—0.29
Ra, gue mau ilangin semuanya
yang bikin lo capek."Iya, gue udah sampe. Lo jalannya hati-hati ya. Jangan ngebut! Kabarin kalo udah sampe rumah! Daaah.."
Ramira langsung mematikan sambungan telepon di seberang sana dan masuk ke dalam apartnya. Pemandangan yang pertama kali ia lihat ialah punggung Jevan yang sedang membelakanginya, tertidur di atas sofa. Melihat itu, Ramira menarik senyum tipis.
Tangan Ramira bergerak untuk menaruh binder dan juga sling bag-nya di atas meja bar. Lalu, melangkahkan kakinya ke arah Jevan. Senyumannya semakin melebar ketika Ramira meletakkan dagunya di lengan Jevan dan mengamati kucing berbulu putih juga ikut tertidur di antara Jevan dan punggung sofa. "Ah, Lala gemes banget pasti kecapean ya abis main sama Jepan?" katanya pelan, nyaris berbisik seraya tangannya mengelus lembut kepala Lala.
"Lala kekenyangan terus tidur, gue jadi ikutan tidur juga. Dia makan banyak banget tadi." Suara berat khas bangun tidur Jevan terdengar. Jevan mengusap matanya berkali-kali sebelum akhirnya membuka kelopak matanya itu. Melirik ke arah Ramira, tanpa mengubah posisinya sama sekali. Takut Lala bangun.
Mengetahui Jevan yang sudah terbangun dari tidurnya, Ramira malah menggerakkan kepalanya. Dan yang Ramira lakukan adalah mendekatkan sisi wajahnya ke pipi Jevan. "Makasih udah jagain Lala." Ramira mulai memejamkan matanya. Merasakan tangan Jevan bergerak untuk mengusap-usap kepalanya itu.
"Sama-sama ya, Rara." Kekehan Jevan terdengar. "Gue pegel, Ra. Gue mau bangun dulu bentar."
Ramira juga ikut terkekeh sebentar. Bangkit dari posisi duduknya dan menarik langkah menjauh dari Jevan. Menuju ke lemari pendingin dan menuangkan jus rasa apel ke gelas yang paling dekat dengan dirinya.
Siang ini, Ramira baru saja selesai dengan kegiatan kuliahnya dan Jevan memang tidak ada kelas. Ramira menolak saat Jevan ingin menjemputnya, alasannya karena Ramira ada keperluan dan temannya yang juga searah dengan apartnya, mengantarnya pulang. Biar Jevan bisa menjaga Lala lebih lama.
"Mau?" Tangan Ramira yang memegang gelas berisikan jus apel itu terulur di depan Jevan. Kepala Jevan menggeleng. Laki-laki itu ikut duduk di depan meja bar, samping Ramira. Dengan kedua tangan yang ia lipat, Jevan meletakkan sisi wajahnya di atas tangannya itu. Memerhatikan Ramira yang sibuk menghabiskan jus apelnya.
"Gue beli strawberry cheesecake yang kayak Aga beli. Ada di kulkas. Gue udah makan sepotong," ujar Jevan. Sebelum akhirnya menguap—tak lupa menutupi mulut yang terbuka dengan tangannya. Kemudian, kedua mata Jevan berkedip berkali-kali dan itu terlihat lucu di mata Ramira.
Ramira mengulum senyum. "Yeaayy. Nanti gue makan. Gue juga suka sama cake yang itu, Jev. Enak banget kan ya?!"
Kepala Jevan mengangguk, menyetujui. Itu alasannya juga sebelum Jevan main ke apart Ramira, Jevan menyempatkan membeli cake itu dan makanan kesukaan Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...