0.8 | alnilam

3.5K 284 395
                                    

0.8
Jev, jangan terlalu berharap sama manusia.

8Jev, jangan terlalu berharap sama manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramira duduk bersandar pada headboad. Melihat ke arah jendela yang gordennya sedikit terbuka. Jevan sudah tidak ada di sampingnya. Laki-laki itu pasti pagi-pagi sekali sudah pergi. Rapi-rapi. Bersiap-siap. Ramira diam sebentar dengan kedua lutut yang ia peluk kini. Masih memandang ke arah jendela di depan sana.

Lalu, Ramira menolehkan kepalanya ke nakas di sampingnya itu. Figura kecil dengan foto dirinya dan juga Jevan terlihat. Foto yang mereka abadikan di second date mereka. Jika Ramira boleh menceritakan bagaimana ia menjalin hubungan dengan Jevan, itu seperti berjalan di bulevar.

Jam sembilan pagi hari itu Ramira sudah mendengar bel apartnya berbunyi berkali-kali. Beruntungnya Ramira sudah rapi-rapi. Biasanya jika Bila atau "temannya" yang lain berkunjung mereka pasti akan langsung masuk seperti layaknya rumah sendiri. Lalu, ini siapa ya?

Tangan Ramira membuka pintu utama dan di sanalah berdiri figur Jevan dengan seragam sekolahnya. Bersandar pada dinding di depan Ramira persis. Tadinya laki-laki itu sedang menunduk—bermain ponsel, lalu mendongakkan kepalanya setelah mendengar Ramira membuka pintu. Mengangkat satu tangannya juga. Dan.. tersenyum. Manis. "Kak Rara?" sapanya yang terdengar begitu tidak yakin.

Anjirt! Ini Jevan, 'kan ya? Ini beneran Jevan ada di depan apart gue pagi-pagi begini? Mana ganteng banget lagi!

Ramira mengigit bibir bawahnya. Masih merasa tidak menyangka dengan anak SMA yang berada di depannya itu. Satu yang terlintas di pikirannya sekarang; "Tau dari mana lo gue di sini?!" tanyanya dengan mata yang menyipit curiga. Buang dulu jauh-jauh wajah gantengnya Jevan.

Jevan terlebih dahulu menegakkan tubuhnya kemudian menjawab, "Temen lo. Kak Bila."

Bila udah nggak mau idup lagi kali ya? Ramira manggut-manggut mendengar jawaban Jevan. Sudah merencakan apa yang akan Bila dapatkan nanti jika Ramira bertemu dengan temamnya itu. "Lo.. nggak sekolah? Lo bolos?" tanya Ramira. Mengamati Jevan di depannya. Lagi.

Sebelum menjawab, Jevan juga menunduk. Ikut memerhatikan seragam putih-abu yang ia kenakan. Lalu, melihat ke arah Ramira kembali. "Sekolah gue lagi jam istirahat sekarang, jadi gue bisa keluar. Ternyata deket juga apart lo sama Pelsa jadinya gue sekalian mampir. Mm.. gue boleh minta makan gak?" Pelsa itu singkatan dari nama sekolah Jevan; Pelita Bangsa.

"Makan?" Ramira mengulang ucapan Jevan yang satu itu. Nih anak, udah dateng-dateng ngagetin terus minta makan lagi?! Dasar.

Kepala Jevan mengangguk dua kali. "Iya. Gue belum makan karena mau nemuin lo."

"Ya ngapain juga lo bela-belain gak istirahat supaya ketemu gue?" Itu yang Ramira pikirkan saat mendengar sahutan Jevan barusan.

4.1 | starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang