— 0.1
Ra, bintang jatuh itu bukan
bintang yang jatuh,"Gue lagi nungguin cewek gue. Bentar lagi paling. Iya, njing. Cerewet lo kayak ceweknya si Abra. Haha goblok."
Jevan langsung memutuskan sambungan telponnya dengan Sean di seberang sana saat matanya menangkap sosok yang ia tunggu-tunggu dari lima belas menit yang lalu. Ramira. Gadis mungil berambut pendek itu sedang berjalan bersama kedua temannya. Mereka tertawa membuat Jevan menarik kedua sudut bibirnya sedikit. Jevan terdiam, mengamati mereka sebentar. Lalu, tak lama Jevan keluar dari mobilnya.
Bersandar pada pintu mobil sampai Ramira menyadari kehadirannya. Hari Senin ini sengaja Jevan mau menjemput Ramira di kampusnya itu. Karena kangen, tentu saja. Sudah tiga hari tidak bertemu karena Jevan dan band-nya harus mengisi acara di luar kota, lebih tepatnya Jogja.
Dari penglihatan Jevan, sekarang terlihat Aludra dan Bila—kedua teman Ramira itu sedang memberitahukan Ramira bahwa Jevan sudah tiba. Ramira melihat ke arahnya, Jevan mengangkat tangan kanannya sebentar. Ramira berjalan mendekat.
Universitas ternama di Jakarta pilihan Ramira untuk menuntut ilmu. Dan jurusan yang Ramira ambil adalah Akuntansi. Semester lima. Dan karena di jam 03.35pm ini Ramira sudah tidak ada kelas lagi, Ramira memilih untuk langsung pulang jika saja Jevan tidak terlihat. Tadinya Ramira berniat untuk makan-makan terlebih dahulu dengan teman-temannya.
Ramira berpamitan. Berjalan gontai menuju Jevan di sana yang kini sedang tersenyum. Rasanya Ramira ingin marah-marah dibanding ingin memeluk Jevan.
"Lama amat Tuan Putri jalannya." Kalimat pertama yang Jevan keluarkan dari mulutnya saat melihat Ramira sudah berada di depannya itu. Membenarkan letak topi hitamnya juga.
Ramira tidak menggubris perkataannya, yang sekarang Ramira lakukan ialah mengulurkan tangan kanannya. "Siniin kunci mobil lo. Gue yang nyetir," katanya terdengar sedikit ketus.
Jevan mengeryit. Seharusnya Ramira terlihat senang kan melihat dirinya? Jika tidak di tempat ramai seperti ini akan Jevan bawa Ramira ke dalam pelukannya. "Gak capek emangnya? Biar gue aja."
"Gue aja!" Ramira keukeuh.
"Gu─"
"Nurut sama yang lebih tua!" tukas Ramira dan merebut kunci mobil Jevan dari tangan si empunya.
Yep. Jevan memang lebih muda dari Ramira dua tahun. Jevan saat ini masih berada di semester satu a.k.a maba jurusan Manajemen Bisnis. Bisnis. Hm.
Jevan menahan untuk tidak tertawa. "Anjir, ngaku juga lo udah tua. Oke, nyetir yang bener."
Ramira tidak menyahut lagi dan langsung masuk ke dalam mobil. Jevan sendiri sedang melambaikan tangannya pada teman-teman Ramira di depan sana. "Kak Aludra, Kak Bila. Gue sama Ramira cabut duluan ya. Daah!" Mereka masih berdiri di depan gerbang. Menunggu jemputan, Jevan berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romansa「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...