— 0.16
Jev, kalo gue tau semuanya bakalan jadi kayak gini, gue milih buat nggak pernah milih.Explode akan sering mengadakan gig di mulai dari malam ini. Dan karena itu juga Jevan sudah berkumpul bersama bandmates-nya di studio. Menyiapkan segala keperluan, mereka akan tampil di kafe daerah Senayan.
Dan Jevan terkesiap saat itu juga ketika stik drum melayang dan mengenai kepalanya, itu Sean. Jevan melirik ke arahnya dengan tidak suka. Dirinya sedang duduk menyandar pada sofa. Melihat langit-langit yang berwarna putih polos itu.
Sean malah tertawa. "Lo bengong dari tadi lagi mikir jorok ya?"
Mendengar itu, tangan Jevan melempar lagi stik drum ke arah Sean yang langsung temannya itu tangkap. "Gue bukan lo, Njing!" semprotnya langsung. Dan memilih untuk mengeluarkan ponselnya dari saku celana jeansnya. Mengetikan balasan untuk beberapa chat yang masuk ke dalam notifnya itu.
"Sensi banget, takut nggak lo, Bra?" Sean menolehkan kepalanya pada Abra yang duduk tidak jauh dari dirinya itu.
Abra mengangguk. Melihat ke arah Jevan yang masih sibuk dengan ponselnya. "Atut," jawabnya dan melanjutkan, "Jangan bengong ege, Jev. Kemaren tetangga gue begong eh tau-tau kesurupan."
Sean lagi-lagi tertawa dan diikuti Abra juga. "Jevan belum makan stoberi ya jadi sensi gini?" ejek Sean lagi.
Nada bicara dibuat begitu memuakkan di telinga Jevan. "Najis!" Jevan masih dengan mood yang tidak ingin diajak bercanda.
"Lagi marahan nih sama pacarnya yang ke tiga, gue yakin." Abra semakin menjaili temannya itu. Dan memang itu salah satu keahlian Abra juga. Oh. Dia hanya bercanda.
Mereka berdua memang sering sekali mengejek Jevan. Membuat Jevan makin kesal. Namun, itu juga semata-mata untuk membuat Jevan tidak lagi berada di dunianya sendiri.
Sean yang mendengar ucapan Abra barusan tiba-tiba langsung berkata, "Ah, gue jadi inget lo ditanyain sama temennya Abby. Namanya Jasinda. Kalo lo mau gue kasih ID Line-nya nih, Jev." Sean sudah bersiap-siap akan mengeluarkan ponselnya juga tetapi ia langsung urungkan saat Jevan mengeluarkan suaranya itu.
"Makasih, Yan. Buat Abra aja," sahut Jevan tanpa melirik lawan bicara.
"Sini, Yan buat gue aja. Jevan ceweknya udah banyak."
"Ngomong sekali lagi lo bener-bener gue block ya dari hape nyokap gue." Jevan tersenyum tipis ke arah Abra. Itu ancaman yang benar-benar ampuh. Lihat saja Abra sekarang. Langsung diam. Berpura-pura sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...