7

3.6K 650 101
                                    

"Gimana ayah mau dapat cucu lagi kalau modelan anaknya ayah kaya kamu, Jin."

Ayah Chansung memijit pelipisnya, heran dengan tingkah si bungsu Hwang yang kelewat kekanakkan, bahkan pria paruh baya itu tampak lelah dengan segala pengaduan Jeongin.

"Umurmu sudah kepala tiga tahun depan, nak. Tapi kenapa masih suka cemburu sama anak sendiri?"

Pria paruh baya itu berencana untuk memberikan oleh-oleh kepada cucu serta menantunya, tapi melihat Jeongin yang sedari awal sejak kedatangannya hanya diam, membuatnya sedikit penasaran.

Setelah menelusuri akar permasalahan, Hwang Chansung hanya bisa menghela napasnya.

"Kamu kapan bisa dewasanya?"

Hyunjin menatap ayahnya, tidak terima dengan pertanyaan sang ayah. Padahal ia sudah hampir menginjak umur tigapuluh tahun, apa itu belum cukup untuk disebut dewasa?

Ayah Hwang yang mengerti tatapan tak terima anaknya itu kemudian langsung bersuara, "Kedewasaan bukan diukur dari umur seseorang, Kak. Kamu harus sadar kalau kamu seorang kepala rumah tangga.

Kamu boleh memonopoli Jeongin seharian tapi ketika tidak ada Hanseol, kamu sendiri,'kan juga ayahnya. Apa berbagi itu hal yang sulit?"

------

Setelah kepulangan sang ayah, Hyunjin memilih untuk pergi melihat anak dan juga istrinya. Mungkin sikapnya selama ini terlalu berlebihan, tapi didalam hati kecilnya juga pria Hwang itu butuh sentuhan dan kasih sayang sang istri.

"Bunda?" Panggilnya, tidak ada sahutan.

Ketika Hyunjin membuka pintu kamar mereka pun keadaan didalamnya sangat sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Hanseol dan juga Jeongin.

Akhirnya Hyunjin memutuskan untuk melihat kamar anaknya, pintu kamar milik Hanseol terbuka sedikit, Hyunjin mengintip dan ia melihat Jeongin yang sedang menidurkan putra mereka.

"Ssttt, Hanseol udah tidur kak, Pelan-pelan." Jeongin sadar akan keberadaan suaminya itu.

Hyunjin mengangguk dan kemudian meminta istrinya untuk keluar dari kamar Hanseol, Jeongin mengecup kening putranya itu sebelum keluar dari kamar anaknya dan berjalan menuju ruang keluarga.

"Aku minta maaf, ya? Kamu kelihatan banget capek ngurusin aku yang kaya bocah ini."

Sekarang mereka sedang duduk, tapi posisi Jeongin bukan disebelah Hyunjin melainkan menantu keluarga Hwang itu terduduk di pangkuan suaminya atas dasar paksaan tentunya.

Hyunjin menarik Jeongin yang membuatnya jatuh terduduk di paha suaminya itu.

"Kamu dari dulu juga gitu kali, Kak. Gak inget kamu waktu aku pergi sama kak Kevin aja kamu ngamuk-ngamuk ke dia."

Jeongin tertawa, tentu saja ia mengingat kejadian itu, hari dimana Hyunjin dengan kesetanannya memarahi Kevin dan Eric yang membawa kekasihnya itu jalan-jalan tanpa sepengetahuan dirinya.

Pecemburu sekali ya Hyunjin ini.

"Iya sayang aku ingat, tapi ayah dimaafin gak? Tadi aku udah kena ceramah si ayah pas kamu pergi ke kamar sama Hanseol."

Jeongin sedikit merasa bersalah, awalnya ia tidak berniat mengadu kepada sang mertua. Niatnya hanya untuk membuat Hyunjin malu tapi ternyata ayah Hwang malah menasehati suaminya itu selama satu jam penuh tanpa istirahat.

"Iya aku maafin, kalau cemburuan gini sama anak gimana ceritanya mau bikin adik buat Hanseol?" Dan setelahnya pria berusia duapuluh tujuh tahun itu benar-benar menyesali perkataannya.

Setelah Jeongin tidak sengaja mengatakan hal seperti itu, langsung saja pria Hwang itu menggendongnya tanpa ba bi bu yang membuat Jeongin memekik kaget karenanya.

"KAKAK TURUNIN!"

---------

Hahahahahahhahahaha yaAllah otakku.

CANVAS - Hyunjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang