—0.30
Jev, jangan terlalu percaya sama
air yang keliatan tenang.Bila terdiam sebentar ketika kedua matanya malah melihat laki-laki yang mengenakan kaus hitam duduk di hadapan kursinya. Sedang memainkan ponselnya itu. Tadinya Bila ke toilet. Dan Jevan sudah ada di sana.
Bila mulai berjalan ke arah Jevan.
Tidak lupa Bila mengeluarkan senyuman lebarnya saat berada di depan laki-laki itu. "Hai, Jev. Ramira mana?" tanya Bila langsung. Karena yang ia tunggu-tunggu ya Ramira bukan cowoknya Ramira.
Dari Sore hingga Malam seperti ini, Bila dengan giatnya menyelesaikan tugas kuliahnya itu di kafe yang tidak jauh dari apart Ramira. Dan saat Ramira meminjam mobilnya—Bila tidak bertanya Ramira akan ke mana atau untuk apa karena ia telah begitu mempercayai Ramira, hanya mengangguk. Dan Ramira berkata sebelum pergi; "Gue bakalan anterin mobil lo ke sini lagi. Daah Bila!"
"Ramira.. mm, dia kecapean jadi langsung tidur." Jevan menjawab. "Dia minta tolong sama gue buat nganterin mobil lo ke sini," lanjutnya. Menyandarkan punggungnya pada kursi kayu yang ia duduki dengan nyaman. Melihat ke arah Bila sepenuhnya.
Sebentar. Bila diam-diam menahan napas beberapa detik. Sebenarnya tidak ada yang beda dari Jevan sekarang, hanya saja Bila merasa... aneh. Karena Jevan nggak senyum aja kali ya? Eh? Gimana sih? Tau ah! Batinnya.
Atau mungkin karena bisa dihitung dengan jari berapa kali Bila dan Jevan mengobrol berdua seperti ini. Tidak seperti saat Jevan bersama dengan Aludra. Mereka bisa bertemu berkali-kali. Ah, iya mungkin karena itu.
"Oh. Tau gitu, gue pake ojek online aja ke apart Ramira. Daripada lo yang ke sini." Tatapannya, Bila arahkan lagi pada layar laptop.
"Enggak apa-apa kali, Kak. Santai. Kayak sama siapa aja lo." Jevan selipkan senyum tipis setelah mengatakan itu.
Duh. Bila tidak punya topik pembicaraan sekarang. Kepalanya dipenuhi sesuatu yang lain. Bila melihat lawan bicaranya lagi. "Lo mau mesen apa gitu? Atau mau langsung pulang?" Bila berharap Jevan memilih opsi nomor dua.
Kedua mata Jevan bergerak melihat ke papan menu di depan etalase sana. "Gue mau mesin kopi," jawab Jevan. Tersenyum ke arah Bila dan berdiri. Meninggalkan Bila sendiri.
Hah! Kenapa nggak langsung pulang aja sih. Bila menyibukkan dirinya dengan memainkan ponsel. Tugasnya hampir selesai. Ia akan membereskan tugasnya nanti di rumah. Lebih sialnya, pikirannya sudah ke mana-mana.
"Terakhir kita bisa ngobrol berdua begini itu kapan ya, Kak? Udah lama banget ya?" Jevan yang sudah duduk kembali ke tempat semula, membuka pembicaraan lagi. Melihat Bila yang sepertinya tidak nyaman. Jevan berusaha mencairkan suasana. Ada yang ia ingin katakan juga pada gadis berambut panjang di hadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...