— 0.3
Ra, berharap sama orang terus hasilnya gak sesuai
ekspetasi, sakit juga ya."Ra, udah selesai belom?"
"Ra, lagi ngapain sih lama amat?!"
"Ra, cepetan kek lo ke sininya."
"Ra, astaga gue mau meluk lo bentar, njir."
Ramira menoleh ke belakangnya. Melirik ke arah Jevan yang sedang berbaring di atas tempat tidur seraya bermain ponsel. Ramira mengabaikan itu. Perhatian Ramira sepenuhnya pada suara Bila di seberang sana. Ramira sedang menerima panggilan telpon dari temannya itu, membicarakan hal dari yang terpenting—tugas, hingga hal-hal random sekali pun. Ramira menghancurkan rokok yang sudah habis setengahnya pada asbak putih di atas meja.
Setelah memutuskan panggilan, Ramira menggeser pintu kaca di depannya. Tadinya memang Ramira sedang mengobrol dengan Bila di balkon. Takut Jevan ganggu, nanti Ramira tidak fokus. Ketika Ramira melangkah mendekat ke tempat tidurnya, Jevan sudah tidak ada di sana. "Jev, sini. Katanya mau peluk?" Suaranya dibuat agak kencang.
Ramira mulai menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan kaki kiri yang ia tekuk. Tidak kunjung mendengar sahutan dari Jevan, Ramira malah menekan fitur vid-call di aplikasi chatting-nya. Itu ke Jevan.
Dan tak lama suara Jevan yang agak berteriak terdengar. "Bego banget sih, Ra!" Lalu diikuti tawa laki-laki itu di ruangan lain. Ramira juga ikut tertawa dan mematikan ponselnya. Melempar benda pipih itu ke sampingnya. Memejamkan matanya sebentar dan ketika matanya terbuka, Jevan sudah terlihat di depannya. Berdiri sambil memainkan ponsel dengan mulut yang sedang mengunyah entah apa.
Lucu banget. Ramira suka memerhatikan setiap gerak-gerik Jevan. Mengamati bagaimana hal kecil yang Jevan lakukan. Tetapi, Ramira tidak akan mengatakannya langsung. Jevan akan mengejeknya, itu pasti. Jevan masih berdiri di depannya. Mengetikan pesan singkat pada ponselnya dengan mulut yang masih saja mengunyah.
Dan di sini lah Ramira, mengagumi laki-laki tinggi itu.
"Apaan tuh yang lo makan?" Ramira mengeluarkan suaranya lagi.
Jevan menoleh ke arahnya. "Stoberi di kulkas. Gue makan tiga." Lalu, tersenyum.
Duh. Ramira jatuh pada Jevan karena senyum laki-laki itu. Namun, awal Ramira melihat Jevan di salah satu gigs, tepatnya di daerah Senayan ucapan yang keluar dari mulut Ramira ialah "Apaan sih tuh cowok?!" Iya, begitu. Jevan di atas panggung saat itu terlihat begitu.. mm, apa ya? Pecicilan. Tengil. Mukanya ngeselin pokoknya. Mengingatkan Ramira dengan mantannya Bila yang brengsek. Anak band juga. Persis. Beda banget sama Akthar yang kalem tapi keren. Ramira mencoba untuk tidak melihat ke arah Jevan selama itu.
"Namanya Alterio Jevankha. Anak SMA Pelita Bangsa. Anjir, masih SMA, Ra. Suka degem lo sekarang?"
Ucapan Bila masih bisa Ramira ingat. Ramira menggelengkan kepalanya. Ramira pasti sudah gila. Muka gantengnya Jevan plis buyar kek dari pikirannya Ramira!
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...