Jeongin.

1.6K 261 23
                                    

Pagi ini diawali dengan sepasang suami istri yang masih bergelung dalam selimut, seusai kegiatan panas yang mereka lakukan malam tadi, Jeongin tertidur pulas layaknya bayi, bahkan Hyunjin sendiri masih belum menyangka jika telah memiliki dua anak yang sudah remaja ketika melihat wajah istrinya yang menurutnya tidak tampak menua.

Hyunjin yang sudah terbangun memerhatikan wajah istrinya sama sekali tidak berniat untuk melepaskan pelukan posesif di pinggang sang istri, terlebih lagi ini hari minggu yang mana sangat cocok dijadikan saat-saat bersantai.

"Ayang, lepas dulu. Aku mau buat sarapan untuk anak-anak,"

Hyunjin menggelengkan kepalanya, menolak permintaan sang istri, "Kamu udah bangun kok gak bilang?" Tanya Hyunjin.

"Aku suka dipeluk kamu," Balas Jeongin sambil tersenyum, membuat Hyunjin mencium cepat bibir sang istri.

"Ayo bangun dulu," Ajak Jeongin, dan lagi-lagi gelengan yang ia dapatkan.

"Biarin aja mereka delivery."

--------------

Jeongin sudah berada di dapur, membuat sarapan untuk suami dan anak-anaknya, jika kalian bertanya bagaimana caranya si manis itu terlepas dari cengkraman hewan buas, jawabannya adalah cubitan yang dihadiahi tepat di perut suaminya.

Lelaki manis itu memasak sarapan, sedang suaminya duduk di meja makan sambil merajuk, katanya sih agar dibujuk sang istri, padahal Jeongin juga tidak berniat membujuk singa ganas itu.

Entah darimana, tiba-tiba Jiwon sudah duduk disamping sang ayah, menatap sekilas sosok ayahnya yang memasang wajah sok menyedihkan. Jiwon mendengus, kapan ayahnya itu akan dewasa?

"Ayah kenapa sih, bun?" Tanya Jiwon akhirnya yang benar-benar lelah, ia saja sampai pindah duduk agar tidak bersampingan dengan sang ayah.

"Udah gak usah diperduliin," Sahut Jeongin yang malah membuat kepala keluarga Hwang itu semakin ngambek.

-----------

Setelah sarapan Hyunjin langsung kembali ke ruang kerjanya, membuat berpasang-pasang mata disana kaget, biasanya ayahnya itu akan mengajak anak-anaknya berbincang, tapi kali ini ia malah pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Udah gapapa, gara-gara bunda tadi." Terangnya, kedua putranya itu tertawa lalu menggeleng pelan kepala mereka.

"Bunda sama Ayah kaya anak abg." Hanseol tentu saja tertawa mendengar penuturan sang adik.

Sedangkan sang bunda tersenyum penuh sayang menatap keduanya, "Yasudah, bunda mau bujuk ayah kalian dulu ya." Ujarnya, yang mana diangguki kedua putranya.

------------

Jeongin tersenyum melihat sang suami tertidur di meja kerjanya, kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya membuat wajahnya tampak tampan berkali-kali lipat, si manis mengguncang pelan pundak suaminya, sangat pelan karena ia takut membuat pria itu terkejut.

"Sayang, jangan gini bobonya, nanti sakit." Rayu Jeongin.

"Cium."

Si manis tersenyum, belum sempat ia mengiyakan permintaan suaminya itu, ia sudah lebih dulu ditarik hingga terduduk di paha sang suami.

"Mau cium dimana?" Tanya Jeongin.

"Semua, cium semua."

Jeongin mengecup kening suaminya, hingga turun ke mana, hidung, pipi dan terakhir di bibir yang mana ditahan Hyunjin, ia mengecap bibir istrinya itu, merasakan sensasi manis yang ia suka.

Ciuman itu berubah menjadi sangat intens, dimana lumatan demi lumatan yang saling berbalas seakan tidak ingin dilepas, Hyunjin mengeratkan pegangannya pada pinggul si manis, ia menyukai saat-saat Jeongin yang melenguh sembari kehabisan nafas, terdengar sangat menggoda di telinganya.

Jeongin memukul dada suaminya, ia sudah merasakan sesak, Hyunjin dan segala obsesinya dalam mencium Jeongin membuat si manis menampilkan semburat merah muda di kedua pipinya ketika Hyunjin melepas ciumannya dan menampilkan jembatan saliva yang saling terhubung.

Hyunjin mengusap bibir sang istri, mengucapkan kata terimakasih. Jeongin sendiri dibuat kebingungan, "Terimakasih untuk?" Tanyanya yang masih terduduk di pangkuan suaminya.

"Untuk menjadi istriku, dan membangun rumah tangga bersama."

---------------

HADEH AKU NULIS APA.

CANVAS - Hyunjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang