0.15 | shaula

2.1K 189 289
                                    

0.15
Ra, karena yang udah berubah nggak akan kerasa sama lagi, lo milih ngelupain atau ngulang dari awal?

"Lo suka banget buat gue begini ya?" Jevan menarik bangku dan duduk di hadapan Aludra yang sedang tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo suka banget buat gue begini ya?" Jevan menarik bangku dan duduk di hadapan Aludra yang sedang tersenyum. Yang memang sudah menantikan kehadirannya.

Setelah berbicara dengan Lula, Jevan memutuskan untuk pergi. Namun, ketika ponselnya berdering—menandakan adanya pesan masuk dan itu dari Aludra yang mengirimkannya sebuah lokasi, Jevan langsung ke tempat itu. Aludra ingin membicarakan semuanya, kali ini Jevan turuti. Dan satu-satunya cara untuk membuat Aludra tidak menganggunya lagi. Jevan harap.

Aludra masih dengan senyuman yang bertengger manis di wajahnya berkata, "Salah sendiri lo langsung ninggalin gue tadi malem. Gue baru mau ngasih tau lo, gue udah nggak kerja di sana." Dan kekehan pelan lolos dari mulutnya.

"Lo bisa chat gue, Aludra." Jevan masih tidak habis pikir dengan gadis di depannya itu.

"Already did," sahut Aludra masih dengan santainya.

Jevan mendengus. "Maksud gue, semalem lo chat gue-nya." Agar tidak repot-repot Jevan pergi ke dua tempat. Membuang waktunya lebih lama. Dan mungkin akan ada orang yang meneriakinya; untuk apa melakukan hal yang Jevan sendiri tidak suka? Mereka jelas saja tidak mengerti. Jevan juga tidak ingin seperti ini. Rasanya seperti ada yang menggantungnya. Dan kalimat dengan awalan "jika saja" akan membututi jawabannya itu.

"Sengaja." Kali ini Aludra berujar dengan wajah datarnya. Kedua tangannya membenarkan letak scraf yang ia gunakan untuk menutupi pundaknya itu. Berkali-kali juga ia merapikan rambutnya yang terkena terpaan angin di Sore ini. Tatapannya masih melihat ke arah Jevan lurus-lurus.

"Lo beneran suka buat gue begini?" tanya Jevan mengulang pertanyaan yang sama.

"Gue ingetin kalo lo lupa, Alterio. Lo duluan yang suka banget main-main kayak gini." Aludra memerhatikan raut wajah Jevan yang berubah. Lalu, tangannya mendekatkan minuman yang sudah ia pesan pada Jevan di hadapannya. "Minum nih."

Sebuah kafe di Jakarta Utara yang view-nya mengarah langsung ke laut. Mereka pernah ke tempat ini beberapa kali. Karena itu juga Jevan langsung tahu lokasi yang Aludra kirimkan padanya. Langit yang sekarang berwarna merah keemasaan seakan menyiram wajah Aludra yang sedang Jevan pandangi. Matanya melirik ke arah gelas di depannya lalu melihat ke arah Aludra lagi. "Gue udah minum itu sama Kak Lula," ujarnya dan menyandarkan punggungnya. Perasaan nyaman perlahan-lahan dapat Jevan rasakan. Ia kemudian memandangi laut yang tenang. Menunggu Aludra yang akan membuka pembicaraan.

Dan kilasan-kilasan yang tidak diundang pun datang menerobos masuk ke dalam ingatan. Memunculkan pertanyaan; kapan semuanya berubah? Semuanya tidak lagi sama? Semuanya terasa salah? Aludra menggigit bagian dalam bibirnya. Menahan semua gemuruh yang hinggap pada dadanya itu.

4.1 | starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang