— 0.10
Jev, bukannya enggak ada ya yang salah atau bener?
Kan tergantung kita ngeliatnya dari mana,"Tunggu di situ. Jangan ke mana-mana. Mami mau ngomong."
Jevan menggerakkan kepalanya ke arah kiri. Mengunyah pelan-pelan stoberi di mulutnya itu. Gigi sedang berjalan ke arahnya dengan ponsel di telinga. Sore ini Jevan sedang berada di dapur, bersandar pada counter. Memakan stoberi dingin yang baru ia ambil dari kulkas. Menunggu chat dari Abra juga.
"Cantik banget, mau ke mana nih?" Jevan bertanya. Melihat Gigi yang sudah rapi dengan dress putih dengan tali spageti. Rambutnya juga dibuat ikal di bawah.
Gigi menoleh ke arah Jevan. Tersenyum. "Thanks. Tau nggak Mami mau ngomong apa?" tanyanya balik. Tangannya sibuk untuk membuat teh hijau hangat.
"Apa?"
Sebelum menjawab, Gigi berbalik. Berdiri berhadap-hadapan dengan Jevan. Ekspresi wajahnya dibuat serius mungkin lalu bertanya, "Sebulan belakangan ini kamu ke mana, Jev? Lupa? Nggak inget jadwal?" Informasi yang baru Gigi ketahui.
Mendengar itu, Jevan mengernyit. Menggigit buah stoberi di tangannya lagi. "Jadwal—"
"Besides your band practice," potong Gigi cepat. Tidak membiarkan Jevan untuk mencari-cari alasan.
Pandangan Jevan sebisa mungkin tidak melihat ke arah Gigi, maka Jevan kini memerhatikan buah stoberi di tangannya. "Masa sih sebulan? Mami salah kali." Mencoba menghindar, tentu saja.
"Om Arthur sendiri yang bilang," balas Gigi dengan penekanan di setiap kata yang keluar dari mulutnya. Mulai bersedekap dada.
Dan Jevan memilih diam.
Gigi merasa memang ada yang tidak benar di sini. "Ke mana aja kalo nggak dateng ke sana?"
"Bandara?" Hampir setiap hari malah. Tetapi akhir-akhir ini hanya jika Jevan ingin. Atau adanya sebuah paksaan.
"Selain ke sana?"
"Mm... main?" Sebelah alis Jevan terangkat tinggi.
"Ke?"
"Mami tau kan pasti?"
Menarik napas pelan, Gigi mengatakan, "Kalo Om Arthur gak ngasih info apa-apa, Mami bakalan kecolongan berapa bulan ya, Jev?"
Jevan mengangkat kedua bahunya. Masih sibuk dengan stoberi di tangannya itu. "Aku udah nggak kenapa-kenapa kok."
Pelan dan terdengar normal, tetapi Gigi menangkap hal beda dari suara putranya itu. Raut wajahnya berubah lagi. "Mau Mami yang anterin?" tanyanya. Lembut sekali. Tidak ingin Jevan merasa ada paksaan juga di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...