— 0.9
Ra, pegangin tangan gue, plis."Mau nungguin apa lagi?"
Jevan yang sedang meletakkan kepalanya pada kemudi dengan beralaskan kedua tangannya yang ia lipat, menarik kedua sudut bibirnya. Menggeleng. "Nggak nungguin apa-apa. Lo udah laper banget ya?" tanyanya. Mereka memang masih pada tempatnya. Belum beranjak ke mana-mana.
"Enggak juga sih." Tangan Ramira menyingkirkan rambut Jevan yang jatuh ke dahi itu. Memperlihatkan plester cokelat di sana. Mengusapnya dengan hati-hati.
Jevan masih saja mengamati wajah Ramira. Bagaimana ya caranya mengatakan pada gadis di sebelahnya itu bahwa jangan sampai Ramira meninggalkannya?
Apa mengetahui setiap baik dan buruk dirinya sudah cukup untuk membuat seseorang bertahan? Apa dengan berada di dekatnya setiap dia membutuhkan tidak akan membuat dirinya kehilangan?
"Ramira?" Jevan memanggilnya. Menyelipkan senyum tipisnya juga.
Ramira menatap mata Jevan kali ini. "Apa?" Jevan jarang sekali memanggilnya dengan nama itu. Jevan justru diam. "Mau cerita kenapa sikap lo beda dari tadi?" lanjut Ramira. Membuka pembicaraan yang Ramira rasakan ganjal itu.
Menghela napas pelan, Jevan bertanya, "Lo ngerasa?"
"Lo pikir enggak?" Ramira bertanya balik.
Jevan mengerjapkan matanya berkali-kali. "Sori ya." Ketika mengatakan itu, Jevan menatap mata Ramira lurus-lurus.
Kepalanya Ramira mengangguk. "Jadi?" pancing Ramira kemudian.
Sial bagi Jevan karena tanpa diminta foto yang tadi pagi temannya kirimkan itu muncul lagi di kepalanya. Pelan, Jevan menjauhkan tangan Ramira dari dahinya itu. Mengangkat kepalanya juga. Bukan kok. Ramira seharusnya tidak ada kaitannya dengan apa yang Jevan kesalkan. Maka, Jevan menggenggam tangan Ramira erat-erat. Jevan sedang ketakutan sekarang.
"Gue ngerasa diboongin, Ra. Gue ngerasa juga Aludra bener."
Sebenarnya Ramira tidak ingin merasa yang gimana-gimana di dalam dadanya itu. Untuk apa juga? Tidak seharusnya Ramira merasa begitu. "Jevan, mau dengerin gue?" Nada suaranya benar-benar serius kali ini.
"Apa?" Jevan menyahut.
"Lupain apa yang Aludra bilang. Lo mau terus-terusan kayak gini? Terus-terusan nurutin semuanya yang dia bilang? Terus-terusan mikirin hal yang lo aja nggak tau juga kan itu bakalan jadi kenyataan atu enggak?"
"Gimana caranya lo tau?"
"Diri lo sendiri yang bisa jawab itu. Kalo lo mau ngelupain, lo pasti bakalan ngelupain. Pelan-pelan aja, Jev. Dengerin kata Mami lo juga." Ramira banyak mendengar cerita dari Gigi. Tentang Jevan bagaimana. Tentang masa lalu Jevan. Tentang hal yang.. Jevan takutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romansa「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...