auuu. Astaghfirullah'alazhim."

Kejadian itu langsung berhenti. Karena yang kecakar bukan Dabin malah Adifa.

"Ya ampun Dif..." kaget Dabin. Satu kelas kaget.

Secara bersamaan, guru juga melihat Adifa dicakar Renjun.

"Ada apa ini? Ya ampun..." gurunya marah.

"Kamu ini Renjun." Dabin makin marah. Apalagi pipi Adifa sampe berdarah.

Jeno yang ngeliat Adifa kecakar langsung bangkit menghampiri Adifa.

"Ya ampun Dif. Ayo ke uks."  Jeno.

"Bu, kami izin dulu ke UKS..." izin Jeno ke guru.

"Ok..." jawab guru.

Kemudian Jeno langsung keluar kelas, Adifa mengikuti Jeno dengan jalan pelan.

"Kenapa ini bisa terjadi?" Guru.

"Ini gara-gara Renjun dan Jaemin." Dabin.

"Ini gara-gara kamu, jambak aku sama Jaemin." jawab Renjun.

"Aku jambak ada alasannya..." Dabin.

"Aaaa... Sudah cukup.  Sekarang kalian ke ruang BK.Ppali..." Guru yang sudah marah.

"Bu, aku mau ke Adifa dulu ya." maksud Dabin, Adifa pasti dia agak risih kalo berduaan doang sama Jeno.

"Ya sudah. Kalau sudah diobati, suruh dia ke BK juga." guru.

"Ok Bu." Dabin langsung menuju UKS.

"Ayo Renjun, Jaemin. Ikut ke BK. Yang lain tetap di kelas." guru, kemudian pergi menuju BK.

>>>>>>>
Tbc
Vote sekalian!!!
Thanksss

Rain (Islam Fanfiction) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang