Si kecil Hwang terbangun lebih pagi, bayi berusia empat tahun itu segera bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar kedua orangtuanya.
Hanseol kemudian membuka gagang pintu kamar kedua orangtuanya dengan kedua tangan mungil miliknya, anak laki-laki itu segera berlari menuju ayahnya begitu pintu kamar tersebuy terbuka dan menampilkan ayah dan bundanya yang sedang terlelap.
"Ayah," Panggil si mungil itu sembari menarik piyama ayahnya.
Hyunjin yang merasa tidurnya terganggu segera membuka sebelah matanya, lelaki itu terkejut ketika mendapati anak semata wayangnya berada di kamarnya.
Hyunjin tentu saja langsung menegakkan tubuhnya dan membawa si mungil Hwang itu ke dalam pelukannya.
"Jagoan ayah kenapa bangun jam segini?" Bisik Hyunjin, ia takut membangunkan Jeongin yang baru saja terlelap sehabis mengerjakan jurnalnya.
"Adek laper, Ayah."
Hyunjin mau tak mau merasa gemas dan menciumi pipi gembil milik putranya itu, Hanseol tertawa sedikit keras sehingga membuat bundanya bergerak dengan gelisah.
"Ssstt, ayo sayang ayah buatin sarapan, jangan ganggu bunda." Hanseol menganggukkan kepalanya dengan lucu, mungkin hari ini Hyunjin harus mengganti jadwal dari daftar 'Memonopoli Jeongin' menjadi 'Memonopoli Hanseol'.
-------------
Ayah dan anak itu saling tertawa, Hyunjin terus menceritakan dongeng tentang gajah dan kancil, harusnya Hanseol merasa bosan dengan dongeng ayahnya, tetapi bocah itu malah sangat antusias dan terus menepuk tangannya dengan gembira, Jeongin saja sampai hapal bagaimana akhiran cerita suaminya itu.
"Nanti, waktu adek sudah besar, jangan kaya kancil yang suka bohongin orang, ya?"
Hanseol mengangguk semangat sambil mengepalkan tangannya, "Iya! Gamau jadi kancil! Kancilnya jahat! Anseol mau kaya ayah!" Entah apa yang harus Hyunjin lakukan, rasanya mendengar anak bercita-cita ingin seperti orangtuanya begitu mengharukan.
"Ayah? Adek?"
Jeongin baru saja keluar dari kamarnya dengan keadaan yang sedikit berantakan, tapi di mata Hyunjin istrinya itu begitu err- sexy?
Hyunjin harus menahan dirinya di depan anaknya ini, Hanseol masih sangat kecil untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya ini memiliki hormon berlebih apabila menyangkut ibunya.
"Kalian berdua udah sarapan? Hanseol bangun jam berapa, nak?" Tanya Jeongin sambil mengecup pipi gembil anaknya.
"Hanseol bangun cepat!" Jeongin dan Hyunjin tertawa pelan sembari mencubiti pipi anaknya gemas.
"Bunda, ayahnya gak dicium juga?"
Jeongin menggelengkan kepalanya heran, mengapa suaminya ini sama sekali tidak memiliki rasa untuk mengalah terhadap anaknya sendiri.
Ibu dari Hanseol itu setelahnya mendekat kearah suaminya kemudian menangkup pipi Hyunjin, dari pada bayi besar itu terus merengek seharian lebih baik dikasih sekarang, pikirnya.
Jeongin mengecup kedua pipi suaminya yang malah mendapat keluhan, "Bukan yang itu, yang ini." Ujar Hyunjin sembari memanyunkan bibirnya.
Dengan geram, Jeongin langsung menjepit bibir suaminya itu. "Unda sama ayah lagi buat dedek untuk Anseol?" Jeongin langsung menoleh menatap anaknya, ia lupa kalau Hanseol ada disana.
"Adek...Engga gitu,"
Dan malamnya Hyunjin diusir untuk tidur di ruang tamu, Jeongin bahkan tidak mempersilahkan suaminya itu untuk mengambil selimut. Jeongin bilang itu sebagai hukuman karena mengajarkan anak mereka hal yang tidak perlu diketahui di usianya yang masih balita.
"Bundaaaaa, itu bukan ayahhhh. Itu yang ngasih tau Changbin sama Minhooo."
Dan, alasan apapun tak akan didengar oleh Jeongin.
--------
Halo, hehe. Aku nulis apa sih yaAllah.
Selamat membaca;))))
KAMU SEDANG MEMBACA
CANVAS - Hyunjeong
Fanfiction[COMPLETED] Wondering in space we found each other and drawing over the spreaded paint. Painting one more time on the white canvas, believing I'm not alone. Daybreak- Nu'est (?) BxB Hwang Hyunjin x Yang Jeongin.