0.25 | aspidiske

1.3K 102 56
                                    

0.25
Ra, semoga semuanya baik-baik aja.

25Ra, semoga semuanya baik-baik aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah gila nih anak."

Abra yang melihat Jevan masih saja tertawa karena perkataannya beberapa menit lalu, mengernyit. Agak takut. Kemudian, Abra kembali memfokuskan pandangannya pada ponsel di tangannya itu. Membalaskan pesan singkat dari Ghea.

Ucapan Abra untuk Jevan tadi;

"Gue heran dah."

"Heran kenapa?" Jevan menutup matanya rapat-rapat. Sudah dapat dipastikan Abra akan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal.

"Lo macarin cewek yang lebih tua dari lo terus ya kalo dipikir-pikir, Jev."

Kan.

Jevan yang mendengar itu lantas tertawa hingga sekarang. Perih di sudut bibirnya tidak ia hiraukan. Tetapi.. iya juga ya. Namun, apa yang salah?

Mungkin yang membuat Jevan tertawa bukan itu.

"Goblok banget, Bra omongan lo!"

Malam ini, Jevan menghubungi Abra untuk langsung menjemputnya di minimarket tak jauh dari apart Ramira. Jevan mau menginap juga di tempat Sean. Dirinya sendirian di rumah. Besok tidak ada jadwal kuliah juga. Dan di sini lah mereka sekarang, di rooftop apartemen Sean karena Sean sendiri sedang pergi bersama Abby.

Katanya Sean akan pulang sebentar lagi dan membawakan mereka makan malam. "Gue mau makan sate ayam, Yan!" Itu kata Abra dan Jevan juga ingin makan itu.

Jevan menggunakan jaket untuk alas tubuhnya, berbaring seraya tatapannya mengarah langsung ke arah langit gelap sementara Abra duduk tak jauh darinya sambil bermain ponsel. Mengingat ponsel, Jevan sama sekali belum menyentuh benda pipih miliknya itu selama berada di tempat Sean ini.

Ramira kebingungan tidak ya ketika Jevan langsung pergi begitu saja tanpa memberikan Ramira alasan.

Tangan kanannya yang terlihat terluka itu, Jevan angkat dan mulai menujuk bintang di atas sana. Aludra selalu bilang padanya saat Jevan melihat bintang yang jatuh, Jevan harus membuat permintaan dan permintaannya akan terkabul. Tetapi, Jevan sama sekali tidak percaya.

Harusnya Jevan coba.

Dan berharap semuanya baik-baik saja.

Jevan menggerakkan telunjuknya ke arah bintang yang lain. Pagi tadi Jevan merasa senang sekali dan Jevan yakin kesenangannya akan direnggut. Benar saja malam ini ia merasa kebalikannya. Nothing ever comes without a price in his life. Dan itu terbukti.

"Jadi, siapa?"

Mendengar suara Abra yang tiba-tiba itu, Jevan menoleh ke arah lawan bicaranya sebentar. "Siapa? Maksud lo?" Jevan bertanya balik. Tangannya sudah ia turunkan. Menutupi wajahnya kini.

4.1 | starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang