— 0.7
Ra, iya gue nggak akan ulangin lagi"Lo nggak mau gue anterin sampe rumah aja?"
Aludra langsung menolehkan kepalanya ke arah Jevan yang sedang mengemudi, lalu menggeleng pelan. Tidak ingin mengeluarkan suara lebih memilih untuk melihat ke luar jendela lagi. Bagaimana semuanya yang Aludra lihat makin mengecil, ia tinggalkan di belakang. Aludra melirik ke arah Jevan kembali. Afeksi yang dulu sering Aludra dapatkan kini tak bisa lagi ia rasakan. Salah Jevan kah?
Kepala Aludra menggeleng samar, menjawab pertanyaan di otaknya. Jika pun begitu, pasti karena dirinya juga. Aludra mengeluarkan banyak alibi untuk menutupi semuanya dan kini ia sendiri.
Dengan pelan, Aludra berujar, "Seminggu lagi jangan lupa ya." Aludra mengingatkan, takut-takut jika Jevan lupa atau apa. Hanya itu kok keinginan Aludra. Tidak minta yang lain, karena kehadiran Jevan sudah cukup.
"Sori."
Dan jawaban Jevan mematahkan segala harapannya dalam sekejap. "Lo gak bisa dateng?" Kayak yang dulu-dulu? lanjut Aludra dalam hati.
"Gue bukan nggak bisa, Kak. Gue cuma nggak... mau." Jevan memiliki alasan. Salah satunya—dan itu pasti, dirinya akan merasa bersalah lagi. Jevan sudah banyak menyakiti Aludra. Dan untuk keinginan Aludra yang satu itu, Jevan berpikir tidak seharusnya Jevan pergi. Hukuman kehadiran Aludra saja sudah membuat dirinya berputar-putar di satu tempat yang tidak ada jalan keluar sama sekali. Lalu, mau apa lagi? Mau bagaimana lagi?
"Ajak aja Rara. Nggak apa-apa kok."
Kali ini, Jevan memerhatikan Aludra sebentar. Melihat ke arah jalan di depannya lagi setelah itu. Menghela napas pelan. "Ada atau enggak ada Rara juga gue gak akan mau dateng. Mm.. nanti aja ya?"
"Nanti kapan?" Suara Aludra terdengar agak memaksa. Selalu saja jawaban seperti itu yang Aludra terima, tanpa kejelasan. Seperti Jevan yang mendorongnya. Seperti Jevan yang menariknya lalu menjauh. Mungkin memang seharusnya semuanya sudah beda, namun Aludra harus mendengarnya langsung dari mulut Jevan sendiri, 'kan?
Jevan mengangkat kedua bahunya. Tanda Jevan juga tidak tahu kapan.
Melihat itu, Aludra menggut-manggut. Sudah sangat paham. Untuk permintaan sesederhana itu saja tidak bisa lagi Jevan beri untuk Aludra. "Bisa lo kasih tau nyokap gue kalo gue kangen banget sama dia?"
"Pasti. Nanti pulang kuliah gue ke rumah lo ya." Jevan menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Tersenyum tipis. Aludra itu sudah tidak tinggal dengan orang tuanya sejak lulus SMA. Dan dari dulu hingga saat ini pun, selalu Jevan yang memberitahukan bagaimana keadaan Aludra kepada orangtua gadis itu.
"Ada yang lo mau lagi, Kak?"
Aludra tampak berpikir. "Nanti anterin gue ke tempat Edo."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...