0.24 | deneb kaitos

1.3K 103 42
                                    

0.24
Jev, sesekali mikirin diri sendiri
itu nggak kenapa-kenapa kok.

24Jev, sesekali mikirin diri sendiriitu nggak kenapa-kenapa kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesempatan.

Jevan selalu menyia-nyiakan itu. Padahal dirinya tahu jika hal tersebut tidak akan datang berkali-kali. Menyesal? Jevan menggeleng. Untuk apa disesali juga jika semuanya sudah terjadi. Hanya saja Jevan menyayangkan bagaimana segalanya yang—harusnya Jevan jaga malah ia dorong menjauh. Dan sekarang Jevan merasakan apa-apa yang ia takuti. Mengelilinginya, berada di dekatnya. Terus-menerus. Tinggal menunggu Jevan jatuh.

Aludra mungkin tidak pulang. Jevan yang bersandar pada tembok di belakang tubuhnya itu, melihat baik-baik pintu apart Aludra yang tertutup rapat di depannya. Melihat sesekali ke layar ponselnya juga. Telponnya tidak diangkat, chat-nya juga tidak dibalas. Bukan. Jevan sama sekali tidak membutuhkan Aludra. Hell no. Jevan hanya ingin memberitahukan Aludra bahwa Aludra benar tentang semuanya.

Dan Jevan mau Aludra berhenti. Itu saja. Mm.. mungkin bukan hanya itu saja, Jevan juga menunggu Ramira namun gadis itu juga tidak terlihat.

Jadi, untuk apa?

Jevan berjalan ke arah basement untuk masuk ke dalam mobilnya. Lo beneran marah, Al? Pikirnya.

Setelah dari Mal untuk menemani Ramira berbelanja, Jevan bukannya langsung pulang ke rumah tetapi justru ingin menemui Aludra. Dirinya sudah menunggu hingga ia lelah sendiri dan memutuskan untuk pergi. Lalu, terkesiaplah Jevan ketika mobilnya baru keluar dari gedung apart Aludra, Jevan melihat Gigi di depan mobilnya persis.

Fuck this shit. Jevan keluar. Maminya mendekat.

"Bener ternyata kamu ke sini." Seperti sudah tertebak, Gigi saja sepertinya sudah hafal. Ekspresinya melembut melihat putranya itu. Jevan terlihat diam saja. Namun bisa dilihat ia menahan marah.

"Masuk ke dalem mobil cepetan. Mami yang nyetir."

Gigi duduk di kursi kemudi. Jevan melihat pergerakan Maminya dan menahan napasnya sebentar. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa Gigi akan datang menemuninya. Maminya menunggunya dari kapan? Berapa lama?

Jevan membuka kemeja flannelnya yang langsung ia lempar ke kursi belakang saat dirinya sudah duduk di sebelah Gigi. Menyandarkan kepalanya juga pada jok. Siap mendengarkan apa saja yang akan Gigi ucapkan. Bego banget lo, Jev.

"Bisa jelasin kenapa?" Gigi mulai membuka pembicaraan.

Sebelum menjawab, Jevan membahasi bibir atasnya yang terasa kering. Ia menutup matanya beberapa detik kemudian melihat ke arah Maminya itu. "Bisa nggak sih Mami nggak usah terlalu ikut campur?"

Gigi yang mendengar itu agak kaget, terlebih Jevan sendiri. Jevan tidak mengerti juga mengapa perkataan seperti itu lolos dari mulutnya. "Aku bisa jalanin hidup aku sendiri," lanjutnya ketika Gigi tidak membuka suaranya. Hanya diam saja.

4.1 | starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang