— 0.12
Jev, lucu banget gak sih? Kita mati-matian jaga
perasaan orang, tapi orang yang kita jaga perasaannya
malah seenaknya sama perasaan kita,Alterio itu artinya bintang malam.
Bintang malam yang selalu menjaga Aludra nya.
Iya, Aludra yang sekarang sedang Jevan tunggu untuk menyelesaikan shift di kafe tempatnya bekerja lebih dari enam bulan itu, Jevan mengingat. Salah satu kafe di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan yang banyak orang tahu betapa terkenalnya tempat itu di social media. Tempatnya nyaman. Makanannya enak. Jevan bahkan betah berlama-lama menunggu Aludra bekerja sedangkan dirinya—jika ada, mengerjakan tugas sekolah.
Dan yang paling Jevan sukai di sana ada strawberry smoothie. Yang buat Aludra lagi. Tambah suka Jevan.
Hari Selasa ini, warna rambut Aludra adalah brunette. Diikat tinggi. Cantik. Salah satu kesukaan gadis itu memang mengganti warna rambut. Aludra itu gampang bosan, dan entah pikiran dari mana Jevan mengatakan, "Beruntung banget dong ya gue nggak diputusin sama lo?" Tepat di hari jadi ke satu tahun mereka.
Aludra hanya tersenyum saja saat itu. Dan jauh.. jauh di lubuk hatinya Aludra ingin mengatakan karena Jevan sudah menyingkirkan rasa bosan itu, rasa jemu itu.
Tetapi seharusnya ada, 'kan? Tidak mungkin tidak ada?
Jevan akan keheranan jika saja Aludra mengatakan itu dan memang kenyataannya begitu. Aludra merasa cepat sekali bosan dan bila ada satu hal yang betul-betul ia ingin tetap ada padanya, tidak akan mau ia lepaskan.
Pertemuannya dengan Jevan, Aludra pikir Jevan ialah seseorang yang bisa membantunya. Bisa mengerti dirinya. Bisa menerimanya.
"Alterio, yuk pulang!" Aludra sudah berganti pakaian. Sudah menggerai rambut ikal panjangnya juga. Menarik tangan Jevan untuk menuju ke mobilnya yang terparkir di taman seberang. Ya, memang Jevan tidak mendapatkan lahan parkir. Jadilah mereka berdua berjalan ke sana dengan Jevan yang merangkul leher Aludra dengan gemasnya. Sambil berceloteh apa yang ada di pikirannya. Tertawa-tawa.
Hingga Aludra menepuk tangan Jevan di bahunya. "Rambut gue jadi berantakan!" sungut Aludra. Mendongak.
Jevan menyingkirkan tangannya, itu pun hanya untuk membuat rambut panjang Aludra tambah berantakan. Jevan memakaikan kupluk yang ada di hoodie hitamnya itu ke kepala Aludra. "Jangan nyebelin sehari aja, plis." Suara Aludra dibuat seperti sedang benar-benar memohon.
Jevan hanya terkekeh dan memegang kedua bahu Aludra. Menggerakkan tubuh gadis itu untuk menghadap ke arah dirinya. Sepenuhnya. "Yang duluan sampe mobil, gue traktir Zuppa soup!" Tepat setelah mengatakan itu, Jevan berlari. Aludra mendengus.
"Baru tadi gue ngomong jangan ngeselin. NGALAH SEKALI-KALI SAMA GUE!" Di akhir kalimatnya, Aludra berteriak. Memastikan bahwa Jevan mendengar suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.1 | star
Romantizm「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝You are the shooting star that I always d r e a m of.❞ Bagaimana jika aku menceritakannya begini; Kita, sepasang bayang yang tak pernah berjauhan. Lalu terhapus oleh gelapnya kabut yang data...