—0.28
Jev, tapi di sini satu-satunya orang yang bisa bantu lo
cuma diri lo sendiri."Capek ya?"
Diberi pertanyaan seperti itu oleh Gigi, kepala Jevan menggeleng. Lalu, Jevan berjalan gontai ke arah Maminya yang sedang duduk santai di sofa, seraya memakan mochi yang Jevan beli setelah pulang dari rumah Ramira di Bandung. Malam ini, Jevan baru saja membersihkan diri dan beruntungnya juga sudah mengerjakan tugas kuliahnya.
Tv flat di depan mereka sedang menayangkan series yang Gigi sudah tunggu-tunggu episode barunya. Jevan mau tidak mau juga ikut menonton, merebahkan tubuhnya dengan sisi wajah yang ia letakkan di paha Gigi.
Mengenai ucapan Aga beberapa saat lalu, tidak begitu Jevan pikirkan. That's not even a big deal, dan yang berhasil merebut fokus Jevan hanyalah; bayangan ketika ia masih bersama dengan Aludra yang akan menghadiri acara wedding anniversary Mami dan Papinya...
Malam itu, Jevan menjemput Aludra lebih cepat dari waktu yang ia janjikan. Senyumannya tidak segan-segan Jevan keluarkan. Ia akan bertemu seseorang yang ia sayangi, ia tentu merasa bahagia. Dengan senyum tipis yang belum juga hilang dari wajahnya, Jevan keluar dari mobil yang sudah terparkir di basement. Lalu masuk ke dalam lift untuk langsung naik ke lantai di mana apart Aludra berada.
"Thanks banget ya, La! Gue suka banget sama make-up yang kayak begini."
"Tambah cantik banget lo asli deh!"
Jevan diam. Mengamati Aludra yang membelakanginya, sedang berbicara dengan Bila yang memang berdiri di depan pintu. Sudah bisa Jevan pastikan how pretty she is. Aludra dengan rambut yang gadis itu ikat dan juga dress hitamnya yang pas dengan lekuk tubuh, ditambah cardigan berwarna krem yang ia pakai namun tetap menampilkan kedua bahunya.
Dan yang menyadari kehadiran Jevan pertama kali itu Bila. Senyum gadis itu terlihat, ia mengangkat satu tangannya—melambai ke arah Jevan, Jevan membalas. Aludra menoleh. Diam beberapa detik untuk mengagumi Jevan di depan sana.
Lalu, Aludra tersadar. Menghampiri Jevan. "Kok nggak nunggu di bawah aja?" Aludra langsung bertanya, tadinya ia sempat terpana oleh Jevan yang sedang memandang ke arahnya itu. Jevan hanya mengenakan kemeja hitam, warnanya sama dengan mini dress yang Aludra kenakan, dan jeans berwarna senada. Namun, outfit simpel yang Jevan pakai itu berhasil membuat Aludra tidak ingin mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sebelum menjawab, Jevan melingkarkan satu tangannya ke pinggang Aludra. Menumpukan dagunya juga ke bahu gadis itu. Memandang ke arah Bila sebentar dan berkata, "Udah nggak sabar ketemu lo sih." Lalu kekehannya terdengar.
Aludra mencengkeram ujung kemeja Jevan. Mendongak. Jevan menunduk untuk melihat ke arah gadis itu. "Cantik nggak?" Tiba-tiba Aludra bertanya.
"Banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romance「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...