0.34 | kappa scorpii

1K 33 28
                                    

—0.34
Jev, semuanya gak akan kerasa sama
lagi, 'kan?

34Jev, semuanya gak akan kerasa samalagi, 'kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramira memelankan langkah kakinya. Tangannya yang sedang mencari dompet di dalam sling bag-nya, terhenti. Ramira baru saja selesai untuk membeli beberapa kebutuhan di dapurnya. Dan yang ia lihat di depan apartnya ialah anak SMA yang memakai batik khas Pelita Bangsa—ia yakini itu Jevan, sedang duduk dengan kaki yang laki-laki itu peluk. Menyembunyikan wajahnya.

Duh. Gue bangunin gak ya? Pikir Ramira.

Dan yang Ramira lakukan sekarang ia menendang dengan pelan sepatu Jevan dengan flat shoes-nya. "Jevan," panggil Ramira.

Jevan mengangkat kepalanya. Kantuk sudah menyerangnya semenjak pelajaran pertama dimulai. Pandangannya perlahan-lahan mulai jelas dan Jevan mengangkat kedua sudut bibirnya. Melihat sosok di depannya kini. "Hai, Kak Rara!" sapa Jevan dan menyandarkan kepalanya pada dinding di belakangnya itu. Melihat Ramira sambil mendongak.

Ramira harap Jevan tidak menyadari betapa berefeknya pergerakkan Jevan pada dirinya. Sebenarnya bukan itu. Semua yang Jevan lakukan, semua yang Jevan katakan, Ramira merasakan hal yang.. beda. Hmm.

"Lo.. tidur di sini dari tadi?" tanya Ramira. Kaget juga sebenarnya melihat Jevan siang-siang seperti ini sudah di depan apartnya. Tertidur pula. Untuk kedua kalinya kalau boleh Ramira tambahkan.

Jevan berdiri. Mengambil tas ranselnya juga sebelum mejawab, "Iya. Nungguin lo dari tadi."

Ramira mengernyit mendengar itu.

Jevan mengangkat sebelah alisnya tinggi.

"Ngapain?" Ramira bertanya lagi. Mengingat-ingat apa Jevan mengiriminya pesan singkat atau tidak hari ini.

"Mau numpang tidur."

Ramira makin mengernyit. "Kemarin numpang makan, sekarang lo numpang tidur?"

Jevan menganggukkan kepalanya. "Gue semalem tidur cuma dua jam. Terus di kelas gue ngantuk banget. Gak mungkin juga gue nyetir ke rumah. Jadinya gue ke sini karena apart lo deket sama sekolah gue," jelas Jevan. Matanya berkedip berkali-kali. Masih menahan kantuk.

Ramira diam di depannya. Jevan terlalu lucu untuk tidak dipandangi. Menjelaskan mengapa dirinya tertidur juga terlihat lucu di mata Ramira. Jevan mengangkat dua jarinya. "Gue gak akan ngapa-ngapain. Janji." Jevan memasang wajah meyakinkan miliknya.

Mendengar ucapan Jevan, Ramira menggeleng-gelengkan kepalanya. Ramira bergerak membelakangi Jevan dan membuka pintu apartnya. Tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Jevan. Jevan mengikutinya di belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4.1 | starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang